PLN Targetkan PPA Tahun Ini 32.000 MW
A
A
A
JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) terus mempercepat realisasi pencapaian proyek 35.000 MW. Tahun ini, PLN berencana menyelesaikan perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) sebesar 32.000 MW.
“Kita merencanakan sampai akhir tahun ini, menandatangani PPA sebesar 32.000 MW. Habis itu, terakhir kita peaker gas," ujar Direktur Utama PLN Sofyan Basir usai penandatangan EPC proyek 35.000 MW di Kantor PLN Pusat, Jakarta, Jumat (17/3/2017).
Menurut Sofyan, tahun lalu PLN telah berhasil menandatangani PPA sebesar 22.000 MW. Adapun tahun ini, PLN optimistis dapat menyelesaikan PPA sebesar 10.000 MW, baik dibeli dari swasta (independent power producer/IPP) maupun proyek yang dibangun PLN. “Jadi sampai akhir tahun ini, kita harapkan 32.000 MW sudah selesai PPA,” tandasnya.
Dia menyebut, progress pembangunan proyek 35.000 MW sampai saat ini yang sudah jalan mencapai 37%, antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Uap Jawa 7, PLTU Tanjung Jati 3 dan 4, PLTU Cilacap ekspansi dan PLTU Batang. PLN juga siap menggarap proyek 16 pembangkit listrik berkapasitas 1.825,5 MW dengan skema engineering, procurement, contruction (EPC) dengan nilai investasi sebesar Rp13 triliun.
Disamping itu, PLN juga akan membangun transmisi 500 kilo volt sepanjang 928 kilomenter sirkuit di Jalur Utara Jawa dengan nilai investasi Rp2,1 triliun serta biaya long term service agreement (LTSA) untuk 5 tahun senilai Rp6 triliun. Sehingga total proyek mencapai Rp21,1 triliun.
“Proyek ini bagian dari 35.000 MW dalam rangka memenuhi kekurangan pasokan daya, menggantikan pembangkit BBM eksisting yang tidak efisien, dan untuk menaikan rasio elektrifikasi daerah yang masih tertinggal,” kata Sofyan.
Dia menandaskan target penyelesaian PPA dan pembangunan berbagai proyek infrastruktur ketenagalistrikan merupakan komitmen PLN merealisasikan proyek 35.000 MW dalam jangka waktu 5 tahun (2014-2019). Hal ini telah dikukuhkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 serta penyediaan listrik di daerah terpencil, pulau terluar dan daerah perbatasan.
PLN menargetkan pada 2019, 90% pulau terluar yang belum mendapatkan akses listrik dapat teratasi. Dengan begitu, rencana pemerintah mewujudkan rasio elektrifikasi 99% pada 2019 dapat tercapai.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Pengadaan PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan perjanjian jual beli listrik tahun ini sebesar 10.000 MW merupakan target paling sedikit. Jika memungkinkan, PPA proyek 35.000 MW dapat rampung tahun ini. “Paling sedikit PPA tahun ini 10.000 MW. Kalau memungkinkan kita akan selesaikan tahun ini,” tandas dia.
Dia menjelaskan, perjanjian jual beli listrik yang akan ditandatangani tahun ini terdiri dari berbagai macam pembangkit, diantaranya dari pembangkit batubara, gas, diesel dan energi terbarukan.
“Jadi ada berbagai macam pembangkit. Untuk pembangkit diesel ini nanti yang kecil-kecil di daerah yang memang belum terakses listrik,” pungkasnya.
“Kita merencanakan sampai akhir tahun ini, menandatangani PPA sebesar 32.000 MW. Habis itu, terakhir kita peaker gas," ujar Direktur Utama PLN Sofyan Basir usai penandatangan EPC proyek 35.000 MW di Kantor PLN Pusat, Jakarta, Jumat (17/3/2017).
Menurut Sofyan, tahun lalu PLN telah berhasil menandatangani PPA sebesar 22.000 MW. Adapun tahun ini, PLN optimistis dapat menyelesaikan PPA sebesar 10.000 MW, baik dibeli dari swasta (independent power producer/IPP) maupun proyek yang dibangun PLN. “Jadi sampai akhir tahun ini, kita harapkan 32.000 MW sudah selesai PPA,” tandasnya.
Dia menyebut, progress pembangunan proyek 35.000 MW sampai saat ini yang sudah jalan mencapai 37%, antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Uap Jawa 7, PLTU Tanjung Jati 3 dan 4, PLTU Cilacap ekspansi dan PLTU Batang. PLN juga siap menggarap proyek 16 pembangkit listrik berkapasitas 1.825,5 MW dengan skema engineering, procurement, contruction (EPC) dengan nilai investasi sebesar Rp13 triliun.
Disamping itu, PLN juga akan membangun transmisi 500 kilo volt sepanjang 928 kilomenter sirkuit di Jalur Utara Jawa dengan nilai investasi Rp2,1 triliun serta biaya long term service agreement (LTSA) untuk 5 tahun senilai Rp6 triliun. Sehingga total proyek mencapai Rp21,1 triliun.
“Proyek ini bagian dari 35.000 MW dalam rangka memenuhi kekurangan pasokan daya, menggantikan pembangkit BBM eksisting yang tidak efisien, dan untuk menaikan rasio elektrifikasi daerah yang masih tertinggal,” kata Sofyan.
Dia menandaskan target penyelesaian PPA dan pembangunan berbagai proyek infrastruktur ketenagalistrikan merupakan komitmen PLN merealisasikan proyek 35.000 MW dalam jangka waktu 5 tahun (2014-2019). Hal ini telah dikukuhkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 serta penyediaan listrik di daerah terpencil, pulau terluar dan daerah perbatasan.
PLN menargetkan pada 2019, 90% pulau terluar yang belum mendapatkan akses listrik dapat teratasi. Dengan begitu, rencana pemerintah mewujudkan rasio elektrifikasi 99% pada 2019 dapat tercapai.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Pengadaan PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan perjanjian jual beli listrik tahun ini sebesar 10.000 MW merupakan target paling sedikit. Jika memungkinkan, PPA proyek 35.000 MW dapat rampung tahun ini. “Paling sedikit PPA tahun ini 10.000 MW. Kalau memungkinkan kita akan selesaikan tahun ini,” tandas dia.
Dia menjelaskan, perjanjian jual beli listrik yang akan ditandatangani tahun ini terdiri dari berbagai macam pembangkit, diantaranya dari pembangkit batubara, gas, diesel dan energi terbarukan.
“Jadi ada berbagai macam pembangkit. Untuk pembangkit diesel ini nanti yang kecil-kecil di daerah yang memang belum terakses listrik,” pungkasnya.
(ven)