Pertamina Bersaing Mendapatkan Ladang Migas di Iran
A
A
A
CIREBON - PT Pertamina (Persero) saat ini sedang bersaing mendapatkan pengelolaan dua ladang minyak dan gas di Iran yaitu Ab-Teymour dan Mansouri. Pertamina optimistis mampu memenangkan lelang walaupun bersaing dengan kontraktor Rusia Lukoil dan Maersk Oil dari Denmark.
"Kami optimis. Kami sudah sampaikan proposal ke NIOC (National Iran Oil Company). Saat ini kami menunggu respons dari Iran," ujar Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam, di Cirebon, Jawa Barat, Selasa (11/4/2017).
Menurut dia, pemerintah mendukung penuh keinginan Pertamina mengelola secara penuh dua ladang migas di Iran. Bahkan ketika Presiden Jokowi mengunjungi Iran bertemu dengan presiden Iran secara eksplisit telah menyampaikan keinginan untuk dapat mengelola dua blok migas tersebut.
"Saya kira itu merupakan dukungan pemerintah yang sangat luar biasa. Sekarang tergantung keputusan Pemerintah Iran," tandasnya.
Dia mengatakan, Pertamina telah menyiapkan investasi pengelolaan dua ladang migas yang terletak di darat tersebut dalam jangka waktu selama 20 tahun. Adapun investasi yang disiapkan Pertamina sebesar USD12 miliar. "Kami harapkan tahun ini sudah ditunjuk setelah itu bisa langsung eksekusi," tandasnya.
Dia juga mengaku siap jika bekerja sama dengan perusahaan lokal dari Iran. Pasalnya berdasarkan peraturan dari Pemerintah Iran, kontraktor migas yang melakukan investasi harus melibatkan perusahaan lokal selain NIOC. "Nanti Pemerintah Iran yang nunjuk perusahaan lokalnya. Kami siap bekerja sama," ujarnya.
Senior Vice President Upstream and Development Business Pertamina Denie Tampubolon mengatakan bahwa keinginan mengelola ladang migas di Iran merupakan upaya Pertamina mengembangkan sektor hulu. Keinginan Pertamina mengelola dua ladang migas itu telah disampaikan kepada Pemerintah Iran melalui nota kesepahaman sejak Agustus 2016 lalu.
"Pemerintah Iran mengajak Pertamina menjajaki dua lapangan migas di Iran Ab-Teymour dan Mansouri. Setelah setuju lalu kami pelajari. Dengan cadangan yang sangat besar kami interest masuk di Iran," ucapnya.
Menurutnya evaluasi dua ladang migas tersebut butuh waktu tiga bulan dengan melibatkan 40 tim dan perguruan tinggi. Setelah selesai, Pertamina kemudian menyelesaikan proposal baik dari sisi teknis maupun komersial kepada NIOC. Proposal kesiapan Pertamina mengelola blok migas di Iran disampaikan pada akhir Februari 2017.
"Program-program kami sampaikan kepada NIOC. Kami juga lihat minyaknya bagus dan bisa di bawa ke Indonesia. Saat ini kita menunggu keputusan dari Iran," kata dia.
Dia menyebut total kapasitas produksi di dua blok migas yakni Ab-Teymour dan Mansouri sebesar 100.000 barel setara minyak per hari. Adapun masing-masing blok mempunyai produksi sebesar 50.000 barel setara minyak per hari.
"Dengan angka itu, masih bisa ditingkatkan secara signifikan. Kalau Pertamina ditunjuk mengembangkan lapangan ini, kita punya kompetensi teknis dan siap pendanaan pengembangan lapangan," ujarnya.
Dia meyakini proposal lelang yang diajukan Pertamina mampu bersaing dengan kompetitor. Namun pihaknya menyerahkan keputusan akhir kepada Pemerintah Iran.
"Kami optimistis. Pemerintah Iran tentu tidak hanya mempertimbangkan sisi komersial tapi juga hubungan baik dengan Indonesia. Disamping itu sebelum submit, kami juga tes proposal dengan NIOC," jelasnya.
"Kami optimis. Kami sudah sampaikan proposal ke NIOC (National Iran Oil Company). Saat ini kami menunggu respons dari Iran," ujar Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam, di Cirebon, Jawa Barat, Selasa (11/4/2017).
Menurut dia, pemerintah mendukung penuh keinginan Pertamina mengelola secara penuh dua ladang migas di Iran. Bahkan ketika Presiden Jokowi mengunjungi Iran bertemu dengan presiden Iran secara eksplisit telah menyampaikan keinginan untuk dapat mengelola dua blok migas tersebut.
"Saya kira itu merupakan dukungan pemerintah yang sangat luar biasa. Sekarang tergantung keputusan Pemerintah Iran," tandasnya.
Dia mengatakan, Pertamina telah menyiapkan investasi pengelolaan dua ladang migas yang terletak di darat tersebut dalam jangka waktu selama 20 tahun. Adapun investasi yang disiapkan Pertamina sebesar USD12 miliar. "Kami harapkan tahun ini sudah ditunjuk setelah itu bisa langsung eksekusi," tandasnya.
Dia juga mengaku siap jika bekerja sama dengan perusahaan lokal dari Iran. Pasalnya berdasarkan peraturan dari Pemerintah Iran, kontraktor migas yang melakukan investasi harus melibatkan perusahaan lokal selain NIOC. "Nanti Pemerintah Iran yang nunjuk perusahaan lokalnya. Kami siap bekerja sama," ujarnya.
Senior Vice President Upstream and Development Business Pertamina Denie Tampubolon mengatakan bahwa keinginan mengelola ladang migas di Iran merupakan upaya Pertamina mengembangkan sektor hulu. Keinginan Pertamina mengelola dua ladang migas itu telah disampaikan kepada Pemerintah Iran melalui nota kesepahaman sejak Agustus 2016 lalu.
"Pemerintah Iran mengajak Pertamina menjajaki dua lapangan migas di Iran Ab-Teymour dan Mansouri. Setelah setuju lalu kami pelajari. Dengan cadangan yang sangat besar kami interest masuk di Iran," ucapnya.
Menurutnya evaluasi dua ladang migas tersebut butuh waktu tiga bulan dengan melibatkan 40 tim dan perguruan tinggi. Setelah selesai, Pertamina kemudian menyelesaikan proposal baik dari sisi teknis maupun komersial kepada NIOC. Proposal kesiapan Pertamina mengelola blok migas di Iran disampaikan pada akhir Februari 2017.
"Program-program kami sampaikan kepada NIOC. Kami juga lihat minyaknya bagus dan bisa di bawa ke Indonesia. Saat ini kita menunggu keputusan dari Iran," kata dia.
Dia menyebut total kapasitas produksi di dua blok migas yakni Ab-Teymour dan Mansouri sebesar 100.000 barel setara minyak per hari. Adapun masing-masing blok mempunyai produksi sebesar 50.000 barel setara minyak per hari.
"Dengan angka itu, masih bisa ditingkatkan secara signifikan. Kalau Pertamina ditunjuk mengembangkan lapangan ini, kita punya kompetensi teknis dan siap pendanaan pengembangan lapangan," ujarnya.
Dia meyakini proposal lelang yang diajukan Pertamina mampu bersaing dengan kompetitor. Namun pihaknya menyerahkan keputusan akhir kepada Pemerintah Iran.
"Kami optimistis. Pemerintah Iran tentu tidak hanya mempertimbangkan sisi komersial tapi juga hubungan baik dengan Indonesia. Disamping itu sebelum submit, kami juga tes proposal dengan NIOC," jelasnya.
(ven)