Impor Yogyakarta Melonjak Hampir 200%

Jum'at, 02 Juni 2017 - 23:04 WIB
Impor Yogyakarta Melonjak...
Impor Yogyakarta Melonjak Hampir 200%
A A A
YOGYAKARTA - Impor Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 2016 melonjak hampir 200% dibanding 2015. Melonjaknya nilai impor tersebut akibat dari berlipatnya arus barang dari Hongkong selama 2017.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY JB Priyono mengatakan, selama 2016 pihaknya mencatat nilai impor DIY mencapai tercatat sebesar USD6.207.930. Besaran nilai impor DIY 2016 menunjukkan kenaikan sebesar 181,61% dibanding 2015 bernilai USD2.204.435.

Kenaikan tersebut disebabkan nilai impor dari Hong Kong naik sebesar 7.636,82%. "Selain Hongkong, impor dari Tiongkok naik sebesar 857,78%, Jepang juga naik sebesar 14,16%, Korea Selatan naik 19,86%, India naik sebesar 104,82 %," tuturnya di Yogyakarta, Jumat (2/6/22017).

Pada Tahun ini, lima negara utama asal impor barang adalah Hong Kong sebesar USD2.206.851 atau sekitar 35,55%, Jepang dengan nilai USD888.264 atau 4,31%, Korea Selatan dengan nilai USD784.374 atau 12,64%, India sebesar USD689.396 atau 11,11% dan China sebesar USD517.728 atau 8,34%.

Berdasarkan komoditas, dari lima komoditas utama impor kain tenun masih menduduki rangking pertama impor DIY selama 2016. Kain tenunan khusus (HS 58) merupakan produk dengan nilai impor tertinggi yakni USD1.547.144. Nilai tersebut setara dengan 24,92% dari keseluruhan nilai impor.

Komoditas lainnya yaitu kain ditenun berlapis (HS 59) senilai USD1.091.493 atau 17,58%, Filamen buatan (HS 54) senilai USD800.304 atau 12,89%, kulit samak (HS 41) senilai USD678.708 atau 10,93%, dan Kain rajutan (HS 60) senilai USD637.930 atau 10,28%.

Nilai impor Yogyakarta pada 2016 dibanding 2015 mengalami kenaikan 181,61%. Kenaikan tersebut karena nilai impor komoditas kain tenunan khusus naik sebesar 12.758,58%. Kain ditenun berlapis naik sebesar 26,29%, Filamen buatan naik 6.949,89%.

Selain itu, kulit samak naik 219,80% dan Kain rajutan naik sebesar 195,42%. "Impor-impor tersebut sebagian besar memang untuk bahan produksi UMKM," terangnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5877 seconds (0.1#10.140)