BNI Bagikan Dividen Rp3,96 Triliun
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) membagikan dividen sebesar 35% dari Laba Bersih atau sebesar Rp3,96 triliun kepada para pemegang saham. Sisanya sebesar 65% atau Rp7,370 triliun akan digunakan sebagai Saldo Laba Ditahan.
Hal ini disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan untuk Tahun Buku 2016. Khusus dividen bagian Pemerintah atas kepemilikan 60% saham sebesar Rp 2,38 triliun akan disetorkan ke rekening Kas Umum Negara di Bank Indonesia. Direksi Perseroan akan menetapkan jadwal dan tata cara pembagian dividen tahun buku 2016 sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menjelaskan pembagian dividen tersebut cukup besar karena pencapaian positif di 2016. Pembagian dividen, sambung Baiquni, tidak akan mengganggu permodalan perseroan untuk mencapai target pertumbuhan tahun ini 15%-17%.
“Pencadangan modal atau CAR kami diproyeksikan 18,5%, ini artinya di level aman. Kami masih bisa mencapai pertumbuhan, khususnya kredit di atas industri,” ujar Baiquni dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (16/3/2017).
Dia mengakui sebelumnya perseroan tidak membagikan dividen sebesar ini karena membutuhkan permodalan untuk ekspansi dengan laba ditahan. Posisi CAR sebelumnya di level 19,5% dan ekspansi tahun ini tidak akan mempengaruhi permodalan.
“Kami juga terbitkan surat berharga untuk antisipasi. Tahun lalu kami pinjam sindikasi dari 15 bank sebelum nilai tukar berubah. Namun kami juga ambil dana dari pasar uang untuk menggantikan pinjaman yang jatuh tempo. Dana dari surat utang kami paling besar untuk ekspansi kredit,” ujarnya.
Sementara, Direktur BNI Panji Irawan menjelaskan pihaknya memiliki rencana pendanaan dari pasar obligasi dengan skema penawaran umum berkelanjutan sehingga kemungkinan obligasi akan diterbitkan dalam dua tahun kedepan.
Pada Juni, Perseroan berencana menerbitkan obligasi sebesar Rp5 triliun. Sedangkan untuk negotiable certificate of deposit (NCD) sudah diterbitkan sebesar Rp2,7 triliun. “Sumber pendanaan merupakan kombinasi antara simpanan konvensional dan non konvensional sehingga masih managable,” ujar Panji.
Hal ini disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan untuk Tahun Buku 2016. Khusus dividen bagian Pemerintah atas kepemilikan 60% saham sebesar Rp 2,38 triliun akan disetorkan ke rekening Kas Umum Negara di Bank Indonesia. Direksi Perseroan akan menetapkan jadwal dan tata cara pembagian dividen tahun buku 2016 sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menjelaskan pembagian dividen tersebut cukup besar karena pencapaian positif di 2016. Pembagian dividen, sambung Baiquni, tidak akan mengganggu permodalan perseroan untuk mencapai target pertumbuhan tahun ini 15%-17%.
“Pencadangan modal atau CAR kami diproyeksikan 18,5%, ini artinya di level aman. Kami masih bisa mencapai pertumbuhan, khususnya kredit di atas industri,” ujar Baiquni dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (16/3/2017).
Dia mengakui sebelumnya perseroan tidak membagikan dividen sebesar ini karena membutuhkan permodalan untuk ekspansi dengan laba ditahan. Posisi CAR sebelumnya di level 19,5% dan ekspansi tahun ini tidak akan mempengaruhi permodalan.
“Kami juga terbitkan surat berharga untuk antisipasi. Tahun lalu kami pinjam sindikasi dari 15 bank sebelum nilai tukar berubah. Namun kami juga ambil dana dari pasar uang untuk menggantikan pinjaman yang jatuh tempo. Dana dari surat utang kami paling besar untuk ekspansi kredit,” ujarnya.
Sementara, Direktur BNI Panji Irawan menjelaskan pihaknya memiliki rencana pendanaan dari pasar obligasi dengan skema penawaran umum berkelanjutan sehingga kemungkinan obligasi akan diterbitkan dalam dua tahun kedepan.
Pada Juni, Perseroan berencana menerbitkan obligasi sebesar Rp5 triliun. Sedangkan untuk negotiable certificate of deposit (NCD) sudah diterbitkan sebesar Rp2,7 triliun. “Sumber pendanaan merupakan kombinasi antara simpanan konvensional dan non konvensional sehingga masih managable,” ujar Panji.
(ven)