Pertamina Tekor Rp11 T, Pengamat: Exxon Dkk Juga Rugi Kok

Selasa, 25 Agustus 2020 - 20:42 WIB
loading...
Pertamina Tekor Rp11...
Senasib dengan Pertamina, perusahaan-perusahaan migas raksasa dunia juga membukukan kerugian di semester I/2020 akibat dampak pandemi Covid-19. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Kabar soal ruginya PT Pertamina (Persero) saat ini santer dibahas di berbagai media. Berdasarkan Laporan Keuangan Semester I/2020, BUMN energi terintegrasi ini mengalami kerugian sebesar USD767,2 juta atau sekitar Rp11,33 triliun.

Menanggapi isu ini, pengamat energi Mamit Setiawan angkat bicara. Direktur Eksekutif Energy Watch ini mengatakan, dari sisi kinerja, Pertamina bukan satu-satunya perusahaan migas yang membukukan kerugian di paruh pertama tahun ini.

"Industri migas dunia tengah mengalami masa sulit akibat pandemi Covid-19 ini. Banyak perusahaan migas dunia yang mengalami kerugian di sepanjang paruh pertama 2020 ini," ungkapnya di Jakarta, Selasa (25/8/2020).

Dia memaparkan, raksasa migas asal Amerika Serikat (AS) ExxonMobil, dalam laporan yang diterbitkan tanggal 31 Juli 2020 menyampaikan kerugian USD1,1 miliar (sekitar Rp16 triliun) selama semester I/2020 karena kelebihan suplai minyak dunia akibat melemahnya permintaan yang disebabkan pandemi Covid-19. Akibat kerugian ini, nilai saham Exxon bahkan terdilusi sebesar USD0,26.

(Baca Juga: Pertamina Pecahkan Rekor Lagi, tapi Kali Ini Soal Kerugian)

Hal yang sama menurut Mamit juga terjadi pada perusahaan minyak asal Inggis, BP. Berdasarkan laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan itu, sepanjang semester I/2020, BP mengalami kerugian sebesar USD6,7 miliar (sekitar Rp97 triliun). Kinerja tersebut berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun lalu dimana BP membukukan keuntungan USD2,8 miliar.

"Sama. Penyebab ruginya BP adalah lemahnya harga minyak dan gas dunia, margin yang rendah dari produk kilang, pemangkasan produksi minyak dan gas, serta rendahnya permintaan untuk bahan bakar dan juga pelumas," ujar Mamit.

Chevron, raksasa migas lain yang juga berbasis di AS, dalam laporan keuangannya di semester I/2020 mencatatkan kerugian sebesar USD8,3 miliar atau sekitar Rp120 triliun, dengan saham yang terdilusi sebesar USD4,44 per lembarnya. Dalam laporannya, kata Mamit, CEO Chevron Michel K Wirth menuding pandemi Covid-19 berdampak pada melemahnya harga produk dan juga permintaan.

"Jadi kerugian Pertamina Rp11,33 triliun itu terbilang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan perusahaan migas dunia yang lain. Pandemi Covid-19 ini bisa dikatakan kondisi force majeure dimana tidak ada satupun pihak yang siap dengan dampaknya," cetus Mamit.

Dia menilai, Pertamina dengan kondisi saat ini mengalami tekanan yang luar biasa. Menurutnya ada beberapa poin yang menyebabkan beban keuangan Pertamina bertambah. Pertama, turunnya pendapatan dan penjualan yang mencapai 20%. Penurunan ini, mengoreksi pendapatan Pertamina dari USD25,5 miliar pada semester I/2019 hanya menjadi USD20,4 miliar di 2020.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1314 seconds (0.1#10.140)