Kopi Arabika Gayo Asal Aceh Tembus Pasar Eropa
A
A
A
ACEH - Dihadapan Duta Besar Indonesia untuk Hungaria, Wening Esthyprobo dan peserta expo kopi dunia yang hadir yang digelar beberapa waktu lalu, Bupati Aceh Tengah Nasaruddin menjelaskan berbagai keunggulan kopi Arabika Gayo.
Dia juga menggambarkan bagaimana prospek Kopi Arabika Gayo yang semakin gencar menembus pasar Uni Eropa. "Sejak keikutsertaan Pemerintah Daerah dan para exportir Kopi dari Dataran Tinggi Gayo dalam beberapa expo International akhir-akhir ini telah mampu mendongkrak popularitas komoditi Kopi Arabika Gayo, terutama dikalangan masyarakat Uni Eropa yang sebelumnya relatif sulit untuk diterobos," katanya belum lama ini.
Menurutnya, dataran tinggi gayo yang melingkupi 3 Kabupaten (Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues), memiliki luas tanaman Kopi Arabika Gayo mencapai 110.000 hektare (ha) yang seluruhnya diusahakan dan dimiliki oleh petani.
Pemerintah Daerah memberikan pengawasan, sehingga kopi yang dikelola petani di dataran tinggi Gayo ini seluruh produknya tergolong Specialty yang selalu mengutamakan penggunaan pupuk organik. Terutama dari kulit kopi itu sendiri dan tidak menggunakan pestisida. Kalaupun digunakan, hanya dalam batasan seminimal mungkin.
Perkebunan kopi yang diusahakan rakyat juga berada di luar kawasan hutan, sehingga fungsi hutan untuk kelestarian lingkungan tetap terjaga dengan utuh dan baik.
Nasaruddin menuturkan, kehadiran puluhan pelaku bisnis kopi yang tergabung dalam asosiasi Spesialty Coffee Association of Europe (SCAE) yang difasilitasi oleh Pemerintah Aceh bekerja sama dengan Pemkab Aceh Tengah dan Bener Meriah pada 2015 lalu juga telah memberi perubahan signifikan terhadap permintaan pasar Kopi Arabika Gayo ke Uni Eropa.
"Informasi penting yang terakhir kita terima, pada akhir Mei lalu, Kopi Arabika Gayo telah terdaftar sebagai produk yang diakui Uni Eropa berdasarkan perlindungan indikasi geografis, tentu pengakuan ini akan semakin meningkatkan nilai tawar Kopi Arabika Gayo di pasar Eropa," Jelasnya.
Dia juga menggambarkan bagaimana prospek Kopi Arabika Gayo yang semakin gencar menembus pasar Uni Eropa. "Sejak keikutsertaan Pemerintah Daerah dan para exportir Kopi dari Dataran Tinggi Gayo dalam beberapa expo International akhir-akhir ini telah mampu mendongkrak popularitas komoditi Kopi Arabika Gayo, terutama dikalangan masyarakat Uni Eropa yang sebelumnya relatif sulit untuk diterobos," katanya belum lama ini.
Menurutnya, dataran tinggi gayo yang melingkupi 3 Kabupaten (Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues), memiliki luas tanaman Kopi Arabika Gayo mencapai 110.000 hektare (ha) yang seluruhnya diusahakan dan dimiliki oleh petani.
Pemerintah Daerah memberikan pengawasan, sehingga kopi yang dikelola petani di dataran tinggi Gayo ini seluruh produknya tergolong Specialty yang selalu mengutamakan penggunaan pupuk organik. Terutama dari kulit kopi itu sendiri dan tidak menggunakan pestisida. Kalaupun digunakan, hanya dalam batasan seminimal mungkin.
Perkebunan kopi yang diusahakan rakyat juga berada di luar kawasan hutan, sehingga fungsi hutan untuk kelestarian lingkungan tetap terjaga dengan utuh dan baik.
Nasaruddin menuturkan, kehadiran puluhan pelaku bisnis kopi yang tergabung dalam asosiasi Spesialty Coffee Association of Europe (SCAE) yang difasilitasi oleh Pemerintah Aceh bekerja sama dengan Pemkab Aceh Tengah dan Bener Meriah pada 2015 lalu juga telah memberi perubahan signifikan terhadap permintaan pasar Kopi Arabika Gayo ke Uni Eropa.
"Informasi penting yang terakhir kita terima, pada akhir Mei lalu, Kopi Arabika Gayo telah terdaftar sebagai produk yang diakui Uni Eropa berdasarkan perlindungan indikasi geografis, tentu pengakuan ini akan semakin meningkatkan nilai tawar Kopi Arabika Gayo di pasar Eropa," Jelasnya.
(izz)