IPB Serukan Penanganan Beras Berbasis Ilmu Pengetahuan
A
A
A
BOGOR - Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Herry Suhardiyanto menyampaikan seruan kepada seluruh stakeholder pangan, khususnya terkait beras agar polemik tentang perberasan ditangani berdasarkan kebenaran, dengan kebijakan berbasis ilmu pengetahuan (science-based policy).
Menurutnya, penanganan sektor beras harus mengutamakan kepentingan nasional terutama kepentingan petani dan konsumen secara seimbang. Para pelaku usaha perlu didorong agar memberikan kesempatan kepada petani untuk memperoleh harga yang baik, sehingga para petani bergairah menanam padi.
"Ini untuk memperkuat sistem produksi beras nasional dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani yang selama ini selalu dalam keadaan lemah secara ekonomi," ujarnya, Bogor, Jumat (28/7/2017).
Para pelaku usaha juga perlu didorong untuk meningkatkan efisiensi usahanya dan rantai pasok beras, sehingga dapat menghadirkan beras yang dibutuhkan konsumen. "Baik itu informasi tentang mutu yang jelas, dan harga yang terjangkau sesuai peraturan terkait perlindungan konsumen," kata dia.
Prinsip-prinsip ilmu dan teknologi perberasan termasuk penanganan pasca panen dan pengolahan rice to rice processing serta manajemen dan informasi mutu beras hendaknya dikembangkan dan diterapkan untuk menciptakan nilai tambah dan menghadirkan perdagangan beras berkeadilan.
"Pemerintah juga tidak boleh lengah terhadap serangan hama wereng yang terjadi di beberapa daerah. Para dosen dan mahasiswa IPB telah terjun ke beberapa kabupaten dan mendapati kenyataan bahwa di beberapa lokasi, kondisi serangan hama wereng tersebut telah mengakibatkan kegagalan panen tanaman padi beberapa musim," terang dia.
Di beberapa lokasi, serangan hama wereng bahkan juga diikuti serangan virus. IPB melalui Klinik Tanaman Keliling Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian (Faperta) telah ikut serta membantu dalam aktivitas pelayanan dan pendampingan petani untuk mengatasi masalah ini.
"IPB menghadirkan peralatan lengkap hingga pedoman pengendalian wereng dan virus serta agen pengendalian hayati Lecanucilium," ungkapnya.
Sementara itu, dari hasil riset para peneliti, IPB berhasil menciptakan padi varietas IPB3S. Varietas IPB3S merupakan hasil pemuliaan tanaman padi selama bertahun-tahun dengan produktivitas antara 9-12 ton gabah kering panen per hektare.
Angka produktivitas ini jauh lebih tinggi dibanding tanaman padi yang selama ini ditanam petani. "Varietas padi IPB3S telah ditanam di berbagai provinsi sebagai bagian dari Paket Teknologi IPB Prima dengan penerapan model agribisnis yang modern dan optimum termasuk perbaikan lingkungan terutama tanah. Upaya penyebaran benih padi IPB3S telah dilakukan melalui berbagai kerja sama," terangnya.
IPB mendorong berbagai pemerintah daerah agar dapat mencukupi kebutuhannya terhadap benih padi dari penangkaran oleh petani di kabupaten yang bersangkutan. Sehingga menjadi kabupaten mandiri benih padi.
Pada 11 Juli 2017, padi IPB3S dapat dipanen di Gapoktan Cakra Buana, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor. IPB telah mendapat kepercayaan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk mengembangkan start up bisnis benih padi IPB3S.
"Pada kegiatan itu, hingga saat ini telah dapat dihasilkan lebih dari 100 ton benih padi IPB3S yang siap disebarkan ke berbagai daerah dalam rangka meningkatkan produksi beras nasional," terang Herry.
Sebelumnya, para akademisi dari Departemen Agronomi dan Hortikultura (AGH), Fakultas Pertanian (Faperta) Institut Pertanian Bogor (IPB) berkumpul membahas kisruh penggerbekan gudang beras premium milik PT Ibu yang dilakukan tim Satgas Pangan.
