Tol Laut Kurangi Disparitas Harga ke Daerah Terluar
A
A
A
JAKARTA - Potensi yang dimiliki Indonesia di antaranya melalui konektivitas tol laut dan udara. Keduanya diyakini dapat memberikan manfaat, yakni mengurangi disparitas harga yang terjadi di Indonesia bagian barat sampai bagian timur.
Tol laut diselenggarakan dalam rangka menjamin ketersediaan barang dan untuk mengurangi disparitas harga bagi masyarakat untuk menjamin kelangsungan pelayanan penyelenggaraan angkutan barang ke daerah tertinggal, terpencil, terluar dan perbatasan.
"Dari Indonesia barat ke Indonesia timur seperti Maluku, Papua, NTT, NTB, Sulawesi konsolidasi barang. Kalau dikatakan dari Kupang, dari Bima ada barang maka tol laut akan lebih efisien," ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Jakarta, Selasa (25/7/2017).
Program tol laut Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini juga berintegrasi dengan program Rumah Kita untuk mempermudah koordinasi dengan Pemda serta Stakeholders terkait kebutuhan barang dan pendistribusian barang di wilayah sekitar lokasi Rumah Kita yang terbagi menjadi enam lokasi.
Di samping itu, tol laut terintegrasi dengan angkutan udara perintis barang (jembatan udara), di mana petikemas setelah tiba di pelabuhan akan diangkut melalui jalur darat menuju bandara guna diangkut menuju lokasi sesuai dengan jalur tol udara.
Sehingga, Budi ingin mencoba membuat suatu pengelolaan di laut antara Jalur Jakarta-Surabaya dengan menggunakan kapal roro yang dapat mengangkut penumpang dan kontainer. Kapal roro dinilai menjadi keunggulan dan diharapkan dapat membantu masalah di darat yaitu mengurangi tekanan jalan dan membantu mengangkut logistik dari dan ke Jakarta.
"Saya butuh bantuan bapak-bapak (asosiasi logsitik) untuk gunakan roro sebagai alternatif karena truk sudah merusak jalan," katanya.
Manfaat kapal roro lainnya adalah dapat mempersingkag waktu tempuh pendistribusian logistik serta biaya pengiriman lebih murah.
Seperti digambarkan, jarak tempuh Jakarta ke Surabaya lebih aman dan ekonomis lewat laut dan juga dari Surabaya menuju Lembar atau dari Jakarta menuju Panjang juga waktu yang dibutuhkan relatif pendek.
Sementara, jika dengan perjalanan darat membutuhkan waktu lebih lama, menimbulkan kemacetan dan beban jalan. "Pekerjaan rumah kita banyak, saya selalu diingatkan Bapak Presiden bagaimana kita menelisik yang terjadi di masyarakat. Kita identifikasi, bahas, dan selesaikan," tutur Budi.
Tol laut diselenggarakan dalam rangka menjamin ketersediaan barang dan untuk mengurangi disparitas harga bagi masyarakat untuk menjamin kelangsungan pelayanan penyelenggaraan angkutan barang ke daerah tertinggal, terpencil, terluar dan perbatasan.
"Dari Indonesia barat ke Indonesia timur seperti Maluku, Papua, NTT, NTB, Sulawesi konsolidasi barang. Kalau dikatakan dari Kupang, dari Bima ada barang maka tol laut akan lebih efisien," ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Jakarta, Selasa (25/7/2017).
Program tol laut Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini juga berintegrasi dengan program Rumah Kita untuk mempermudah koordinasi dengan Pemda serta Stakeholders terkait kebutuhan barang dan pendistribusian barang di wilayah sekitar lokasi Rumah Kita yang terbagi menjadi enam lokasi.
Di samping itu, tol laut terintegrasi dengan angkutan udara perintis barang (jembatan udara), di mana petikemas setelah tiba di pelabuhan akan diangkut melalui jalur darat menuju bandara guna diangkut menuju lokasi sesuai dengan jalur tol udara.
Sehingga, Budi ingin mencoba membuat suatu pengelolaan di laut antara Jalur Jakarta-Surabaya dengan menggunakan kapal roro yang dapat mengangkut penumpang dan kontainer. Kapal roro dinilai menjadi keunggulan dan diharapkan dapat membantu masalah di darat yaitu mengurangi tekanan jalan dan membantu mengangkut logistik dari dan ke Jakarta.
"Saya butuh bantuan bapak-bapak (asosiasi logsitik) untuk gunakan roro sebagai alternatif karena truk sudah merusak jalan," katanya.
Manfaat kapal roro lainnya adalah dapat mempersingkag waktu tempuh pendistribusian logistik serta biaya pengiriman lebih murah.
Seperti digambarkan, jarak tempuh Jakarta ke Surabaya lebih aman dan ekonomis lewat laut dan juga dari Surabaya menuju Lembar atau dari Jakarta menuju Panjang juga waktu yang dibutuhkan relatif pendek.
Sementara, jika dengan perjalanan darat membutuhkan waktu lebih lama, menimbulkan kemacetan dan beban jalan. "Pekerjaan rumah kita banyak, saya selalu diingatkan Bapak Presiden bagaimana kita menelisik yang terjadi di masyarakat. Kita identifikasi, bahas, dan selesaikan," tutur Budi.
(izz)