BI Gandeng Ulama Stabilkan Harga

Kamis, 25 Mei 2017 - 21:40 WIB
BI Gandeng Ulama Stabilkan Harga
BI Gandeng Ulama Stabilkan Harga
A A A
TASIKMALAYA - Setelah menggelar rapat Tim Pemantau Inflasi Daerah (TPID) dan menandatangani kesepahaman bersama lima kepala daerah di Priangan Timur, Jawa Barat, Kantor Bank Indonesia Perwakilan Tasikmalaya kembali melaksanakan pertemuan bersama para ulama.

Peranan ulama diharapkan bisa turut membantu melakukan syiar kepada warga untuk menjaga stabilitas ekonomi saat Ramadhan dan menjelang Idul Fitri mendatang.

Kepala Kantor BI Tasikmalaya Wahyu Purnama menyebutkan, panic buying yang dikhawatirkan terjadi selama Ramadhan dan menjelang Idul Fitri seringkali terjadi akibat minimnya pasokan karena kendala pada pengiriman barang. Hal inilah yang kemudian menjadi pemicu langkanya barang di pasaran, sehingga menyebabkan harga tinggi kendati pasokan tetap datang.

“Makanya kami menggandeng ulama untuk menyampaikan persoalan yang terjadi serta antisipasi dalam menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri ini, jangan sampai timbul lonjakan harga yang diakibatkan dengan panic buying seperti itu. Kalau saja ada 200 ulama yang melakukan syiar dengan menyisipkan pesan stabilitas ekonomi, saya menjamin tidak akan ada inflasi tinggi di sini. Peran ulama sangatlah penting, terlebih Kota Tasikmalaya dengan julukan Kota Santrinya,” papar Wahyu, Kamis (25/5/2017).

Ketua MUI Kota Tasikmalaya KH Achef Noor Mubarok mengaku, sangat mendukung gagasan yang disampaikan Kantor Bank Indonesia Tasikmalaya dengan mengikutsertakan ulama sebagai upaya menjaga stabilitas ekonomi.

“Tugas ulama kini bertambah harus turut serta menjaga stabilitas ekonomi di daerah, gunakan berbagai media juga jangan hanya berkhutbah di mimbar masjid semata,” kata Achef.

Achef menyadari apabila tingkat konsumsi masyarkat sangat tinggi selama Ramadhan hingga menjelang Idul Fitri dan dinilainya merupakan sesuatu yang wajar terjadi. Pasalnya, setelah berpuasa selama seharian tentu masyarakat ingin berbuka dengan makanan yang banyak meskipun disisi lain itu tidaklah baik.

“Berlebihan tentu tidak baik dan tidak disukai oleh agama, namun yang menjadi persoalan adalah ketika banyaknya yang memanfaatkan situasi sehingga malah menyebabkan barang di pasaran menjadi langka,” ujarnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6673 seconds (0.1#10.140)