Investasi Sektor Migas Tak Lagi Jadi Primadona
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Petrolium Association (IPA) Marjolijn Wajong mengatakan, para pelaku usaha di sektor minyak dan gas (Migas) telah mendapatkan sinyal penurunan investasi bahkan sebelum anjloknya harga minyak dunia. Kondisi ini seolah menjadi momen para pelaku usaha atau investor Migas untuk beralih ke bisnis lain yang lebih menguntungkan.
"Kita lihat bahwa di dunia migas, bersamaan turunnya harga minyak, kita lihat sebelum harga turun, ada penurunan nilai investasi di sektor ini. Jadi penurunan harga minyak iya juga," kata dia di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (9/5/2017).
Kemudian, dengan kondisi harga minyak yang semakin menyusut membuat para investor lebih hati-hati dalam menanamkan modalnya. Marjolijn juga mengungkapkan, dengan kondisi ini sebetulnya Indonesia mendapatkan pertanyaan besar soal kompetitif di sektor tersebut untuk ke depannya.
"Pertanyaanya apakah Indonesia ini cukup kompetitif enggak untuk bersaing investasi di sektor ini? Jadi kira-kira begitu. Karena kondisinya sekarang kan tidak sebagus dulu, dimana investasi minyak dan gas jadi primadona," sambungnya.
Menurutnya sekitar lima tahun ke depan, akan ada 20 wilayah kerja yang habis masa kontraknya. Memang pastinya akan dikelola kembali dan diperpanjang atau ada operator baru. Namun dengan kondisi tersebut, terang dia secara tidak langsung membuat investor enggan untuk investasi kembali.
"Akibatnya orang enggan investasi kembali, akhirnya produksi minyak kita bisa lebih turun lagi. Karena masa transisi itu tadi dalam pengelolaan wilayah kerja," pungkasnya.
"Kita lihat bahwa di dunia migas, bersamaan turunnya harga minyak, kita lihat sebelum harga turun, ada penurunan nilai investasi di sektor ini. Jadi penurunan harga minyak iya juga," kata dia di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (9/5/2017).
Kemudian, dengan kondisi harga minyak yang semakin menyusut membuat para investor lebih hati-hati dalam menanamkan modalnya. Marjolijn juga mengungkapkan, dengan kondisi ini sebetulnya Indonesia mendapatkan pertanyaan besar soal kompetitif di sektor tersebut untuk ke depannya.
"Pertanyaanya apakah Indonesia ini cukup kompetitif enggak untuk bersaing investasi di sektor ini? Jadi kira-kira begitu. Karena kondisinya sekarang kan tidak sebagus dulu, dimana investasi minyak dan gas jadi primadona," sambungnya.
Menurutnya sekitar lima tahun ke depan, akan ada 20 wilayah kerja yang habis masa kontraknya. Memang pastinya akan dikelola kembali dan diperpanjang atau ada operator baru. Namun dengan kondisi tersebut, terang dia secara tidak langsung membuat investor enggan untuk investasi kembali.
"Akibatnya orang enggan investasi kembali, akhirnya produksi minyak kita bisa lebih turun lagi. Karena masa transisi itu tadi dalam pengelolaan wilayah kerja," pungkasnya.
(akr)