Pertumbuhan Utang Cepat, Dibutuhkan Pengelolaan yang Baik
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menjelaskan bahwa pengelolaan utang Indonesia harus diperbaiki karena jumlah utang yang diambil oleh pemerintah, pertumbuhan dari segi bunganya relatif agak cepat.
Maka, diperlukan satu sistem pengelolaan yang baik untuk mengelolanya, agar tepat sasaran untuk kegiatan yang produktif. Pengelolaan utang yang baik akan menjaga kredibilitas pemerintah Indonesia dalam pembentukan postur APBN, sehingga bisa seimbang.
"Kalau kita lihat secara makro, di dalam pengelolaan utang kita harus diperbaki karena jumlah utang yang diambil itu pertumbuhannya agak cepat, mesti dijaga sebaik mungkin. Sehingga kredibilitas di mata investor tetap terjaga. Meski mengambil utang, kita masih bisa bayar, presentasenya tetap terkendali yakni 28%," kata dia di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (11/7/2017).
Dia mengharapkan, presentase utang terhadap PDB terkendali di 28% tahun ini. Selain itu, untuk menerbitkan utang, diperlukan pemahaman soal bunganya. Karena menurut Suahasil, bunga utang bisa berbeda-beda, tergantung kapan pengambilan utang tersebut.
Baca Juga: Kepala BKF: Utang Indonesia Rp3.672 Triliun Masih Aman
"Selain kapan menerbitkannya, tergantung juga dalam mata uang apa. Utang kita mayoritas dalam mata uang rupiah, mungkin 55% hampir 60% mata uang rupiah, mata uang asing juga ada. Jadi enggak terpapar oleh kurs karena sebagian besar mata uang rupiah," katanya.
Suahasil menyontohkan, saat meminjam utang dari mata uang euro yang sempat mengalami penurunan nilai kurs saat Eropa bergejolak. Saat itu, Indonesia bisa meminjam utang dari sana dengan murah.
"Waktu itu, ekonomi negara berkembang lagi bergejolak. Jadi bisa minjam euro pada saat lagi murah, minjam dolar murah. Jadi bagian dari pengelolaan utang kita, kita ingin mengurangi risiko dari kurs. Meningkatkan utang di dalam mata uang rupiah meski sekarang sudah mayoritas," pungkasnya.
Maka, diperlukan satu sistem pengelolaan yang baik untuk mengelolanya, agar tepat sasaran untuk kegiatan yang produktif. Pengelolaan utang yang baik akan menjaga kredibilitas pemerintah Indonesia dalam pembentukan postur APBN, sehingga bisa seimbang.
"Kalau kita lihat secara makro, di dalam pengelolaan utang kita harus diperbaki karena jumlah utang yang diambil itu pertumbuhannya agak cepat, mesti dijaga sebaik mungkin. Sehingga kredibilitas di mata investor tetap terjaga. Meski mengambil utang, kita masih bisa bayar, presentasenya tetap terkendali yakni 28%," kata dia di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (11/7/2017).
Dia mengharapkan, presentase utang terhadap PDB terkendali di 28% tahun ini. Selain itu, untuk menerbitkan utang, diperlukan pemahaman soal bunganya. Karena menurut Suahasil, bunga utang bisa berbeda-beda, tergantung kapan pengambilan utang tersebut.
Baca Juga: Kepala BKF: Utang Indonesia Rp3.672 Triliun Masih Aman
"Selain kapan menerbitkannya, tergantung juga dalam mata uang apa. Utang kita mayoritas dalam mata uang rupiah, mungkin 55% hampir 60% mata uang rupiah, mata uang asing juga ada. Jadi enggak terpapar oleh kurs karena sebagian besar mata uang rupiah," katanya.
Suahasil menyontohkan, saat meminjam utang dari mata uang euro yang sempat mengalami penurunan nilai kurs saat Eropa bergejolak. Saat itu, Indonesia bisa meminjam utang dari sana dengan murah.
"Waktu itu, ekonomi negara berkembang lagi bergejolak. Jadi bisa minjam euro pada saat lagi murah, minjam dolar murah. Jadi bagian dari pengelolaan utang kita, kita ingin mengurangi risiko dari kurs. Meningkatkan utang di dalam mata uang rupiah meski sekarang sudah mayoritas," pungkasnya.
(ven)