JAPFA Lakukan Investasi Sosial dengan Hijaukan Danau Toba
A
A
A
JAKARTA - Menurut Hilman Nugroho, Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL), Kementrian LHK terdapat sekitar 23,7 % lahan di sekitar Danau Toba dikategorikan sebagai lahan kritis. Prosentase tersebut berarti sekitar 88 ribu hektar lahan dalam kondisi kritis dari total laha 370 ribu hektar lahan di Danau Toba.
“Kendati demikian Danau Toba Masih bisa diselamatkan,” ujar Hilman. “Perlu sinergi antar pihak dan kerjasama dengan swasta dan masyarakat,” lanjutnya.
Lebih lanjut Hilman menjelaskan bahwa upaya menghijaukan kembali Danau Toba merupakan bagian dari Instruksi presiden untuk menjadikan kawasan danau vulkanik ini sebagai salah satu destinasi wisata unggulan.
Wilayah sasaran program revitalisasi tersebut antara lain berada di Tanjung Onta – Pematang Tigaras dan Tambun Raya, keduanya terletak di Kabupaten Simalungun. Kedua daerah tersebut dipilih oleh PT Suri Tani Pemuka, Anak usaha PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA), untuk menjadi lokasi pertama yang akan ditanami dengan tanaman endemik di sekitar Danau Toba.
“JAPFA memegang prinsip investasi sosial dalam melakukan berbagai kegiatan kepedulian masyarakatnya,” ujar R. Artsanti Alif, Head of Social Investment JAPFA. “Termasuk dalam kegiatan penghijauan ini, kami tidak hanya menanam pohon saja, tetapi mendorong pelibatan masyarakat untuk menghijaukan dan memanfaatkan hasil dari tanaman,” imbuhnya.
Lebih lanjut Artsanti juga menjelaskan bahwa upaya konservasi juga harus didukung dengan konsumsi yang berkesinambungan. Upaya melakukan konservasi tanaman dan penghijauan juga harus memberikan manfaat langsung kepada masyarakat. Tanpa ada manfaat tersebut maka upaya pengijauani tidak akan didukung oleh para pihak.
“Kami menanam antara lain petai, jengkol, asam gelugur, alpukat, mangga dan kayu manis di lokasi penghijauan selain berfungsi untuk melakukan konservasi plasma nutfah juga bertujuan agar hasilnya dapat dinikmati masyarakat,” ucap Artsanti. “Apabila masyarakat menikmati hasilnya maka mereka akan cenderung menjaga kelestarian tanaman,” lanjutnya.
JAPFA tidak hanya menerapkan prinsip tersebut pada saat kegiatan penghijauan kali ini saja. Tetapi sejak tahun sebelumnya beberapa sekolah di sekitar Danau Toba juga telah diajak untuk merawat dan melestarikan lingkungan sekolah dengan menanam tanama obat dan tanaman buah.
“Pendekatan Social Invesment JAPFA merupakan bagian dari motto JAPFA untuk “Berkembang Menuju Kesejahteraan Bersama. Hal tersebut berarti JAPFA dalam setiap kegiatan usahanya harus memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar,”ujar Rachmat Indrajaya, Corporate Affairs Director JAPFA. “Wujud nyatanya dari komitmen tersebut, JAPFA membentuk Social Investment Department yang bertanggungjawab untuk mengawal seluruh kegiatan sosial yang dilakukan perusahaan,” tutup Rachmat.
“Kendati demikian Danau Toba Masih bisa diselamatkan,” ujar Hilman. “Perlu sinergi antar pihak dan kerjasama dengan swasta dan masyarakat,” lanjutnya.
Lebih lanjut Hilman menjelaskan bahwa upaya menghijaukan kembali Danau Toba merupakan bagian dari Instruksi presiden untuk menjadikan kawasan danau vulkanik ini sebagai salah satu destinasi wisata unggulan.
Wilayah sasaran program revitalisasi tersebut antara lain berada di Tanjung Onta – Pematang Tigaras dan Tambun Raya, keduanya terletak di Kabupaten Simalungun. Kedua daerah tersebut dipilih oleh PT Suri Tani Pemuka, Anak usaha PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA), untuk menjadi lokasi pertama yang akan ditanami dengan tanaman endemik di sekitar Danau Toba.
“JAPFA memegang prinsip investasi sosial dalam melakukan berbagai kegiatan kepedulian masyarakatnya,” ujar R. Artsanti Alif, Head of Social Investment JAPFA. “Termasuk dalam kegiatan penghijauan ini, kami tidak hanya menanam pohon saja, tetapi mendorong pelibatan masyarakat untuk menghijaukan dan memanfaatkan hasil dari tanaman,” imbuhnya.
Lebih lanjut Artsanti juga menjelaskan bahwa upaya konservasi juga harus didukung dengan konsumsi yang berkesinambungan. Upaya melakukan konservasi tanaman dan penghijauan juga harus memberikan manfaat langsung kepada masyarakat. Tanpa ada manfaat tersebut maka upaya pengijauani tidak akan didukung oleh para pihak.
“Kami menanam antara lain petai, jengkol, asam gelugur, alpukat, mangga dan kayu manis di lokasi penghijauan selain berfungsi untuk melakukan konservasi plasma nutfah juga bertujuan agar hasilnya dapat dinikmati masyarakat,” ucap Artsanti. “Apabila masyarakat menikmati hasilnya maka mereka akan cenderung menjaga kelestarian tanaman,” lanjutnya.
JAPFA tidak hanya menerapkan prinsip tersebut pada saat kegiatan penghijauan kali ini saja. Tetapi sejak tahun sebelumnya beberapa sekolah di sekitar Danau Toba juga telah diajak untuk merawat dan melestarikan lingkungan sekolah dengan menanam tanama obat dan tanaman buah.
“Pendekatan Social Invesment JAPFA merupakan bagian dari motto JAPFA untuk “Berkembang Menuju Kesejahteraan Bersama. Hal tersebut berarti JAPFA dalam setiap kegiatan usahanya harus memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar,”ujar Rachmat Indrajaya, Corporate Affairs Director JAPFA. “Wujud nyatanya dari komitmen tersebut, JAPFA membentuk Social Investment Department yang bertanggungjawab untuk mengawal seluruh kegiatan sosial yang dilakukan perusahaan,” tutup Rachmat.
(wbs)