Kontribusi Bea Cukai Jadikan RI Poros Maritim Dunia
A
A
A
JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar koordinasi dan supervisi perbaikan dan tata kelola pelabuhan utama Tanjung Priok. Hal ini ditujukan untuk mengembalikan kekuatan Indonesia sebagai salah satu negara maritim terbesar.
Kali ini KPK mengundang seluruh otoritas pelabuhan Tanjung Priok di antaranya Bea Cukai, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Badan Karantina dan Ombudsman. Pelabuhan Tanjung Priok dianggap dapat mewakili kondisi pelabuhan lain yang ada di Indonesia, dengan tingkat kesibukan yang paling tinggi, pelabuhan Tanjung Priok dipilih untuk menjadi contoh dari perbaikan di sektor maritim.
Saat ini yang masih menjadi permasalahan bersama dalam pengelolaan sektor maritim di antaranya adalah daya saing yang lemah, disebabkan biaya logistik tinggi, dwelling time dan waiting time dalam pelayanan pelabuhan. Selain itu masih tingginya tingkat pelanggaran hukum di wilayah laut juga menyebabkan lemahnya sektor ini dalam bersaing dengan sektor lain.
Kepala Kantor Bea Cukai Tanjung Priok, Fadjar Donny dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/3/2017) mengatakan tujuan KPK mengadakan koordinasi ini tak lain untuk meningkatkan daya saing nasional dalam rangka mewujudkan poros maritim dunia melalui perbaikan tata kelola pelabuhan dalam rangka mendorong perbaikan layanan publik dan menekan biaya logistik.
Poin lainnya antara lain dengan menyelesaikan permasalahan lintas stakeholder untuk mengoptimalkan utilitas pelabuhan, dan menutup celah korupsi dan kerugian keuangan negara. "Bea Cukai selaku salah satu operator pelabuhan Tanjung Priok juga memiliki peran dalam mendukung perbaikan ini," ucap Donny yang memaparkan beberapa langkah inisiatif pengelolaan yang dilakukan Bea Cukai dalam membenahi pelabuhan Tanjung Priok.
Dia menambahkan Bea Cukai telah melakukan metode hub and spoke di mana Tanjung Priok ditempatkan sebagai pelabuhan besar, atau hub dan barang-barang yang masuk akan segera disalurkan ke pelabuhan kecil, atau spoke, untuk mengurangi penumpukan. Selain pembentukan hub and spoke, Bea Cukai Tanjung Priok juga telah mengajukan penataan tempat penimbunan sementara.
“Dengan pengelompokan TPS diharapkan pemeriksaan lebih efektif dan efisien sehingga dampaknya akan menurunkan dwelling time,” sambungnya.
Tak hanya itu, pembangunan tempat penimbunan pabean di sekitar Tanjung Priok juga diharapkan dapat bermanfaat untuk long stay container sehingga tidak menumpuk di pelabuhan utama. “Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat menekan biaya logistik, dan menarik minat investor yang nantinya akan mendorong pertumbuhan ekonomi,” jelas Donny.
Kali ini KPK mengundang seluruh otoritas pelabuhan Tanjung Priok di antaranya Bea Cukai, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Badan Karantina dan Ombudsman. Pelabuhan Tanjung Priok dianggap dapat mewakili kondisi pelabuhan lain yang ada di Indonesia, dengan tingkat kesibukan yang paling tinggi, pelabuhan Tanjung Priok dipilih untuk menjadi contoh dari perbaikan di sektor maritim.
Saat ini yang masih menjadi permasalahan bersama dalam pengelolaan sektor maritim di antaranya adalah daya saing yang lemah, disebabkan biaya logistik tinggi, dwelling time dan waiting time dalam pelayanan pelabuhan. Selain itu masih tingginya tingkat pelanggaran hukum di wilayah laut juga menyebabkan lemahnya sektor ini dalam bersaing dengan sektor lain.
Kepala Kantor Bea Cukai Tanjung Priok, Fadjar Donny dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/3/2017) mengatakan tujuan KPK mengadakan koordinasi ini tak lain untuk meningkatkan daya saing nasional dalam rangka mewujudkan poros maritim dunia melalui perbaikan tata kelola pelabuhan dalam rangka mendorong perbaikan layanan publik dan menekan biaya logistik.
Poin lainnya antara lain dengan menyelesaikan permasalahan lintas stakeholder untuk mengoptimalkan utilitas pelabuhan, dan menutup celah korupsi dan kerugian keuangan negara. "Bea Cukai selaku salah satu operator pelabuhan Tanjung Priok juga memiliki peran dalam mendukung perbaikan ini," ucap Donny yang memaparkan beberapa langkah inisiatif pengelolaan yang dilakukan Bea Cukai dalam membenahi pelabuhan Tanjung Priok.
Dia menambahkan Bea Cukai telah melakukan metode hub and spoke di mana Tanjung Priok ditempatkan sebagai pelabuhan besar, atau hub dan barang-barang yang masuk akan segera disalurkan ke pelabuhan kecil, atau spoke, untuk mengurangi penumpukan. Selain pembentukan hub and spoke, Bea Cukai Tanjung Priok juga telah mengajukan penataan tempat penimbunan sementara.
“Dengan pengelompokan TPS diharapkan pemeriksaan lebih efektif dan efisien sehingga dampaknya akan menurunkan dwelling time,” sambungnya.
Tak hanya itu, pembangunan tempat penimbunan pabean di sekitar Tanjung Priok juga diharapkan dapat bermanfaat untuk long stay container sehingga tidak menumpuk di pelabuhan utama. “Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat menekan biaya logistik, dan menarik minat investor yang nantinya akan mendorong pertumbuhan ekonomi,” jelas Donny.
(akr)