Tarif Tiket Kereta Api Picu Inflasi Jawa Timur
A
A
A
SURABAYA - Jawa Timur (Jatim) selama Juni 2017 mengalami inflasi sebesar 0,49%, di mana inflasi terjadi di seluruh kota IHK di Jatim. Kota Probolinggo memiliki angka inflasi paling tinggi yakni 0,70%, dan terendah di Kota Malang sebesar 0,37%.
Laju inflasi tahun kalender Juni 2017 mencapai 2,97%. Angka ini lebih tinggi dibanding tahun kalender Juni 2016 yang hanya sebesar 1,08%. Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah tarif tiket kereta api, perumahan, air, daging ayam ras, listrik, gas dan bahan bakar minyak (BBM) yang mencapai 0,98%.
Sementara, inflasi terendah terjadi di kelompok bahan makanan sebesar 0,10%. "Selama Juni, tidak ada kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Teguh Pramono di Surabaya, Senin (3/7/2017).
Sejak Juni 2008, lanjut dia, hingga Juni 2017 selalu terjadi inflasi. Ini disebabkan pada bulan ini biasanya bersamaan dengan Ramadan dan Lebaran. Inflasi tertinggi terjadi pada 2008 sebesar 2,24% dan inflasi terendah terjadi pada 2009 sebesar 0,32%.
Menurutnya, banyaknya operasi pasar yang dilakukan pemerintah cukup efektif mengendalikan inflasi. Selain itu adanya kesepakatan antara menteri perdagangan dan beberapa importir, terutama bawang putih untuk menurunkan harga baik di pasar tradisional maupun pasar modern. "Ini membuat harga bawang putih semakin terkendali," kata dia.
Sementara itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Provinsi Jatim memperkirakan inflasi bulanan pada Juni berkisar di 0,54%-0,64%, atau lebih baik dibanding momen Ramadan-Lebaran tahun lalu yang tercatat sebesar 0,76%. Salah satu penyebabnya adalah cenderung turunnya harga volatile food.
"Berdasarkan survei pemantauan harga yang kami lakukan pada Minggu ketiga bulan Juni ditemukan adanya kecenderungan harga bahan pokok yang justru mengalami penurunan," kata Kepala Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan KPBI Provinsi Jatim, Taufik Saleh.
Dia menambahkan, menurunnya harga di tengah permintaan yang meningkat pada momen Ramadan-Lebaran tahun ini, kata dia, merupakan kesuksesan pengendalian harga di daerah sesuai program dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
"Untuk menjaga kestabilan harga menjelang Ramadan dan Lebaran, TPID Jatim memperkuat informasi harga dan stok melalui Siskaperbapo (Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok)," katanya.
Cara ini ditunjang dengan penempatan televisi di pasar rakyat sebagai media informasi harga. TPID juga meningkatkan akses bahan pokok melalui gerai stabilisasi harga seperti Kios Pangan Operasi Pasar (Kippas), Toko Tani Indonesia, e-warung, Rumah Pangan Kita (RPK), serta menyelenggarakan operasi pasar mandiri serta bantuan ongkos angkut.
Di samping itu, TPID juga melakukan penguatan data dan informasi yang terkait pergerakan komoditas yang saat ini digagas Pemerintah Provinsi Jatim. "Salah satunya melalui sistem informasi perdagangan antar provinsi. Ini untuk memperkuat konektivitas antar. Sehingga biaya logistik semakin efisien dan pasokan bisa terjaga," imbuhnya.
Laju inflasi tahun kalender Juni 2017 mencapai 2,97%. Angka ini lebih tinggi dibanding tahun kalender Juni 2016 yang hanya sebesar 1,08%. Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah tarif tiket kereta api, perumahan, air, daging ayam ras, listrik, gas dan bahan bakar minyak (BBM) yang mencapai 0,98%.
Sementara, inflasi terendah terjadi di kelompok bahan makanan sebesar 0,10%. "Selama Juni, tidak ada kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Teguh Pramono di Surabaya, Senin (3/7/2017).
Sejak Juni 2008, lanjut dia, hingga Juni 2017 selalu terjadi inflasi. Ini disebabkan pada bulan ini biasanya bersamaan dengan Ramadan dan Lebaran. Inflasi tertinggi terjadi pada 2008 sebesar 2,24% dan inflasi terendah terjadi pada 2009 sebesar 0,32%.
Menurutnya, banyaknya operasi pasar yang dilakukan pemerintah cukup efektif mengendalikan inflasi. Selain itu adanya kesepakatan antara menteri perdagangan dan beberapa importir, terutama bawang putih untuk menurunkan harga baik di pasar tradisional maupun pasar modern. "Ini membuat harga bawang putih semakin terkendali," kata dia.
Sementara itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Provinsi Jatim memperkirakan inflasi bulanan pada Juni berkisar di 0,54%-0,64%, atau lebih baik dibanding momen Ramadan-Lebaran tahun lalu yang tercatat sebesar 0,76%. Salah satu penyebabnya adalah cenderung turunnya harga volatile food.
"Berdasarkan survei pemantauan harga yang kami lakukan pada Minggu ketiga bulan Juni ditemukan adanya kecenderungan harga bahan pokok yang justru mengalami penurunan," kata Kepala Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan KPBI Provinsi Jatim, Taufik Saleh.
Dia menambahkan, menurunnya harga di tengah permintaan yang meningkat pada momen Ramadan-Lebaran tahun ini, kata dia, merupakan kesuksesan pengendalian harga di daerah sesuai program dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
"Untuk menjaga kestabilan harga menjelang Ramadan dan Lebaran, TPID Jatim memperkuat informasi harga dan stok melalui Siskaperbapo (Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok)," katanya.
Cara ini ditunjang dengan penempatan televisi di pasar rakyat sebagai media informasi harga. TPID juga meningkatkan akses bahan pokok melalui gerai stabilisasi harga seperti Kios Pangan Operasi Pasar (Kippas), Toko Tani Indonesia, e-warung, Rumah Pangan Kita (RPK), serta menyelenggarakan operasi pasar mandiri serta bantuan ongkos angkut.
Di samping itu, TPID juga melakukan penguatan data dan informasi yang terkait pergerakan komoditas yang saat ini digagas Pemerintah Provinsi Jatim. "Salah satunya melalui sistem informasi perdagangan antar provinsi. Ini untuk memperkuat konektivitas antar. Sehingga biaya logistik semakin efisien dan pasokan bisa terjaga," imbuhnya.
(izz)