Aplikasi Sipindo Bantu 1.000 Petani Bebas Tengkulak

Kamis, 27 April 2017 - 23:34 WIB
Aplikasi Sipindo Bantu 1.000 Petani Bebas Tengkulak
Aplikasi Sipindo Bantu 1.000 Petani Bebas Tengkulak
A A A
JAKARTA - Perusahaan benih sayuran PT East West Seed Indonesia (Ewindo) atau dikenal dengan “Cap Panah Merah” bekerja sama dengan lembaga nirlaba Promoting Rural Income through Support for Markets in Agriculture (PRISMA) meluncurkan aplikasi Sipindo (Sistem Aplikasi Petani Indonesia). Aplikasi ini diharapkan dapat mendukung kemajuan sektor pertanian di Indonesia.

Peluncuran aplikasi ini dihadiri oleh Managing Director Ewindo Glenn Pardede, Sales and Marketing Director Afrizal Gindow, Sekertaris Ditjen Hortikultura Kementan Sri Wijayanti Yusuf, Perwakilan PRISMA Prajwal Shahi, pelaku usaha makanan dan perwakilan petani dari seluruh Indonesia.

Managing Director EwindoGlenn Pardede mengatakan aplikasi ini untuk memenuhi kebutuhan sayur dan buah di Indonesia. Petani diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian mereka sesuai dengan permintaan pasar secara kontinyu.

“Aplikasi ini bisa menjadi salah satu solusi bagi petani mendapatkan akses informasi pertanian dengan mudah untuk peningkatan produktivitas serta kualitas yang berujung pada peningkatan kesejahteraan petani. Petani bisa merasakan keuntungan yang lebih optimal ketika menjual hasil panennya karena lebih dekat dengan pasar dan terhindar dari permainan harga dari para tengkulak,” ujar Glenn dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (27/4/2017).

Aplikasi berbasis android ini merupakan inisiasi Ewindo atas pengalaman lebih dari 25 tahun pada pengembangan bisnis benih hortikultura di Indonesia. “Dalam pengembangannya, kami bersinergi dengan stakeholder terkait mulai dari pemerintah, swasta hingga lembaga nirlaba asing yang memiliki kesamaan visi untuk mendukung kemajuan industri pertanian khususnya sektor hortikultura di Indonesia. Pada tahap awal aplikasi ini akan menyasar kepada 1.000 petani, diharapkan dalam tiga tahun ke depan dapat menyasar 10.000 petani,” paparnya.

Saat ini dia menerangkan petani di Indonesia masih mengalami berbagai hambatan dalam mengembangkan usahanya. Mulai kendala hama dan penyakit tanaman, kendala perubahan iklim, kesulitan dalam mengakses pasar, permainan harga oleh para tengkulak hingga kurangnya penerapan pola diversifikasi tanaman karena petani di Indonesia masih memiliki kecenderungan menanam satu komoditi yang sama disaat harga bagus.

Dia menambahkan hadirnya aplikasi Sipindo ini diharapkan mampu memberikan jawaban untuk membantu para petani dalam menyelesaikan masalah yang sering dihadapi. Fitur-fitur yang disajikan secara realtime dan akurat, sehingga petani bisa langsung mengakses informasi yang dibutuhkan terkait profil petani di wilayah lain, harga dan tren permintaan komoditas di pasaran, tata cara penanganan hama dan penyakit tanaman, pola dan musim tanam, estimasi waktu panen dan perkiraan jumlah produksi.

Selain itu bisa juga mengetahui prakiraan iklim dan cuaca hingga forum jual beli hasil panen dari pedagang pasar tradisional hingga retail modern untuk mengantisipasi permainan harga oleh para tengkulak. Petani pun dapat mengetahui tingkat kesuburan tanah agar lebih hemat dalam menggunakan pupuk.

Sementara Manajer Portfolio PRISMA, Prajwal Shahi mengaku bangga bisa bermitra dengan EWINDO yang selalu menjadi pioneer dalam mengembangkan teknologi mutakhir yang dapat memberikan layanan produk dan jasa terbaik kepada petani. “Kami harap aplikasi ini dapat membantu petani Indonesia dalam mengakses informasi dan pengetahuan pertanian secara realtime dan akurat,” ujar Prajwal dalam kesempatan yang sama.

Selain petani, mitra penyuluh dan pedagang juga dapat menggunakan aplikasi Sipindo ini. Keuntungan bagi mitra penyuluh adalah mendapatkan informasi yang dibutuhkan petani sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam menganalisa suatu masalah yang dihadapi kemudian segera memberikan solusi serta penyuluhan dengan cepat dan tepat kepada masing-masing petani.

Sementara, pedagang bisa memanfaatkan aplikasi ini untuk mencari dan membeli produk produk pertanian sesuai kebutuhan mereka. Diharapkan, volume perdagangan produk pertanian melalui aplikasi digital juga bisa meningkat, sekaligus memberi keuntungan yang lebih baik untuk petani dan pedagang.

Sebagai latar belakang, menurut data Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi), persentase pertumbuhan agribisnis hortikultura terutama sayuran pada tahun 2017-2018 diperkirakan akan mencapai 4,7% hingga 16,1%. Nilai agribisnis produk sayuran di Indonesia pun diperkirakan mencapai Rp112 triliun, termasuk perkiraan sekitar USD421 juta adalah produk impor.

Faktor pendorong pertumbuhan utamanya adalah dari sisi permintaan, dengan faktor utama pertumbuhan masyarakat perkotaan yang saat ini telah mencapai 56% dari total penduduk, pertumbuhan pendapatan masyarakat serta peningkatan kesadaran dan gaya hidup yang mengedepankan pentingnya sayur dan buah bagi kesehatan.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5796 seconds (0.1#10.140)