Target Swasembada Pangan Terbebani Impor
A
A
A
JAKARTA - Target yang swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah dipertanyakan, pasalnya sampai saat ini beberapa komoditas bahan pokok masih terus diimpor. Ketua Ikatan Alumi BPPT sekaligus Anggota Dewan Kehormatan Ikatan Alumni Program Habibie, Anton Adibroto mengatakan kegiatan impor berbanding terbalik dengan rencana pemerintah.
"Kita belum 100% swasembada, pasti selalu ada impor. Sebut lah sekarang tukang buah itu, dimanapun jualnya, pasti kebanyakan buah impor semua. Apel, jeruk, anggur, sayang sekali. Niat swasembada dari mana kalau maunya masih impor?" tanya dia, Jakarta, Sabtu (13/5/2017).
Anton mengatakan, sebetulnya, Indonesia memiliki potensi untuk menanam sendiri, meskipun mungkin kualitasnya tidak sebagus produk impor tersebut. Namun itu yang bisa dilakukan agar negara bisa perlahan-lahan tumbuhkan swasembada.
"Yang penting kita makan produk sendiri. Kalau mau, ya caranya demikian untuk membangun swasembada. Sebelum semuanya mengandalkan impor," imbuhnya.
Pemrintah, pintanya, harus tutup kran impor minimal 5 tahun. Selama 5 tahun, tidak ada kegiatan impor, dan masyarakat Indonesia harus makan apa saja yang ditanam petani. Menurutnya, setop konsumsi makanan yang menggunakan bahan impor juga tidak akan merugikan.
"Jadi gini, misalnya kita enggak impor gandum buat bikin roti, jadi enggak usah makan roti dulu. Enggak akan mati kan kita kalau enggak makan roti? 5 tahun itu puasa lah enggak makan bahan-bahan yang diimpor. Makan ubi, singkong, jagung dulu lah. Sekarang sebetulnya harus punya prinsip begitu. Maka nanti orang bisa swasembada sendri. Di negara lain kaya gitu. Malah dia yang swasebada, bisa ekspor," pungkasnya.
"Kita belum 100% swasembada, pasti selalu ada impor. Sebut lah sekarang tukang buah itu, dimanapun jualnya, pasti kebanyakan buah impor semua. Apel, jeruk, anggur, sayang sekali. Niat swasembada dari mana kalau maunya masih impor?" tanya dia, Jakarta, Sabtu (13/5/2017).
Anton mengatakan, sebetulnya, Indonesia memiliki potensi untuk menanam sendiri, meskipun mungkin kualitasnya tidak sebagus produk impor tersebut. Namun itu yang bisa dilakukan agar negara bisa perlahan-lahan tumbuhkan swasembada.
"Yang penting kita makan produk sendiri. Kalau mau, ya caranya demikian untuk membangun swasembada. Sebelum semuanya mengandalkan impor," imbuhnya.
Pemrintah, pintanya, harus tutup kran impor minimal 5 tahun. Selama 5 tahun, tidak ada kegiatan impor, dan masyarakat Indonesia harus makan apa saja yang ditanam petani. Menurutnya, setop konsumsi makanan yang menggunakan bahan impor juga tidak akan merugikan.
"Jadi gini, misalnya kita enggak impor gandum buat bikin roti, jadi enggak usah makan roti dulu. Enggak akan mati kan kita kalau enggak makan roti? 5 tahun itu puasa lah enggak makan bahan-bahan yang diimpor. Makan ubi, singkong, jagung dulu lah. Sekarang sebetulnya harus punya prinsip begitu. Maka nanti orang bisa swasembada sendri. Di negara lain kaya gitu. Malah dia yang swasebada, bisa ekspor," pungkasnya.
(akr)