Industri 4.0 Ciptakan Peluang Baru

Rabu, 03 Mei 2017 - 06:21 WIB
Industri 4.0 Ciptakan Peluang Baru
Industri 4.0 Ciptakan Peluang Baru
A A A
JAKARTA - Industri dan manufaktur dunia tengah bersiap menghadapi revolusi industri 4.0. Secara garis besar, revolusi industri 4.0 mengintegrasikan dunia online dengan lini produksi di industri, dimana semua proses produksi berjalan dengan internet sebagai penopang utama.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, revolusi industri 4.0 merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindarkan. Namun menjadi peluang baru sehingga Indonesia perlu mempersiapkan diri.

"Jadi kita perlu menginformasikan kepada para stakeholder bahwa industri 4.0 ini bukan hanya di depan mata tetapi sudah berjalan. Ke depan, kebijakan industri harus selaras disesuaikan dengan perkembangan teknologi," ujarnya di Jakarta, Selasa (2/5/2017).

Airlangga menuturkan, beberapa industri dalam negeri yang sudah siap menjalankan industri 4.0 dalam proses operasinya adalah industri semen, industri petrokimia, industri automotif, industri makanan dan minuman.

"Sekarang industri automotif sudah menggunakan robotik dalam pengoperasianya. Mereka juga sudah menggunakan infrastruktur internet of think untuk beroperasi. Ke depan, sektor jasa dan yang lainnya juga bisa memanfaatkan data ataupun artificial intelligence," jelasnya.

Airlangga melanjutkan, industri 4.0 juga akan meningkatkan produktivitas, membuka kesempatan kerja, dan membuka pasar hingga ke luar negeri. Menurutnya, implementasi industri 4.0 akan menambah lapangan kerja baru yang memerlukan keterampilan khusus.

"Serapan tenaga kerja kita akan punya model baru. Misalnya di industri makanan dan minuman menggunakan industri 4.0 untuk bahan bakunya seperti cokelat, gula. Nanti pada saat pengemasannya dilakukan tenaga manusia. Jadi kombinasi," ungkapnya.

Staf Khusus Menteri Perindustrian Benny Soetrisno mengatakan, implementasi industri 4.0 tidak akan mengganggu serapan tenaga kerja namun justru menambah tenaga kerja baru di bidang lain.

"Kalau tenaga kerja di bidang manufaktur memang akan mengurangi pekerja manual. Tetapi kita sudah sepakat bahwa manufaktur itu bukan hanya meliputi proses produksi melainkan dari mulai persiapan bahan baku hingga proses akhir. Di tersier ini kebutuhan tenaga kerja paling besar," jelasnya.

Menurut dia, hambatan untuk mengimplementasikan industri 4.0 adalah konetivitas dari internet. Oleh karena itu, untuk penerapan industri 4.0 dibutuhkan dukungan dari regulasi pemerintah, skill, dan teknologi. "Semua dikerjakan bersama antara pemerintah, pelaku industri, dan akademisi," tandasnya.

Industrial Revolution 4.0 dicetuskan pertama kali pada 2011 oleh Jerman, yang kemudian menjadi tema utama pada pertemuan World Economic Forum 2016 di Davos, Swiss. Beberapa negara yang telah memiliki program-program untuk mendukung industrinya menuju Industri 4.0 seperti Jerman, Inggris, Amerika Serikat, China, India, Jepang, Korea dan Vietnam.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3548 seconds (0.1#10.140)