Perekonomian AS Kemungkinan Tengah Menuju Stagflasi

Sabtu, 27 April 2024 - 18:35 WIB
loading...
Perekonomian AS Kemungkinan Tengah Menuju Stagflasi
Pelambatan ekonomi disertai naiknya inflasi mengisyaratkan perekonomian AS mungkin tengah bergerak menuju stagflasi. FOTO/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Data makroekonomi terbaru yang dirilis oleh Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa perekonomian negara tersebut mungkin bergerak menuju stagflasi. Tanda-tanda suram ini mengisyaratkan tantangan berat di masa depan.

Laporan pada hari Kamis (25/4) mengungkapkan bahwa produk domestik bruto (PDB) AS meningkat pada tingkat tahunan hanya sebesar 1,6% pada kuartal pertama tahun ini, jauh di belakang proyeksi sebesar 2,5%. Pertumbuhan yang lebih lambat dari perkiraan ini menyusul kenaikan 3,4% yang tercatat pada Oktober-Desember 2023 dan 4,9% pada kuartal sebelumnya.



"Ini adalah laporan terburuk dari kedua dunia – pertumbuhan lebih lambat dari perkiraan, inflasi lebih tinggi dari perkiraan," David Donabedian, Kepala Investasi CIBC Private Wealth US, kepada Business Insider, dikutip Sabtu (27/4/2024).

Untuk diketahui, stagflasi adalah kondisi ekonomi yang ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi yang melemah dan angka pengangguran yang tinggi disertai inflasi. Menemukan kombinasi kebijakan moneter dalam situasi seperti ini sangat sulit untuk ditangani, karena upaya untuk memperbaiki salah satu faktor dapat memperburuk faktor lainnya.

Pertumbuhan yang lemah dan melonjaknya harga konsumen merupakan tanda-tanda stagflasi, yang ditandai dengan lesunya perekonomian dan meningkatnya inflasi dalam jangka waktu yang lama. AS terakhir kali dilanda stagflasi pada tahun 1970-an, ketika inflasi melonjak hingga dua digit seiring dengan anjloknya perekonomian.

Saat itu, para pengambil kebijakan di AS menanggapinya dengan menaikkan suku bunga utama hingga 20%, sehingga menurunkan harga. Namun, langkah itu menyebabkan perekonomian mengalami resesi yang parah.



Pada bulan Maret, Federal Reserve AS melewatkan kenaikan suku bunga, sehingga tidak mengubah kisaran target 5,25%–5,5%. Pertemuan Komite Pasar Terbuka The Fed berikutnya dijadwalkan pada 1 Mei. Pada saat yang sama, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi, yang digunakan sebagai ukuran inflasi utama oleh The Fed, meningkat sebesar 3,4% secara tahunan, menandai kenaikan terbesar dalam satu tahun.

Biro Analisis Ekonomi melaporkan, belanja konsumen di AS mengalami peningkatan 2,5% pada bulan Januari hingga Maret, turun dari kenaikan 3,3% pada kuartal keempat tahun 2023, dan di bawah proyeksi 3%.

Menurut Business Insider, hal ini memberikan batasan serius pada kemampuan The Fed untuk mengambil tindakan, karena regulator telah menjelaskan bahwa inflasi perlu diturunkan sebelum penurunan suku bunga dapat dilakukan.
(fjo)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1387 seconds (0.1#10.140)