Menkeu Qatar: Jika Kami Kehilangan Uang, Mereka Juga Kehilangan Uang
A
A
A
DOHA - Krisis politik antara tujuh negara Timur Tengah dengan Qatar, membuat banyak kalangan memperkirakan Qatar bakal menghadapi guncangan ekonomi. Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Qatar Ali Shareef Al Emadi mengatakan Doha tidak akan menjadi satu-satunya pecundang dalam pertengkaran ini.
“Banyak orang mengira kami satu-satunya yang akan kalah dalam hal ini. Jika kami akan kehilangan uang, mereka juga akan kehilangan uang,” tandasnya mengacu kepada negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk, seperti diwawancara CNBC, Senin (12/6/2017).
Dalam wawancara eksklusif tersebut, Menkeu Qatar mengatakan pihaknya sangat menyayangkan keretakan politik. “Keretakan keluarga ini sangat disayangkan,” tukasnya. Dirinya menambahkan negaranya mempunyai ketahanan untuk menghadapi guncangan ekonomi atas blokade bisnis yang dilakukan Arab Saudi dan kawan-kawan.
Seperti diketahui, Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Mesir melakukan penutupan akses transportasi udara dan laut dengan Doha. Sementara Riyadh baru-baru ini menutup perbatasan daratnya.
Qatar sejatinya bergantung kepada tetangga Teluk untuk mendapatkan makanan impor demi memberi makan 2,5 juta penduduknya. Penutupan hubungan ini sempat memunculkan panic selling di pasar dan pusat perbelanjaan ditengah kekhawatiran akan kekurangan pangan selama bulan Ramadan.
Namun Al Emadi menolak kekhawatiran tersebut. Menurutnya kondisi tersebut hanya sesaat. Doha akan kembali mengimpor makanan meski dari tempat-tempat yang jauh, seperti Brasil, Australia, Turki, atau Eropa. Menurutnya Doha tetap memiliki mitra perdagangan.
Al Emadi, menteri keuangan sekaligus menjabat presiden dewan eksekutif Qatar Airways, juga mengatakan bahwa kehancuran pasar saham alias Indeks Doha hingga lebih dari 7% pada pekan lalu, hanya bersifat sementara. Begitu pula dengan kejatuhan mata uang riyal Qatar terhadap dolar AS akibat arus keluar modal.
“Soal ini bisa dimengerti tapi kami tidak perlu khawatir berlebihan. Karena Doha memiliki semua alat yang dibutuhkan untuk mempertahankan ekonomi dan mata uangnya,” sambung Al Emadi.
Menteri Keuagan Qatar ini menjelaskan cadangan dan dana investasi negaranya mencapai lebih dari 250% dari produk domestik bruto. Sehingga Qatar tetap percaya diri ditengah kekhawatiran dan spekulasi mengenai ekonomi mereka.
“Kami sangat nyaman dengan posisi, investasi, dan likuiditas kami di sistem yang kami miliki. Jadi pemerintah tidak perlu masuk ke pasar dan membeli obligasi,” terangnya.
Al Emadi menambahkan bahwa Qatar masih merupakan negara peringkat investasi AA dan salah satu dari 25 teratas dalam peringkat investasi global. Qatar juga merupakan negara yang terbuka untuk bisnis. “Jadi saya pikir kami jauh lebih baik daripada yang lainnya di sekitar kami,” pungkasnya.
“Banyak orang mengira kami satu-satunya yang akan kalah dalam hal ini. Jika kami akan kehilangan uang, mereka juga akan kehilangan uang,” tandasnya mengacu kepada negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk, seperti diwawancara CNBC, Senin (12/6/2017).
Dalam wawancara eksklusif tersebut, Menkeu Qatar mengatakan pihaknya sangat menyayangkan keretakan politik. “Keretakan keluarga ini sangat disayangkan,” tukasnya. Dirinya menambahkan negaranya mempunyai ketahanan untuk menghadapi guncangan ekonomi atas blokade bisnis yang dilakukan Arab Saudi dan kawan-kawan.
Seperti diketahui, Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Mesir melakukan penutupan akses transportasi udara dan laut dengan Doha. Sementara Riyadh baru-baru ini menutup perbatasan daratnya.
Qatar sejatinya bergantung kepada tetangga Teluk untuk mendapatkan makanan impor demi memberi makan 2,5 juta penduduknya. Penutupan hubungan ini sempat memunculkan panic selling di pasar dan pusat perbelanjaan ditengah kekhawatiran akan kekurangan pangan selama bulan Ramadan.
Namun Al Emadi menolak kekhawatiran tersebut. Menurutnya kondisi tersebut hanya sesaat. Doha akan kembali mengimpor makanan meski dari tempat-tempat yang jauh, seperti Brasil, Australia, Turki, atau Eropa. Menurutnya Doha tetap memiliki mitra perdagangan.
Al Emadi, menteri keuangan sekaligus menjabat presiden dewan eksekutif Qatar Airways, juga mengatakan bahwa kehancuran pasar saham alias Indeks Doha hingga lebih dari 7% pada pekan lalu, hanya bersifat sementara. Begitu pula dengan kejatuhan mata uang riyal Qatar terhadap dolar AS akibat arus keluar modal.
“Soal ini bisa dimengerti tapi kami tidak perlu khawatir berlebihan. Karena Doha memiliki semua alat yang dibutuhkan untuk mempertahankan ekonomi dan mata uangnya,” sambung Al Emadi.
Menteri Keuagan Qatar ini menjelaskan cadangan dan dana investasi negaranya mencapai lebih dari 250% dari produk domestik bruto. Sehingga Qatar tetap percaya diri ditengah kekhawatiran dan spekulasi mengenai ekonomi mereka.
“Kami sangat nyaman dengan posisi, investasi, dan likuiditas kami di sistem yang kami miliki. Jadi pemerintah tidak perlu masuk ke pasar dan membeli obligasi,” terangnya.
Al Emadi menambahkan bahwa Qatar masih merupakan negara peringkat investasi AA dan salah satu dari 25 teratas dalam peringkat investasi global. Qatar juga merupakan negara yang terbuka untuk bisnis. “Jadi saya pikir kami jauh lebih baik daripada yang lainnya di sekitar kami,” pungkasnya.
(ven)