Kayu Ringan Indonesia Siap Serbu Pasar Eropa

Sabtu, 27 Mei 2017 - 17:26 WIB
Kayu Ringan Indonesia...
Kayu Ringan Indonesia Siap Serbu Pasar Eropa
A A A
JAKARTA - Produk kayu ringan (light wood) Indonesia sukses mencatat estimasi transaksi sebesar USD22,5 juta dalam Pameran Interzum yang berlangsung pada 16-19 Mei 2017 di Cologne, Jerman.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) Kementerian Perdagangan Arlinda menegaskan, keikutsertaan ini upaya agar kayu Indonesia dapat semakin diterima di pasar Jerman dan lebih luas di pasar Eropa. Produk kayu ramah lingkungan yang berasal dari hutan yang berkesinambungan merupakan kunci sukses produk kayu Indonesia di Eropa.

"Melihat karakteristik pasar Eropa yang peduli pada kelestarian lingkungan hidup, maka dengan adanya penerapan lisensi Forest Law Enforcement, Governance and Trade (FLEGT) oleh Indonesia, daya saing produk kayu Indonesia akan semakin meningkat, khususnya di pasar Eropa," ujar Arlinda dalam rilisnya, Jakarta, Sabtu (27/5/2017).

Selama empat hari penyelenggaraan pameran, Paviliun Indonesia tampil memukau dengan desain
khusus berkonstruksikan kayu ringan ramai dikunjungi buyers mancanegara.

Pengunjung tidak hanya datang dari kawasan Uni Eropa, melainkan juga dari benua Amerika, Asia, Afrika, maupun Australia. Selain capaian estimasi transaksi, produk kayu ringan Indonesia juga menarik sebanyak 404 inquiries.

Ekspor kayu dan produk kayu Indonesia ke Uni Eropa periode 2012-2016 mengalami tren pertumbuhan positif 3,19% dengan total nilai ekspor USD1,03 miliar pada 2016. Sementara nilai ekspor kayu dan produk kayu ke Jerman pada 2016 sebesar USD170,78 juta.

Adapun pada Januari-Februari 2017, ekspor kayu dan produk kayu Indonesia juga meningkat 0,35% dengan nilai ekspor USD 1,62 miliar. Nilai ekspor per Januari-Februari 2017 untuk komoditas utama produk industri kehutanan, yaitu kertas sebesar USD559,70 juta (34%), plywood USD351,24 juta (22%), pulp USD235,64 juta (15%), furnitur USD227,61 juta (14%), dan kayu olahan USD175,58 juta (11%).

Capaian tersebut menunjukkan bahwa kesempatan para eksportir Indonesia untuk memasok produk kayu ke Jerman dan Uni Eropa sangat terbuka lebar. Jerman adalah importir terbesar keempat untuk kayu dan produk kayu dari seluruh dunia, mengungguli Inggris, Italia, dan Prancis.

Arlinda optimistis melalui Pameran Interzum tersebut, produk-produk Indonesia yang belum banyak dikenal dapat dipromosikan pada calon mitra bisnis di sana. "Pameran Interzum merupakan salah satu pameran terkemuka dunia yang memamerkan furnitur dan desain interior. Lewat keikutsertaan pada pameran ini diharapkan juga dapat memperkuat branding produk kayu Indonesia yang berkualitas dan ramah lingkungan," tutur dia.

Partisipasi Indonesia pada pameran ini merupakan implementasi dari perjanjian kerjasama (MoU) antara Ditjen PEN Kemendag dengan Import Promotion Desk (IPD) Jerman yang ditandatangani pada kegiatan Trade Expo Indonesia (TEI) 2016.

"IPD memandang Indonesia memiliki peluang sangat besar untuk menjadi negara perintis penciptaan dan pengekspor kayu ringan inovatif ke pasar Eropa," lanjut Arlinda.

Pada pameran yang diselenggarakan setiap dua tahun ini, Paviliun Indonesia yang menempati area seluas 54 m2 secara khusus menampilkan produk kayu ringan. Kayu ringan merupakan material yang istimewa dan sangat berpotensi untuk industri masa depan.

Di samping tersedianya kayu ringan dengan jumlah yang berlimpah di Indonesia, IPD menganggap bahwa Indonesia merupakan salah satu negara terdepan dalam hal produksi dan ekspor kayu lapis, barecore, dan blockboards.

Perusahaan kayu Indonesia yang berkesempatan tampil pada Paviliun Indonesia di pameran ini adalah PT Abioso Batara Alba, PT Pinako Rotari Permai, PT Rama Gombong Sejah tera, PT Sumatera Timberindo Industry, PT Sumber Mas Indah Plywood, dan PT Tanjung Timberindo Industri. Keenam perusahaan ini membawa beragam produk yang berbahan baku kayu ringan.

Sementara itu, dari kalangan dunia usaha, Wakil Ketua Umum IbcA (Indonesia Barecore Association) Sumardji Sarsono yang hadir pada pameran Interzum juga mendukung pelaksanaan skema lisensi FLEGT antara Indonesia dan Uni Eropa.

"Skema ini menjadikan produk kayu Indonesia yang bersertifikat SVLK tidak perlu lagi melalui proses uji tuntas (due diligence) dan secara otomatis akan masuk melalui green lane kepabeanan negara tujuan di Uni Eropa, karenanya menghasilkan efisiensi waktu dan biaya," ujarnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0585 seconds (0.1#10.140)