Kopi Sumedang Didorong Siap Menjadi Industri
A
A
A
SUMEDANG - Sektor pertanian di Kabupaten Sumedang berpotensi besar untuk dikembangkan, sehingga membuat petani bisa hidup lebih sejahtera. Fakta yang terjadi saat ini, seperti dialami petani kopi di Sumedang yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini disebabkan sektor pertanian di Sumedang belum difasilitasi Pemkab Sumedang.
Pengusaha kafe Kopi Progo Moch Agung Anugrah mengatakan, saat ini sektor pertanian kopi di Sumedang tidak dipersiapkan pemerintah menjadi sektor industri. "Kopi hasil bumi Sumedang dijual petani Rp4.000/kg. Ini karena petani Sumedang hanya fokus menanam kopi. Tapi jika pemerintah mempersiapkan petani menjadi pengusaha kopi, petani Sumedang tidak akan mengalami kesulitan ekonomi seperti sekarang ini," ujarnya kepada KORAN SINDO
"Saat ini petani Sumedang masih kurang produktif, misalnya, idealnya itu dari 1/2 Ha (hektare) lahan itu menghasilkan 3-4 ton biji kopi, tapi sekarang baru menghasilkan 1 ton saja. Ini terjadi karena pemerintah saat ini melulu fokus pada memberikan bantuan berupa biji kopi hingga pupuk. Tapi tidak berpikir meningkatkan produktivitasnya," sambung dia.
Padahal menurutnya di Sumedang banyak perguruan tinggi seperti ITB yang bisa diajak kerjasama Pemkab Sumedang untuk meningkatkan produktivitas kopi melalui pengembangan teknologi pertanian seperti yang dilakukan negara-negara penghasil kopi lainnya. Selain itu, kata dia, saat ini petani kopi di Sumedang masih kesulitan dalam mengakses permodalan. Sehingga tanaman kopi yang dihasilkan dijual duluan sebelum kopi matang di kebun.
"Karena sulit akses permodalan ini petani kopi di Sumedang menjual hasil kopinya dengan cara diijon. Kopi belum matang sudah dibeli pengusaha dari luar Sumedang. Sehingga wajar bila petani Sumedang terus dihimpit permasalahan ekonomi," sebutnya.
Oleh karenanya, lanjut dia, Pemkab Sumedang harus berkomitmen mengembangkan sektor pertanian di Sumedang hingga menjadi industri. "Pemkab Sumedang harus punya blue print yang jelas untuk mengembangkan para petani menjadi pengusaha," katanya.
Pengusaha kafe Kopi Progo Moch Agung Anugrah mengatakan, saat ini sektor pertanian kopi di Sumedang tidak dipersiapkan pemerintah menjadi sektor industri. "Kopi hasil bumi Sumedang dijual petani Rp4.000/kg. Ini karena petani Sumedang hanya fokus menanam kopi. Tapi jika pemerintah mempersiapkan petani menjadi pengusaha kopi, petani Sumedang tidak akan mengalami kesulitan ekonomi seperti sekarang ini," ujarnya kepada KORAN SINDO
"Saat ini petani Sumedang masih kurang produktif, misalnya, idealnya itu dari 1/2 Ha (hektare) lahan itu menghasilkan 3-4 ton biji kopi, tapi sekarang baru menghasilkan 1 ton saja. Ini terjadi karena pemerintah saat ini melulu fokus pada memberikan bantuan berupa biji kopi hingga pupuk. Tapi tidak berpikir meningkatkan produktivitasnya," sambung dia.
Padahal menurutnya di Sumedang banyak perguruan tinggi seperti ITB yang bisa diajak kerjasama Pemkab Sumedang untuk meningkatkan produktivitas kopi melalui pengembangan teknologi pertanian seperti yang dilakukan negara-negara penghasil kopi lainnya. Selain itu, kata dia, saat ini petani kopi di Sumedang masih kesulitan dalam mengakses permodalan. Sehingga tanaman kopi yang dihasilkan dijual duluan sebelum kopi matang di kebun.
"Karena sulit akses permodalan ini petani kopi di Sumedang menjual hasil kopinya dengan cara diijon. Kopi belum matang sudah dibeli pengusaha dari luar Sumedang. Sehingga wajar bila petani Sumedang terus dihimpit permasalahan ekonomi," sebutnya.
Oleh karenanya, lanjut dia, Pemkab Sumedang harus berkomitmen mengembangkan sektor pertanian di Sumedang hingga menjadi industri. "Pemkab Sumedang harus punya blue print yang jelas untuk mengembangkan para petani menjadi pengusaha," katanya.
(akr)