Pemudik Motor Padati Jalanan Kota Semarang
A
A
A
SEMARANG - Ribuan pemudik menggunakan sepeda motor memadati jalanan Kota Semarang pada puncak arus balik Idul Fitri 2017, Sabtu (1/7) malam.
Berdasarkan pantauan lapangan, mulai di perbatasan Kabupaten Semarang (Ungaran) dengan Kota Semarang, para pemudik motor sangat mendominasi jalanan kota. Setiap menit paling tidak 150-200 sepeda motor melintas.
Tidak hanya memadati jalanan kota, seperti Jalan Setiabudi, Teuku Umar, Sultan Agung, Pamularsih hingga ke barat menuju Mangkang, pemudik motor juga terlihat di jalan alternatif Ungaran-Mijen-Ngaliyan.
Para pemudik yang menggunakan motor kebanyakan berjalan dengan membentuk kelompok-kelompok kecil antara 3-7 sepeda motor, saling berboncengan dan sebagian ada yang sendiri. Sebagian kelompok membawa lampu hazard selama perjalanan.
Berdasarkan pengamatan, banyak pemudik yang menggunakan sepeda motor memanfaatkan rest area seperti SPBU, minimarket sampai masjid untuk melepas lelah.
Para pemudik ini banyak yang membawa barang bawaan secara berlebihan di bagian belakang kendaraan. Sebagian juga membawa anak-anak.
Menurut penuturan beberapa pemudik motor yang ditemui di rest area minimarket Alfamart di Pudakpayung mengaku, mereka sengaja melakukan perjalan malam supaya tidak panas.
Salah satu pemudik, Nur Iksan, 28, warga asli Boyolali mengaku, dia sudah empat tahun ini melakukan mudik Idul Fitri menggunakan sepeda motor dan selalu melakukan perjalanan di malam hari. "Kalau malam tidak panas jadi tidak cepat lelah," katanya yang mengaku hendak menuju Bekasi ini.
Nur Iksan mengaku, melakukan perjalanan mudik bersama dengan 8 orang teman satu kampung dengan menggunakan empat sepeda motor. "Mudah-mudahan besok pagi sudah sampai di Bekasi, jadi bisa istirahat sebelum besok Senin mulai kerja," tuturnya.
Pemudik lain, Khoirul mengaku, baru kali ini melakukan perjalanan malam. Hal ini karena biasanya rombongannya selalu melakukan perjalanan di siang hari." Tahun lalu kita berangkatnya pagi dari rumah di Karanggede," ucapnya.
Berdasarkan pantauan lapangan, mulai di perbatasan Kabupaten Semarang (Ungaran) dengan Kota Semarang, para pemudik motor sangat mendominasi jalanan kota. Setiap menit paling tidak 150-200 sepeda motor melintas.
Tidak hanya memadati jalanan kota, seperti Jalan Setiabudi, Teuku Umar, Sultan Agung, Pamularsih hingga ke barat menuju Mangkang, pemudik motor juga terlihat di jalan alternatif Ungaran-Mijen-Ngaliyan.
Para pemudik yang menggunakan motor kebanyakan berjalan dengan membentuk kelompok-kelompok kecil antara 3-7 sepeda motor, saling berboncengan dan sebagian ada yang sendiri. Sebagian kelompok membawa lampu hazard selama perjalanan.
Berdasarkan pengamatan, banyak pemudik yang menggunakan sepeda motor memanfaatkan rest area seperti SPBU, minimarket sampai masjid untuk melepas lelah.
Para pemudik ini banyak yang membawa barang bawaan secara berlebihan di bagian belakang kendaraan. Sebagian juga membawa anak-anak.
Menurut penuturan beberapa pemudik motor yang ditemui di rest area minimarket Alfamart di Pudakpayung mengaku, mereka sengaja melakukan perjalan malam supaya tidak panas.
Salah satu pemudik, Nur Iksan, 28, warga asli Boyolali mengaku, dia sudah empat tahun ini melakukan mudik Idul Fitri menggunakan sepeda motor dan selalu melakukan perjalanan di malam hari. "Kalau malam tidak panas jadi tidak cepat lelah," katanya yang mengaku hendak menuju Bekasi ini.
Nur Iksan mengaku, melakukan perjalanan mudik bersama dengan 8 orang teman satu kampung dengan menggunakan empat sepeda motor. "Mudah-mudahan besok pagi sudah sampai di Bekasi, jadi bisa istirahat sebelum besok Senin mulai kerja," tuturnya.
Pemudik lain, Khoirul mengaku, baru kali ini melakukan perjalanan malam. Hal ini karena biasanya rombongannya selalu melakukan perjalanan di siang hari." Tahun lalu kita berangkatnya pagi dari rumah di Karanggede," ucapnya.
(ven)