Pemerintah Dengerin Nih, Insentif Migas Belum Cukup Menarik Bagi Investor
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan, insentif yang diberikan pemerintah untuk sektor migas belum benar-benar signifikan untuk bisa mengundang secara masif investor-investor untuk berinvestasi ke Indonesia.
(Baca Juga: Investasi Migas Turun, Investor Masih Tunggu Status SKK Migas )
Menurut dia, perlu komitmen pemerintah untuk menciptakan kepastian hukum dalam iklim investasi mengingat bisnis migas ini bersifat jangka panjang dan mempunyai efek berganda bagi Indonesia.
"Memang pemerintah sudah lama berusaha untuk meningkatkan lagi investasi di Indonesia dengan menggelontorkan beberapa insentif. Tapi menurut saya masih kurang," ujarnya pada Market Review IDX Channel, Selasa (12/1/2021).
Dia mencontohkan, putusnya hubungan kerja sama dengan Saudi Aramco dalam proyek pembangunan Kilang Cilacap Pertamina. Dalam hal ini, industri hulu migas harus dibenahi agar lebih menarik di mata investor.
"Contohnya Aramco sudah tidak mau lagi membangun kilang minyak bersama Pertamina tetapi mereka akan membangun kilang minyak di Malaysia bersama Petronas. Itu kan bisa melihat kenapa mereka lebih memilih Malaysia daripada Indonesia," ungkapnya.
(Baca Juga: Lima Jurus Fiskal agar Investasi Migas Kian Luber )
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, pemerintah sudah memberikan banyak insentif dan juga kemudahan investasi di Indonesia. Hal ini pun terlihat dari indeks investasi Indonesia yang mulai membaik terutama di sektor migas.
Meski begitu, memang perlu ada perbaikan regulasi dan lebih banyak insentif agar bisa lebih menarik di mata investor. "Pemerintah sedang berupaya memperbaiki iklim investasi migas. Dengan kondisi yang sedang kita hadapi saat ini, produksi minyak terus turun dan permintaan meningkat maka investasi menjadi hal yang harus dilakukan," tuturnya.
(Baca Juga: Investasi Migas Turun, Investor Masih Tunggu Status SKK Migas )
Menurut dia, perlu komitmen pemerintah untuk menciptakan kepastian hukum dalam iklim investasi mengingat bisnis migas ini bersifat jangka panjang dan mempunyai efek berganda bagi Indonesia.
"Memang pemerintah sudah lama berusaha untuk meningkatkan lagi investasi di Indonesia dengan menggelontorkan beberapa insentif. Tapi menurut saya masih kurang," ujarnya pada Market Review IDX Channel, Selasa (12/1/2021).
Dia mencontohkan, putusnya hubungan kerja sama dengan Saudi Aramco dalam proyek pembangunan Kilang Cilacap Pertamina. Dalam hal ini, industri hulu migas harus dibenahi agar lebih menarik di mata investor.
"Contohnya Aramco sudah tidak mau lagi membangun kilang minyak bersama Pertamina tetapi mereka akan membangun kilang minyak di Malaysia bersama Petronas. Itu kan bisa melihat kenapa mereka lebih memilih Malaysia daripada Indonesia," ungkapnya.
(Baca Juga: Lima Jurus Fiskal agar Investasi Migas Kian Luber )
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, pemerintah sudah memberikan banyak insentif dan juga kemudahan investasi di Indonesia. Hal ini pun terlihat dari indeks investasi Indonesia yang mulai membaik terutama di sektor migas.
Meski begitu, memang perlu ada perbaikan regulasi dan lebih banyak insentif agar bisa lebih menarik di mata investor. "Pemerintah sedang berupaya memperbaiki iklim investasi migas. Dengan kondisi yang sedang kita hadapi saat ini, produksi minyak terus turun dan permintaan meningkat maka investasi menjadi hal yang harus dilakukan," tuturnya.
(akr)