Bangun Pembangkit Listrik, Jonan Minta Pemda Berpikir Waras
A
A
A
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meminta pemerintah daerah (pemda) dan PT PLN (Persero) berpikir secara waras saat menyusun Rencana Umum Energi Daerah (RUED) dan Rencana Usaha Penyediaan Listrik (RUPTL). Pasalnya, saat ini banyak pembangkit yang dibangun tanpa memikirkan sumber energi yang akan digunakan untuk pembangkit tersebut.
(Baca Juga: Jonan Larang Dua Daerah Bangun PLTU selain di Mulut Tambang
Dia mencontohkan, saat ini di Sumatera Utara telah dibangun beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dengan pasokan gas yang dikirim dari Blok LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Papua. Padahal, jarak dari Sumatera Utara ke Papua sangatlah jauh.
"Saya enggak ngerti, gasnya dikirim dari Tangguh. Itu di wilayah paling timur Indonesia, dikirim ke Arun (Blok Arun-Aceh) terus pakai pipa ke Sumatera Utara. Apa enggak kurang jauh. Jauh lho ini," katanya dalam acara Sosialisasi dan Implementasi RUEN di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Senin (13/3/2017).
(Baca Juga: Jonan Minta Pemda Libatkan Stakeholder Saat Susun RUED
Contoh lain, kata mantan Menteri Perhubungan ini, di Provinsi Maluku dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas 2x15 megawatt (MW). Sumber batu bara yang digunakan untuk pembangkit listrik tersebut dipasok dari Kalimantan.
Untuk mengirim batubara dari Kalimantan ke Maluku, tidak mungkin menggunakan pesawat terbang. Maka harus dikirim dengan kapal laut, dan itu pun harus menggunakan kapal berukuran besar karena lewat Laut Banda.
Jika demikian, kata Jonan, maka satu kali pengiriman batu bara dari Kalimantan ke Maluku dapat untuk penggunaan satu tahun. Mengingat, PLTU nya hanya berukuran 2x15 MW.
"Jadi sekali kirim itu cadangannya untuk satu tahun. Trus nanti biayanya berapa listriknya itu. Tolong yang begini ini dipikir. Makanya saya cenderung tiap daerah fokus keunikan masing-masing. Kalau bikin PLTU 2x15 MW di Ambon menurut saya sangat tidak masuk akal," ungkap dia.
Tak jauh berbeda dengan Ambon, dalam RUPTL PLN untuk daerah Papua disebutkan bahwa di wilayah tersebut akan dibangun PLTU. Menurutnya, meskipun di Papua juga termasuk daerah pesisir namun tetap sulit untuk mengirim sumber batubaranya.
"Bikin PLTU di Jayapura kirim batubaranya dari mana. Bikin 2x10 MW, jadi ngirim batubara sekali untuk dua tahun. Jadi kewarasan ini tolong dipikir. RUEN itu membuat energi di daerah affordable, harus menjangkau daerah setempat," tandasnya.
(Baca Juga: Jonan Larang Dua Daerah Bangun PLTU selain di Mulut Tambang
Dia mencontohkan, saat ini di Sumatera Utara telah dibangun beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dengan pasokan gas yang dikirim dari Blok LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Papua. Padahal, jarak dari Sumatera Utara ke Papua sangatlah jauh.
"Saya enggak ngerti, gasnya dikirim dari Tangguh. Itu di wilayah paling timur Indonesia, dikirim ke Arun (Blok Arun-Aceh) terus pakai pipa ke Sumatera Utara. Apa enggak kurang jauh. Jauh lho ini," katanya dalam acara Sosialisasi dan Implementasi RUEN di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Senin (13/3/2017).
(Baca Juga: Jonan Minta Pemda Libatkan Stakeholder Saat Susun RUED
Contoh lain, kata mantan Menteri Perhubungan ini, di Provinsi Maluku dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas 2x15 megawatt (MW). Sumber batu bara yang digunakan untuk pembangkit listrik tersebut dipasok dari Kalimantan.
Untuk mengirim batubara dari Kalimantan ke Maluku, tidak mungkin menggunakan pesawat terbang. Maka harus dikirim dengan kapal laut, dan itu pun harus menggunakan kapal berukuran besar karena lewat Laut Banda.
Jika demikian, kata Jonan, maka satu kali pengiriman batu bara dari Kalimantan ke Maluku dapat untuk penggunaan satu tahun. Mengingat, PLTU nya hanya berukuran 2x15 MW.
"Jadi sekali kirim itu cadangannya untuk satu tahun. Trus nanti biayanya berapa listriknya itu. Tolong yang begini ini dipikir. Makanya saya cenderung tiap daerah fokus keunikan masing-masing. Kalau bikin PLTU 2x15 MW di Ambon menurut saya sangat tidak masuk akal," ungkap dia.
Tak jauh berbeda dengan Ambon, dalam RUPTL PLN untuk daerah Papua disebutkan bahwa di wilayah tersebut akan dibangun PLTU. Menurutnya, meskipun di Papua juga termasuk daerah pesisir namun tetap sulit untuk mengirim sumber batubaranya.
"Bikin PLTU di Jayapura kirim batubaranya dari mana. Bikin 2x10 MW, jadi ngirim batubara sekali untuk dua tahun. Jadi kewarasan ini tolong dipikir. RUEN itu membuat energi di daerah affordable, harus menjangkau daerah setempat," tandasnya.
(akr)