Darmin Ungkap Penyebab Gini Ratio Menurun
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution memperkirakan peningkatan daya beli 40% masyarakat yang tergolong tingkat kesejahteraan terbawah terdongkrak oleh banyaknya proyek infrastruktur dalam dua tahun terakhir. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, indeks gini rasio atau tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia menurun 0,41 pada 2015 menjadi 0,39 pada 2016.
Data ini menunjukan bahwa, kesenjangan ekonomi antara kelas atas dengan kelas menengah dan bawah di Indonesia mulai berkurang. "Kenapa 2016 gini rasio turun dua kali berturut-turut, siapa itu? Itu mereka yang pertumbuhan konsumsinya lebih tinggi dari 20% teratas, dugaan kita adalah karena kita sedang membangun infrastruktur besar-besaran di seluruh Indonesia. Pembangunan awal siapa yang bekerja? Pasti buruh, pasti mereka yang mengerjakan pembangunannya," kata Darmin di Gedung BPS, Jakarta, Kamis (27/4/2017).
Darmin mengatakan, pada saat yang sama harga produk sumber daya alam juga sedang turun, kemudian baru mulai bergerak naik lagi sekarang ini dari 2011. Namun demikian, menurutnya penurunan rasio gini tidak akan berkelanjutan. Begitu proyek infrastruktur selesai, yang akan lebih menikmati pertumbuhan ekonomi adalah pengelola infrastruktur.
"Kemudian ini nanti, kalau sudah selesai infrastrukturnya, siapa yang akan mendapatkan penghasilan naik lebih banyak? Yang bawah apa yang atas? Kayaknya yang atas, berarti ini bisa enggak sustainable," katanya.
Kalau ketimpangan terus melebar lagi, tentu dampaknya buruk bahkan bisa menimbulkan kecemburuan sosial dan merusak persatuan di tengah masyarakat. Maka pemerintah berupaya menciptakan pemerataan ekonomi yang berkelanjutan, bukan sementara saja. "Caranya, dengan mengembangkan sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja. Misalnya industri padat karya, infrastruktur, pariwisata, dan sebagainya," pungkas Darmin.
Data ini menunjukan bahwa, kesenjangan ekonomi antara kelas atas dengan kelas menengah dan bawah di Indonesia mulai berkurang. "Kenapa 2016 gini rasio turun dua kali berturut-turut, siapa itu? Itu mereka yang pertumbuhan konsumsinya lebih tinggi dari 20% teratas, dugaan kita adalah karena kita sedang membangun infrastruktur besar-besaran di seluruh Indonesia. Pembangunan awal siapa yang bekerja? Pasti buruh, pasti mereka yang mengerjakan pembangunannya," kata Darmin di Gedung BPS, Jakarta, Kamis (27/4/2017).
Darmin mengatakan, pada saat yang sama harga produk sumber daya alam juga sedang turun, kemudian baru mulai bergerak naik lagi sekarang ini dari 2011. Namun demikian, menurutnya penurunan rasio gini tidak akan berkelanjutan. Begitu proyek infrastruktur selesai, yang akan lebih menikmati pertumbuhan ekonomi adalah pengelola infrastruktur.
"Kemudian ini nanti, kalau sudah selesai infrastrukturnya, siapa yang akan mendapatkan penghasilan naik lebih banyak? Yang bawah apa yang atas? Kayaknya yang atas, berarti ini bisa enggak sustainable," katanya.
Kalau ketimpangan terus melebar lagi, tentu dampaknya buruk bahkan bisa menimbulkan kecemburuan sosial dan merusak persatuan di tengah masyarakat. Maka pemerintah berupaya menciptakan pemerataan ekonomi yang berkelanjutan, bukan sementara saja. "Caranya, dengan mengembangkan sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja. Misalnya industri padat karya, infrastruktur, pariwisata, dan sebagainya," pungkas Darmin.
(akr)