Mendag Ingin Pedagang Pasar Tradisional Tak Kalah dengan Ritel Modern
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menginginkan para pedagang pasar tradisional dapat bersaing dengan ritel modern. Hasilnya Memorandum of Understanding (MoU) diteken bersama perwakilan dari Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti, Perwakilan dari Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI), dan perwakilan dari Asosiasi Distributor Daging Indonesia.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa penandatanganan MoU ini adalah agar para pedagang tradisional bisa mendapatkan akses sumber yang sama dengan pasar ritel modern. “Para pedagang tradisional ini harus bisa mendapatkan akses pada sumber yang sama yang tidak kalah dari dengan pasar ritel modern,” kata Enggar
Kepala Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Abdullah Mansuri menambahkan ikhtisar dari penandatanganan MoU yang digelar oleh Kemendag, menurutnya hal tersebut agar pedagang tradisional dapat untung lebih. Serta yang kedua untuk memutus rantai distribusi.
“Ini agar para pedagang bisa mengakses langsung (sumber). Tujuannya yang pertama adalah agar pedagang bisa mendapat untung lebih besar, yang kedua adalah memotong rantai distribusi,” jelas Abdullah.
Dia berharap agar ikhtiar ini dapat didorong bersama dan berjalan dengan baik, khususnya kepada para asosiasi dan perusahaan dapat menjaga komitmen dengan apa yang sudah ditetapkan. “Ikhtiar ini harus didorong bersama dan saya berharap asosiasi-asosiasi atau perusahaan itu bisa komit ya, dengan apa yang (sudah) disampaikan. Saya berharap ini bisa berjalan dengan cepat dan baik,” pungkasnya.
Sementara Mendag Enggar menjelaskan, agar pedagang tradisional mendapat supply komoditas murah, dan berharap penyebaran pasokan bisa merata. “Hanya pedagang pasar tradisional dan bulog (yang) bisa menjual gula curah, yaitu gula dengan kemasan 50 kilogram, kemudian oleh mereka dipak (menjadi) satu kiloan, harganya jauh lebih murah, yakni sebelas ribu tiga ratus rupiah pedagang beli dari Bulog," sambungnya.
"Demikian juga dengan daging, dan minyak goreng kemasan sederhana. Dengan kondisi ini maka penyebaran pasokan dari komoditi yang kita atur jadi lebih merata,” seru Enggar.
Selain itu, Menteri kelahiran Cirebon (1951) ini menjelaskan bahwa pemerintah akan memberikan fasilitas kredit. “Ada satu yang akan coba kita bantu adalah mengenai fasilitas kredit yang segera kami akan jembatani itu,” tukasnya.
Sehingga pemerintah berharap bahwa dengan adanya akses yang semakin terbuka ini, pedagang tradisional agar semakin meningkat lagi. “Diharapkan pasar tradisional ini jadi bisa lebih meningkat (terutama) volumenya,” pungkas Enggar.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa penandatanganan MoU ini adalah agar para pedagang tradisional bisa mendapatkan akses sumber yang sama dengan pasar ritel modern. “Para pedagang tradisional ini harus bisa mendapatkan akses pada sumber yang sama yang tidak kalah dari dengan pasar ritel modern,” kata Enggar
Kepala Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Abdullah Mansuri menambahkan ikhtisar dari penandatanganan MoU yang digelar oleh Kemendag, menurutnya hal tersebut agar pedagang tradisional dapat untung lebih. Serta yang kedua untuk memutus rantai distribusi.
“Ini agar para pedagang bisa mengakses langsung (sumber). Tujuannya yang pertama adalah agar pedagang bisa mendapat untung lebih besar, yang kedua adalah memotong rantai distribusi,” jelas Abdullah.
Dia berharap agar ikhtiar ini dapat didorong bersama dan berjalan dengan baik, khususnya kepada para asosiasi dan perusahaan dapat menjaga komitmen dengan apa yang sudah ditetapkan. “Ikhtiar ini harus didorong bersama dan saya berharap asosiasi-asosiasi atau perusahaan itu bisa komit ya, dengan apa yang (sudah) disampaikan. Saya berharap ini bisa berjalan dengan cepat dan baik,” pungkasnya.
Sementara Mendag Enggar menjelaskan, agar pedagang tradisional mendapat supply komoditas murah, dan berharap penyebaran pasokan bisa merata. “Hanya pedagang pasar tradisional dan bulog (yang) bisa menjual gula curah, yaitu gula dengan kemasan 50 kilogram, kemudian oleh mereka dipak (menjadi) satu kiloan, harganya jauh lebih murah, yakni sebelas ribu tiga ratus rupiah pedagang beli dari Bulog," sambungnya.
"Demikian juga dengan daging, dan minyak goreng kemasan sederhana. Dengan kondisi ini maka penyebaran pasokan dari komoditi yang kita atur jadi lebih merata,” seru Enggar.
Selain itu, Menteri kelahiran Cirebon (1951) ini menjelaskan bahwa pemerintah akan memberikan fasilitas kredit. “Ada satu yang akan coba kita bantu adalah mengenai fasilitas kredit yang segera kami akan jembatani itu,” tukasnya.
Sehingga pemerintah berharap bahwa dengan adanya akses yang semakin terbuka ini, pedagang tradisional agar semakin meningkat lagi. “Diharapkan pasar tradisional ini jadi bisa lebih meningkat (terutama) volumenya,” pungkas Enggar.
(akr)