BEI Yogyakarta Luncurkan Inkubator IDX Bisnis Startup
A
A
A
YOGYAKARTA - Indonesia merupakan negara terbanyak startup di antara negara di Asia Tenggara. Hingga Desember 2016, tercatat lebih dari 2.500 perusahaan startup yang eksis di Indonesia. Hanya saja sampai saat ini belum ada satu pun perusahaan startup di Indonesia yang sudah go public atau IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Oleh karena itu, Kantor Bursa Efek Indonesia (KBEI) Yogyakarta mulai merintis pendampingan melalui program inkubator Indonesia Stock Exchange (IDX) terhadap startup agar nanti bisa IPO di bursa efek. Meski di BEI pusat sudah mencanangkan hal yang sama, tetapi di daerah, KBEI Yogyakarta mencoba memulai melakukan pendampingan.
Kepala KBEI Yogyakarta, Irfan Noor Riza mengatakan, di samping mencari investor di lantai bursa, pihaknya juga berusaha mencari emiten atau perusahaan yang melakukan IPO.
Saat ini, pihaknya berupaya mencoba mendorong usaha kecil mikro (UKM) untuk bisa melakukan IPO atau bisa melantai di bursa efek. "Hanya saja regulasi UKM juga belum ada," tuturnya, Rabu (26/4/2017).
Sembari menunggu regulasi tersebut selesai digodok oleh pemerintah, pihaknya memulai proses pendampingan melalui program inkubator. Saat ini pihaknya tengah melakukan proses seleksi startup yang ada di Yogyakarta. Pihaknya membidik startup sebagai salah satu objek pendampingan karena jumlah startup di wilayah ini juga cukup banyak hingga ratusan.
Pemilihan startup ini sebagai bentuk kontribusi BEI dalam mendukung pemerintah yang ingin membentuk 1.000 startup hingga awal 2020. Pihaknya menargetkan setidaknya ada 25 perusahaan startup baru di Yogyakarta dan Solo mengikuti proses seleksi inkubator IDX tersebut.
Sebagai pilot project inkubator IDX ini, pihaknya memilih startup Mangan (mobile pangan). Mangan merupakan aplikasi pencarian kuliner yang dihasilkan sejumlah anak muda Solo yang mulai membidik Yogyakarta sebagai pasar kedua dari aplikasi mereka. Mangan dipilih karena dianggap lebih siap di samping startup yang lain untuk dibimbing menuju IPO.
"Syarat untuk IPO itu legalitas, permodalan hingga share produk. Dan mangan, kami anggap sudah siap," tuturnya.
Oleh karena itu, Kantor Bursa Efek Indonesia (KBEI) Yogyakarta mulai merintis pendampingan melalui program inkubator Indonesia Stock Exchange (IDX) terhadap startup agar nanti bisa IPO di bursa efek. Meski di BEI pusat sudah mencanangkan hal yang sama, tetapi di daerah, KBEI Yogyakarta mencoba memulai melakukan pendampingan.
Kepala KBEI Yogyakarta, Irfan Noor Riza mengatakan, di samping mencari investor di lantai bursa, pihaknya juga berusaha mencari emiten atau perusahaan yang melakukan IPO.
Saat ini, pihaknya berupaya mencoba mendorong usaha kecil mikro (UKM) untuk bisa melakukan IPO atau bisa melantai di bursa efek. "Hanya saja regulasi UKM juga belum ada," tuturnya, Rabu (26/4/2017).
Sembari menunggu regulasi tersebut selesai digodok oleh pemerintah, pihaknya memulai proses pendampingan melalui program inkubator. Saat ini pihaknya tengah melakukan proses seleksi startup yang ada di Yogyakarta. Pihaknya membidik startup sebagai salah satu objek pendampingan karena jumlah startup di wilayah ini juga cukup banyak hingga ratusan.
Pemilihan startup ini sebagai bentuk kontribusi BEI dalam mendukung pemerintah yang ingin membentuk 1.000 startup hingga awal 2020. Pihaknya menargetkan setidaknya ada 25 perusahaan startup baru di Yogyakarta dan Solo mengikuti proses seleksi inkubator IDX tersebut.
Sebagai pilot project inkubator IDX ini, pihaknya memilih startup Mangan (mobile pangan). Mangan merupakan aplikasi pencarian kuliner yang dihasilkan sejumlah anak muda Solo yang mulai membidik Yogyakarta sebagai pasar kedua dari aplikasi mereka. Mangan dipilih karena dianggap lebih siap di samping startup yang lain untuk dibimbing menuju IPO.
"Syarat untuk IPO itu legalitas, permodalan hingga share produk. Dan mangan, kami anggap sudah siap," tuturnya.
(ven)