Pemerintah Akan Beri Insentif Industri Pembeli Gas di Masela
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan akan memberikan insentif untuk industri yang akan menggunakan dan membeli gas di Blok Masela, Maluku Utara. Ini guna mengompensasi harga gas di Masela, yang menurut industri tidak masuk keekonomian.
Inpex selaku operator di Lapangan Abadi mengasumsikan harga keekonomian untuk gas Masela sebesar USD5,86 per MMBTU. Sementara industri menganggap, harga keekonomian gas Masela sebesar USD3 per MMBTU.
Menteri Perindusrian Airlangga Hartarto mengungkapkan, pemerintah sebelumnya akan membentuk tim teknis guna mencari opsi harga keekonomian dari Masela. Tim teknis tersbut terdiri dari masing-masing kementerian, yakni Kemenperin, Kementerian ESDM dan Kemenko bidang Kemaritiman.
"Tim itu spesifiknya untuk mencari opsi keekonomian, enggak hanya di LNG tetapi juga di petrokimia," katanya di Gedung BPPT, Jakarta, Senin (19/6/2017).
Sementara itu, Direktur Indutri Kimia Dasar Direktorat Jenderal Industri Tekstil, Kimia dan Aneka (IKTA) Kemenperin, Muhammad Kayam menambahkan, harga yang ditetapkan untuk gas di Masela hingga saat ini masih USD5,86 per MMBTU. Karena itu, agar industri tertarik maka pemerintah memberikan insentif berupa tax holiday.
"Itu semua tetap pakai itu, tapi bisa dikompensasikan dengan macem macem, misalnya tax holiday, bisa formula banyak. Tapi sementara pakai angka awal. Insentif lain memang ada," imbuhnya.
Menurutnya, cara seperti ini juga dilakukan di negara lain. Pemerintah memberikan insentif agar harga gas tetap mencapai keekonomian. Sehingga, nilai tambah yang didapatkanpun akan lebih besar.
"Memang di negara lain seperti itu, supaya bisa keekonmian, nilai tambahnya kan besar. Jadi artinya, pajaknya juga besar. Di depan harus dibantu," tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, Menperin Airlangga Hartarto mengemukakan bahwa beberapa kalangan industri sudah mulai tertarik untuk memanfaatkan potensi gas yang ada di Blok Masela, Maluku Utara.
Setidaknya, ada tiga sektor industri yang akan menggunakan gas dari Lapangan Abadi tersebut untuk kegiatannya. Tiga industri tersebut industri pupuk, industri metanol, dan industri yang memproduksi dimethyl ether (DME).
Saat ini, ketiga industri tersebut tengah menunggu titik lokasi pembangunan kilang Masela sebelum menentukan lokasi mereka membangun pabrik.
"Kalau potensi sudah ada. Pabrik pupuk, methanol, dan dimetyl ether ini gasnya dari Masela. Kalau lokasi pabrik kan tergantung nanti titiknya ada dimana," katanya beberapa waktu lalu.
Inpex selaku operator di Lapangan Abadi mengasumsikan harga keekonomian untuk gas Masela sebesar USD5,86 per MMBTU. Sementara industri menganggap, harga keekonomian gas Masela sebesar USD3 per MMBTU.
Menteri Perindusrian Airlangga Hartarto mengungkapkan, pemerintah sebelumnya akan membentuk tim teknis guna mencari opsi harga keekonomian dari Masela. Tim teknis tersbut terdiri dari masing-masing kementerian, yakni Kemenperin, Kementerian ESDM dan Kemenko bidang Kemaritiman.
"Tim itu spesifiknya untuk mencari opsi keekonomian, enggak hanya di LNG tetapi juga di petrokimia," katanya di Gedung BPPT, Jakarta, Senin (19/6/2017).
Sementara itu, Direktur Indutri Kimia Dasar Direktorat Jenderal Industri Tekstil, Kimia dan Aneka (IKTA) Kemenperin, Muhammad Kayam menambahkan, harga yang ditetapkan untuk gas di Masela hingga saat ini masih USD5,86 per MMBTU. Karena itu, agar industri tertarik maka pemerintah memberikan insentif berupa tax holiday.
"Itu semua tetap pakai itu, tapi bisa dikompensasikan dengan macem macem, misalnya tax holiday, bisa formula banyak. Tapi sementara pakai angka awal. Insentif lain memang ada," imbuhnya.
Menurutnya, cara seperti ini juga dilakukan di negara lain. Pemerintah memberikan insentif agar harga gas tetap mencapai keekonomian. Sehingga, nilai tambah yang didapatkanpun akan lebih besar.
"Memang di negara lain seperti itu, supaya bisa keekonmian, nilai tambahnya kan besar. Jadi artinya, pajaknya juga besar. Di depan harus dibantu," tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, Menperin Airlangga Hartarto mengemukakan bahwa beberapa kalangan industri sudah mulai tertarik untuk memanfaatkan potensi gas yang ada di Blok Masela, Maluku Utara.
Setidaknya, ada tiga sektor industri yang akan menggunakan gas dari Lapangan Abadi tersebut untuk kegiatannya. Tiga industri tersebut industri pupuk, industri metanol, dan industri yang memproduksi dimethyl ether (DME).
Saat ini, ketiga industri tersebut tengah menunggu titik lokasi pembangunan kilang Masela sebelum menentukan lokasi mereka membangun pabrik.
"Kalau potensi sudah ada. Pabrik pupuk, methanol, dan dimetyl ether ini gasnya dari Masela. Kalau lokasi pabrik kan tergantung nanti titiknya ada dimana," katanya beberapa waktu lalu.
(izz)