Kencana Agri Bangun Pabrik CPO Ke-6 di Sulteng
A
A
A
TEMPILANG - Kencana Agri Ltd berencana membangun pabrik pengolahan minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) di Luwuk, Sulawesi Tengah (Sulteng). Nilai investasi yang digelontorkan perusahaan sekitar Rp75 miliar.
(Baca Juga: Tanpa Uni Eropa, Pasar Sawit Tetap Strategis)
Direktur Keuangan Kencana Agri Kent Surya menjelaskan, pabrik tersebut akan mulai dibangun pada semester kedua tahun ini dan mulai beroperasi akhir 2018. "Pada tahap pertama kapasitasnya 30 ton per jam. Ke depan akan diperbesar menjadi 60 ton per jam," ujarnya di Tempilang, Bangka Barat, kemarin.
Kent menuturkan, saat ini pihaknya sudah memiliki lima pabrik CPO dengan kapasitas pabrik sebesar 225.000 ton per jam. Selain itu, perusahaan juga memiliki lahan perkebunan kelapa sawit dan satu pabrik crude palm kernel oil (CPKO) di Indonesia. Kapasitas pabrik CPKO sebesar 100.000 ton per hari.
"Totalnya nanti akan ada enam pabrik. Sebelumnya ada di Bangka Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kutai Kartanegara ada dua. Kami bangun pabrik kalau kira-kira sudah menjelang mau panen. Jadi pabrik itu harus berdekatan dengan lokasi kebun," tuturnya.
(Baca Juga: Kuartal I 2017, Pungutan Ekspor CPO Capai Rp3,3 Triliun)
Pihaknya menargetkan volume produksi CPO dapat meningkat tahun ini sebesar 15%-20%. Pada tahun lalu, volume produksi CPO menjadi 130.000 ton turun dari 150.000 ton pada 2015. Penurunan tersebut dikarenakan harga yang juga turun serta pengaruh El Nino.
"Tahun lalu kami mengalami kerugian. Tahun ini kita harapkan lebih baik dari 2016. Kita harapkan stabil harganya dikisaran USD750 per metrik ton," imbuh dia.
Saat ini produksi CPO digunakan untuk kebutuhan dalam negeri. Menurut Kent, konsumsi sawit di dalam negeri masih besar. "Tahun lalu kita hampir 100% dijual di lokal. Perusahaan lokal seperti kami lebih banyak dijual dalam negeri. Ekspor kalau harga lagi bagus," jelasnya.
Adapun total luas lahan sawit yang dimiliki perusahaan tercatat seluas 166.000. Dari jumlah tersebut lahan yang telah ditanami seluas 66.000 ha. Sisanya 100.000 ha belum ditanam.
Sementara, produktivitas lahan sekitar 20 ton per ha. Pihaknya belum berencana untuk replanting. "Sekitar 5-6 tahun lagi baru replanting. Sawit itu kalau produksi 20 ton per ha sudah lolos. Tapi bibit-bibit yang sekarang ada yang mencapai 25-30 ton per ha," tandasnya.
(Baca Juga: Tanpa Uni Eropa, Pasar Sawit Tetap Strategis)
Direktur Keuangan Kencana Agri Kent Surya menjelaskan, pabrik tersebut akan mulai dibangun pada semester kedua tahun ini dan mulai beroperasi akhir 2018. "Pada tahap pertama kapasitasnya 30 ton per jam. Ke depan akan diperbesar menjadi 60 ton per jam," ujarnya di Tempilang, Bangka Barat, kemarin.
Kent menuturkan, saat ini pihaknya sudah memiliki lima pabrik CPO dengan kapasitas pabrik sebesar 225.000 ton per jam. Selain itu, perusahaan juga memiliki lahan perkebunan kelapa sawit dan satu pabrik crude palm kernel oil (CPKO) di Indonesia. Kapasitas pabrik CPKO sebesar 100.000 ton per hari.
"Totalnya nanti akan ada enam pabrik. Sebelumnya ada di Bangka Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kutai Kartanegara ada dua. Kami bangun pabrik kalau kira-kira sudah menjelang mau panen. Jadi pabrik itu harus berdekatan dengan lokasi kebun," tuturnya.
(Baca Juga: Kuartal I 2017, Pungutan Ekspor CPO Capai Rp3,3 Triliun)
Pihaknya menargetkan volume produksi CPO dapat meningkat tahun ini sebesar 15%-20%. Pada tahun lalu, volume produksi CPO menjadi 130.000 ton turun dari 150.000 ton pada 2015. Penurunan tersebut dikarenakan harga yang juga turun serta pengaruh El Nino.
"Tahun lalu kami mengalami kerugian. Tahun ini kita harapkan lebih baik dari 2016. Kita harapkan stabil harganya dikisaran USD750 per metrik ton," imbuh dia.
Saat ini produksi CPO digunakan untuk kebutuhan dalam negeri. Menurut Kent, konsumsi sawit di dalam negeri masih besar. "Tahun lalu kita hampir 100% dijual di lokal. Perusahaan lokal seperti kami lebih banyak dijual dalam negeri. Ekspor kalau harga lagi bagus," jelasnya.
Adapun total luas lahan sawit yang dimiliki perusahaan tercatat seluas 166.000. Dari jumlah tersebut lahan yang telah ditanami seluas 66.000 ha. Sisanya 100.000 ha belum ditanam.
Sementara, produktivitas lahan sekitar 20 ton per ha. Pihaknya belum berencana untuk replanting. "Sekitar 5-6 tahun lagi baru replanting. Sawit itu kalau produksi 20 ton per ha sudah lolos. Tapi bibit-bibit yang sekarang ada yang mencapai 25-30 ton per ha," tandasnya.
(izz)