Industri Alas Kaki Jatim Makin Terpuruk

Minggu, 23 Juli 2017 - 22:11 WIB
Industri Alas Kaki Jatim...
Industri Alas Kaki Jatim Makin Terpuruk
A A A
SURABAYA - Situasi ekonomi yang lesu mengakibatkan industri alas kaki di Jawa Timur (Jatim) selama semester I/2017 ini produksinya turun hingga 33%. Tahun lalu, industri padat karya tersebut juga mengalami kondisi yang sama dengan penurunan produksi mencapai 30%.

Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jatim, Winyoto Gunawan mengatakan, penurunan produksi bukan hanya dialami pasar domestik, jumlah ekspor sepatu dari Jatim pun anjlok hingga 20% dibanding periode yang sama tahun lalu. Momen Lebaran dan tahun ajaran baru tidak mampu mendongkrak penjualan alas kaki.

Menurutnya kalaupun ada kenaikan permintaan, produk yang dijual hanya merupakan stok lama. "Karena produksi turun, jam kerja karyawan terpaksa dikurangi. Jika sebelumnya produksi sampai 24 jam, kini hanya 16 jam," terang Winyoto.

Lebih jauh Ia menjelaskan, tahun lalu total pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk industri alas kaki di Jatim mencapai 2.000 orang lebih. Sampai saat ini masih belum ada PHK lagi karena produsen masih berharap ada kenaikan permintaan domestik maupun ekspor.

Indonesia sendiri sebenarnya menempati posisi ke-5 sebagai eksportir alas kaki dunia setelah China, India, Vietnam, dan Brasil. Kemudian, market share-nya di pasar internasional mencapai 4,4%. Bahkan, berdasarkan data Trade Map, pertumbuhan ekspornya positif dari USD4,85 miliar di 2015, naik 3,3% menjadi USD5,01 miliar di 2016.
"Persaingan pasar saat ini sangat ketat. Indonesia harus bersaing memperebutkan pasar Eropa Barat dengan negara-negara pengekspor alas kaki seperti dari Eropa Timur,” sambungnya.

Data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menunjukkan, industri alas kaki di Indonesia banyak dihasilkan oleh industri besar dan menengah. Baik dari sisi nilai maupun jumlah produksi. Untuk sebaran industri kecil dan mikro alas kaki, sebanyak 82% berada di provinsi Jawa Barat (Jabar) dan Jatim.

Konsentrasi sektor tersebut di wilayah Jabar meliputi Bogor, Bandung, dan Tasikmalaya. Sedangkan di Jatim berada di Pasuruan, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, dan Magetan. Kemenperin menargetkan pada 2020, pangsa pasar alas kaki Indonesia mencapai 10% ke pasar dunia.

Data Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jatim menunjukkan, jumlah buruh yang di PHK selama 2016 mencapai 8.312 orang, naik 15% dibanding tahun 2015 sebanyak 7.600 pekerja. Buruh yang di PHK mayoritas dari Surabaya sebanyak 2.024 pekerja. Disusul Gresik dengan 1.672 orang dan Mojokerto mencapai 1.321 orang.

Meningkatnya jumlah buruh yang di PHK tak lepas dari kinerja industri padat karya yang menurun. Terutama, alas kaki dan tekstil yang menyumbang sebesar 40% dari total PHK di Jatim. Industri padat karya merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja terbanyak. “Kami berupaya mengurangi pengangguran dengan meningkatkan pendidikan vokasi bagi masyarakat," kata Gubernur Jatim, Soekarwo.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0766 seconds (0.1#10.140)