BNI Berharap Investment Grade Jadi Stimulus ke Pasar Obligasi
A
A
A
JAKARTA - Penerbitan obligasi PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dan pasar saat ini, ketika pemulihan perekonomian global diperkirakan lebih cepat pada tahun ini. Ditambah proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) terhadap ekonomi dunia secara beruntun akan tumbuh 3,5% pada 2017 dan 3,6% di 2018.
(Baca Juga: Ekspansi Kredit, BNI Terbitkan Obligasi Rp10 Triliun
Hal tersebut didasarkan adanya upaya-upaya beberapa negara maju dan berkembang untuk mempercepat perekonomian mereka masing-masing. Kemudian, lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) juga menempatkan Indonesia pada Investment Grade (layak investasi) dengan menaikkan peringkat Indonesia pada level BBB-/stable outlook pada tanggal 19 Mei 2017.
"Hal ini memberikan dampak positif dan diharapkan menjadi stimulus capital inflow ke pasar obligasi pasca upgrading lndonesia tersebut," ujar Direktur BNI Panji Irawan di Jakarta, Rabu (7/6/2017).
Menurutnya peringkat S&P, keputusan tersebut didasari oleh berkurangnya risiko fiskal seiring dengan kebijakan anggaran pemerintah yang lebih realistis. Sehingga membatasi kemungkinan pemburukan defisit ke depan secara signifikan.
"Di sisi lain, S&P juga memproyeksikan perbaikan penerimaan negara sebagai dampak lanjutan dari perolehan data program tax amnesty serta pengelolaan pengeluaran fiskal yang terkelola dengan lebih baik dan lebih terkendali," pungkasnya.
(Baca Juga: Ekspansi Kredit, BNI Terbitkan Obligasi Rp10 Triliun
Hal tersebut didasarkan adanya upaya-upaya beberapa negara maju dan berkembang untuk mempercepat perekonomian mereka masing-masing. Kemudian, lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) juga menempatkan Indonesia pada Investment Grade (layak investasi) dengan menaikkan peringkat Indonesia pada level BBB-/stable outlook pada tanggal 19 Mei 2017.
"Hal ini memberikan dampak positif dan diharapkan menjadi stimulus capital inflow ke pasar obligasi pasca upgrading lndonesia tersebut," ujar Direktur BNI Panji Irawan di Jakarta, Rabu (7/6/2017).
Menurutnya peringkat S&P, keputusan tersebut didasari oleh berkurangnya risiko fiskal seiring dengan kebijakan anggaran pemerintah yang lebih realistis. Sehingga membatasi kemungkinan pemburukan defisit ke depan secara signifikan.
"Di sisi lain, S&P juga memproyeksikan perbaikan penerimaan negara sebagai dampak lanjutan dari perolehan data program tax amnesty serta pengelolaan pengeluaran fiskal yang terkelola dengan lebih baik dan lebih terkendali," pungkasnya.
(akr)