Perlambatan Ekspor Membebani Pertumbuhan Ekonomi Asia Tenggara
A
A
A
JAKARTA - Pelambatan ekspor yang meluas di wilayah Timur Laut dan Tenggara diperkirakan akan meredakan momentum pertumbuhan Asia, menurut laporan terbaru dari Economic Insight: South East Asia, ICAEW. Permintaan domestik diperkirakan akan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan, karena fase pemulihan cepat baru-baru ini di luar perdagangan tidak akan berlanjut.
Dengan kinerja yang kuat di kuartal pertama, prospek ekonomi ASEAN tetap optimis. Pertumbuhan utama pada wilayah ini didorong oleh Malaysia dan Thailand, sementara momentum mereda di Singapura, Filipina, Vietnam dan Indonesia.
"Secara keseluruhan, momentum pertumbuhan Asia akan meredam di bawah pengaruh luasnya pengurangan ekspor walaupun permintaan domestik stabil - dua faktor penting yang mendasari kinerjanya yang kuat di kuartal pertama," kata Penasihat Ekonomi ICAEW & Pimpinan Ekonom Oxford Economic, Priyanka Kishore dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (22/6/2017).
Ekspor pada kuartal II dimulai kurang baik dan tren ini hadir di seluruh Asia. Kunci ekonomi utama, termasuk Tiongkok dan Singapura, juga mengamati penurunan dalam pertumbuhan volume ekspor. Di Singapura, permintaan akan impor China yang moderat setelah kenaikan kuat di kuartal I 2017 akan lebih lanjut melihat penurunan ekspor di kuartal mendatang. Di Malaysia, ekspor bersih berkurang 2,9% poin dari pertumbuhan PDB kuartalan akibat lonjakan impor.
"Setelah hasil kuartal I yang positif, kami telah meningkatkan prospek pertumbuhan untuk beberapa ekonomi Asia, termasuk Malaysia dan Thailand. Namun, kami berhati-hati dalam perkiraan kami karena berbagai hambatan utama pada peningkatan pertumbuhan Q1 di kawasan ini. Kami memperkirakan pertumbuhan Asia Tenggara akan kembali ke 4,5% pada Q4 2017, dengan pertumbuhan PDB setahun sedikit lebih tinggi dari 2016," jelasnya.
Di sisi lain, permintaan domestik diperkirakan akan terus mendorong pertumbuhan Asia Tenggara pada tingkat yang stabil. Ruang bantuan moneter untuk merangsang permintaan domestik masih terbatas karena kombinasi berbagai faktor seperti memburuknya inflasi, tingkat hutang yang tinggi, kekhawatiran stabilitas keuangan, penurunan transmisi kebijakan moneter, dan keinginan untuk memberi keleluasan kebijakan jika terjadi guncangan eksternal.
Selain itu, Filipina, Malaysia dan Indonesia diperkirakan akan menaikkan suku bunga di kuartal mendatang. Ada juga kurangnya keinginan politik untuk mengeksplorasi pilihan kebijakan ekspansi fiskal. Direktur Regional, ICAEW Asia Tenggara, Mark Billington menuturkan, pihaknya memperkirakan permintaan domestik akan terus mendukung pertumbuhan kawasan ini, mengingat pemulihan yang cepat namun tidak stabil dalam perdagangan eksternal global.
"Negara-negara ASEAN perlu fokus pada penyediaan lingkungan investasi bisnis yang lebih menarik. Lebih banyak stimulus fiskal guna mendukung permintaan domestik adalah salah satu cara agar bisa tercapai," tandasnya.
Dengan kinerja yang kuat di kuartal pertama, prospek ekonomi ASEAN tetap optimis. Pertumbuhan utama pada wilayah ini didorong oleh Malaysia dan Thailand, sementara momentum mereda di Singapura, Filipina, Vietnam dan Indonesia.
"Secara keseluruhan, momentum pertumbuhan Asia akan meredam di bawah pengaruh luasnya pengurangan ekspor walaupun permintaan domestik stabil - dua faktor penting yang mendasari kinerjanya yang kuat di kuartal pertama," kata Penasihat Ekonomi ICAEW & Pimpinan Ekonom Oxford Economic, Priyanka Kishore dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (22/6/2017).
Ekspor pada kuartal II dimulai kurang baik dan tren ini hadir di seluruh Asia. Kunci ekonomi utama, termasuk Tiongkok dan Singapura, juga mengamati penurunan dalam pertumbuhan volume ekspor. Di Singapura, permintaan akan impor China yang moderat setelah kenaikan kuat di kuartal I 2017 akan lebih lanjut melihat penurunan ekspor di kuartal mendatang. Di Malaysia, ekspor bersih berkurang 2,9% poin dari pertumbuhan PDB kuartalan akibat lonjakan impor.
"Setelah hasil kuartal I yang positif, kami telah meningkatkan prospek pertumbuhan untuk beberapa ekonomi Asia, termasuk Malaysia dan Thailand. Namun, kami berhati-hati dalam perkiraan kami karena berbagai hambatan utama pada peningkatan pertumbuhan Q1 di kawasan ini. Kami memperkirakan pertumbuhan Asia Tenggara akan kembali ke 4,5% pada Q4 2017, dengan pertumbuhan PDB setahun sedikit lebih tinggi dari 2016," jelasnya.
Di sisi lain, permintaan domestik diperkirakan akan terus mendorong pertumbuhan Asia Tenggara pada tingkat yang stabil. Ruang bantuan moneter untuk merangsang permintaan domestik masih terbatas karena kombinasi berbagai faktor seperti memburuknya inflasi, tingkat hutang yang tinggi, kekhawatiran stabilitas keuangan, penurunan transmisi kebijakan moneter, dan keinginan untuk memberi keleluasan kebijakan jika terjadi guncangan eksternal.
Selain itu, Filipina, Malaysia dan Indonesia diperkirakan akan menaikkan suku bunga di kuartal mendatang. Ada juga kurangnya keinginan politik untuk mengeksplorasi pilihan kebijakan ekspansi fiskal. Direktur Regional, ICAEW Asia Tenggara, Mark Billington menuturkan, pihaknya memperkirakan permintaan domestik akan terus mendukung pertumbuhan kawasan ini, mengingat pemulihan yang cepat namun tidak stabil dalam perdagangan eksternal global.
"Negara-negara ASEAN perlu fokus pada penyediaan lingkungan investasi bisnis yang lebih menarik. Lebih banyak stimulus fiskal guna mendukung permintaan domestik adalah salah satu cara agar bisa tercapai," tandasnya.
(akr)