Rating Investasi China Turun, Ekonomi Dunia Akan Melemah
A
A
A
JAKARTA - Lembaga Pemeringkat Moody’s Investors Service menurunkan predikat China dari Aa3 menjadi A1. Sehingga, rating China turun dari stabil menjadi negatif. Ekonom Senior Raden Pardede mengingatkan, hal ini membuat kondisi perekonomian dunia akan sedikit turun.
Seperti diketahui penurunan rating ini disebabkan oleh usaha China mendorong ekonomi yang berpotensi memicu pertumbuhan utang. Penurunan ini juga akan berdampak pada negara emerging market, utamanya yang menjadi mitra dagang negeri panda tersebut. Meskipun diyakini hanya sedikit, namun harus tetap diperhatikan.
Dia juga mengatakan, perekonomian China memang bisa dikatakan bertumbuh sangat cepat dan dikhawatirkan pertumbuhannya terlalu cepat. Alasannya yakni, karena pertumbuhan kredit mereka, sektor keuangannya masih dianggap terlampau cepat.
Hal tersebut dikarenakan sektor keuangannya saat ini bisa dibilang sedang guncang. Utangnya terlampau besar, tentu dampak pertama adalah terhadap China sendiri.
"Kemudian banyak yang menganjurkan, termasuk rating agency ini supaya dia agak slowdown kemudian dia lakukan restrukturisasi sektor keuangan supaya lebih sehat lagi. Kalau ratingnya ini turun, atau nanti berdampak pada perekonomian China, suka tidak suka, perekonomian dunia pun akan turun sedikit," katanya di Jakarta, Selasa (30/5/2017).
Namun, hal itu tidak akan menjadi masalah yang berlarut asalkan mereka menjadi lebih sehat nantinya. Yang menjadi penting ini akan menjadi penyakit apabila tidak segera dicarikan solusi.
"Seperti gunung berapi atau nanah yang dibiarkan terus. Ini yang dianjurkan supaya ini dioperasi lah, dikeluarkan, yang rusak-rusaknya ini yang kemudian menjadi sehat dan Chinanya menjadi sehat juga," imbuh dia.
Karena, lanjut dia, jika sampai China 'meletus', maka dampaknya bakal ke seluruh dunia. Jadi bukan hanya kepentingan China saja sebetulnya agar ekonomi mereka jadi lebih sustainable dan lebih sehat, tapi juga kepentingan dunia, termasuk juga kepentingan Indonesia.
"Kalau misalnya China drop pertumbuhannya, karena memang hancur di sektor perbankan dan keuangannya ikutan hancur, maka perekonomian mereka turun tentu kita akan terpengaruh. Sektor-sektor komoditas yang menjadi andalan kita ke China terpengaruh oleh itu," tuturnya.
Seperti diketahui penurunan rating ini disebabkan oleh usaha China mendorong ekonomi yang berpotensi memicu pertumbuhan utang. Penurunan ini juga akan berdampak pada negara emerging market, utamanya yang menjadi mitra dagang negeri panda tersebut. Meskipun diyakini hanya sedikit, namun harus tetap diperhatikan.
Dia juga mengatakan, perekonomian China memang bisa dikatakan bertumbuh sangat cepat dan dikhawatirkan pertumbuhannya terlalu cepat. Alasannya yakni, karena pertumbuhan kredit mereka, sektor keuangannya masih dianggap terlampau cepat.
Hal tersebut dikarenakan sektor keuangannya saat ini bisa dibilang sedang guncang. Utangnya terlampau besar, tentu dampak pertama adalah terhadap China sendiri.
"Kemudian banyak yang menganjurkan, termasuk rating agency ini supaya dia agak slowdown kemudian dia lakukan restrukturisasi sektor keuangan supaya lebih sehat lagi. Kalau ratingnya ini turun, atau nanti berdampak pada perekonomian China, suka tidak suka, perekonomian dunia pun akan turun sedikit," katanya di Jakarta, Selasa (30/5/2017).
Namun, hal itu tidak akan menjadi masalah yang berlarut asalkan mereka menjadi lebih sehat nantinya. Yang menjadi penting ini akan menjadi penyakit apabila tidak segera dicarikan solusi.
"Seperti gunung berapi atau nanah yang dibiarkan terus. Ini yang dianjurkan supaya ini dioperasi lah, dikeluarkan, yang rusak-rusaknya ini yang kemudian menjadi sehat dan Chinanya menjadi sehat juga," imbuh dia.
Karena, lanjut dia, jika sampai China 'meletus', maka dampaknya bakal ke seluruh dunia. Jadi bukan hanya kepentingan China saja sebetulnya agar ekonomi mereka jadi lebih sustainable dan lebih sehat, tapi juga kepentingan dunia, termasuk juga kepentingan Indonesia.
"Kalau misalnya China drop pertumbuhannya, karena memang hancur di sektor perbankan dan keuangannya ikutan hancur, maka perekonomian mereka turun tentu kita akan terpengaruh. Sektor-sektor komoditas yang menjadi andalan kita ke China terpengaruh oleh itu," tuturnya.
(izz)