Ekonomi Brazil dan Argentina Bakal Bangkit dari Krisis

Senin, 05 Juni 2017 - 15:20 WIB
Ekonomi Brazil dan Argentina...
Ekonomi Brazil dan Argentina Bakal Bangkit dari Krisis
A A A
JAKARTA - Ekonomi kawasan Amerika Latin dan Karibia diproyeksikan akan menguat menjadi 0,8% pada tahun 2017, lantaran Brasil dan Argentina bangkit dari resesi ketika kenaikan harga komoditas mendukung eksportir pertanian dan energi. Brazil diperkirakan oleh Bank Dunia akan naik 0,3% pada 2017, dengan pertumbuhan diperkirakan meningkat 1,8% di 2018.

(Baca Juga: Bank Dunia Ramal Ekonomi Global Tumbuh 2,7% Tahun Ini
Sementara pertumbuhan Argentina diproyeksikan akan menjadi 2,7% tahun ini, sedangkan Meksiko bakal bertambah menjadi 1,8% pada 2017, terutama karena adanya kontrak investasi akibat ketidakpastian mengenai kebijakan ekonomi Amerika Serikat, sebelum melaju ke tingkat 2,2% tahun depan. Proyeksi naiknya harga logam diperkirakan akan membantu Chili, di mana produksi tembaga seharusnya pulih setelah terjadi pemogokan.

"Pertumbuhan di Chili diperkirakan akan meningkat secara moderat tahun ini menjadi 1,8% dan 2% tahun depan. Di Karibia, meningkatnya permintaan pariwisata mendasari perkiraan percepatan pertumbuhan menjadi 3,3% pada 2017 dan 3,8% pada 2018," ujar Kepala Ekonom Bank Dunia Paul Romer, dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (5/6/2017).

(Baca Juga: Krisis Ekonomi Brazil Menuju Rekor Terburuk
Untuk Timur Tengah dan Afrika Utara pertumbuhannya akan turun menjadi 2,1% pada tahun 2017, karena dampak buruk pengurangan produksi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) melebihi situasi membaiknya negara importir minyak. Di sisi lain pertumbuhan 2018 diperkirakan akan meningkat menjadi 2,9%, dengan asumsi berkurangnya ketegangan geopolitik dan adanya kenaikan harga minyak.

Pertumbuhan di Arab Saudi, ekonomi terbesar di kawasan ini, diperkirakan akan turun menjadi 0,6% akibat penurunan produksi, sebelum melaju ke 2% pada 2018. "Republik Islam Iran terlihat melambat ke tingkat 4% sebelum berangsur naik menjadi 4,1% pada 2018 karena kapasitas cadangan terbatas dalam memproduksi minyak dan kesulitan mengakses keuangan yang akan menghambat pertumbuhan negara," paparnya.

Sedangkan perekonomian Mesir akan moderat pada tahun fiskal berjalan sebelum terus membaik dalam jangka menengah, didukung oleh pelaksanaan reformasi iklim usaha dan peningkatan daya saing. Kawasan Afrika Sub-Sahara pertumbuhannya diprediksi meningkat menjadi 2,6% pada tahun 2017 dan 3,2% pada tahun 2018, yang didasarkan pada kenaikan harga komoditas dan reformasi untuk mengatasi ketidakseimbangan makroekonomi.

Namun menurut dia, output per kapita diproyeksikan menyusut menjadi 0,1% pada 2017 dan meningkat menjadi laju pertumbuhan 0,7 persen pada 2018-19. Pada tingkat tersebut, pertumbuhan tidak akan cukup untuk mencapai tujuan mengurangi kemiskinan di kawasan ini, terutama jika hambatan terhadap pertumbuhan yang lebih kuat bertahan.

"Pertumbuhan di Afrika Selatan diproyeksikan akan meningkat menjadi 0,6% pada 2017 dan naik menjadi 1,1 % pada 2018. Nigeria diperkirakan akan beralih dari resesi ke tingkat pertumbuhan 1,2% pada 2017, lalu mengalami percepatan menjadi 2,4% pada 2018," jelas Paul.

Pertumbuhan negara-negara yang tidak mengandalkan sumber daya alam diantisipasi tetap kuat, didukung oleh investasi infrastruktur, ketahanan sektor jasa, dan pemulihan produksi pertanian. Ethiopia diproyeksikan akan meningkat menjadi 8,3% pada tahun 2017, Tanzania 7,2%, Pantai Gading 6,8%, dan Senegal 6,7%.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1252 seconds (0.1#10.140)