"Poin pertama diskusi ini tujuannya untuk memberikan usulan kepada pemerintah untuk mencari kejernihan diantara kekeruhan. Poin kedua yang kami sampaikan merupakan klarifikasi nomenklatur perberasan," ujar Ketua Departemen AGH Faperta IPB, Sugiyanta.
Menurutnya, penanganan sektor beras harus mengutamakan kepentingan nasional terutama kepentingan petani dan konsumen secara seimbang. Para pelaku usaha perlu didorong agar memberikan kesempatan kepada petani untuk memperoleh harga yang baik, sehingga para petani bergairah menanam padi.
"Ini untuk memperkuat sistem produksi beras nasional dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani yang selama ini selalu dalam keadaan lemah secara ekonomi," ujarnya, Bogor, Jumat (28/7/2017).
Para pelaku usaha juga perlu didorong untuk meningkatkan efisiensi usahanya dan rantai pasok beras, sehingga dapat menghadirkan beras yang dibutuhkan konsumen. "Baik itu informasi tentang mutu yang jelas, dan harga yang terjangkau sesuai peraturan terkait perlindungan konsumen," kata dia.
Prinsip-prinsip ilmu dan teknologi perberasan termasuk penanganan pasca panen dan pengolahan rice to rice processing serta manajemen dan informasi mutu beras hendaknya dikembangkan dan diterapkan untuk menciptakan nilai tambah dan menghadirkan perdagangan beras berkeadilan.
"Pemerintah juga tidak boleh lengah terhadap serangan hama wereng yang terjadi di beberapa daerah. Para dosen dan mahasiswa IPB telah terjun ke beberapa kabupaten dan mendapati kenyataan bahwa di beberapa lokasi, kondisi serangan hama wereng tersebut telah mengakibatkan kegagalan panen tanaman padi beberapa musim," terang dia.
Di beberapa lokasi, serangan hama wereng bahkan juga diikuti serangan virus. IPB melalui Klinik Tanaman Keliling Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian (Faperta) telah ikut serta membantu dalam aktivitas pelayanan dan pendampingan petani untuk mengatasi masalah ini.
"IPB menghadirkan peralatan lengkap hingga pedoman pengendalian wereng dan virus serta agen pengendalian hayati Lecanucilium," ungkapnya.
Sementara itu, dari hasil riset para peneliti, IPB berhasil menciptakan padi varietas IPB3S. Varietas IPB3S merupakan hasil pemuliaan tanaman padi selama bertahun-tahun dengan produktivitas antara 9-12 ton gabah kering panen per hektare.
Angka produktivitas ini jauh lebih tinggi dibanding tanaman padi yang selama ini ditanam petani. "Varietas padi IPB3S telah ditanam di berbagai provinsi sebagai bagian dari Paket Teknologi IPB Prima dengan penerapan model agribisnis yang modern dan optimum termasuk perbaikan lingkungan terutama tanah. Upaya penyebaran benih padi IPB3S telah dilakukan melalui berbagai kerja sama," terangnya.
IPB mendorong berbagai pemerintah daerah agar dapat mencukupi kebutuhannya terhadap benih padi dari penangkaran oleh petani di kabupaten yang bersangkutan. Sehingga menjadi kabupaten mandiri benih padi.
Pada 11 Juli 2017, padi IPB3S dapat dipanen di Gapoktan Cakra Buana, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor. IPB telah mendapat kepercayaan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk mengembangkan start up bisnis benih padi IPB3S.
"Pada kegiatan itu, hingga saat ini telah dapat dihasilkan lebih dari 100 ton benih padi IPB3S yang siap disebarkan ke berbagai daerah dalam rangka meningkatkan produksi beras nasional," terang Herry.
Sebelumnya, para akademisi dari Departemen Agronomi dan Hortikultura (AGH), Fakultas Pertanian (Faperta) Institut Pertanian Bogor (IPB) berkumpul membahas kisruh penggerbekan gudang beras premium milik PT Ibu yang dilakukan tim Satgas Pangan.
"Poin pertama diskusi ini tujuannya untuk memberikan usulan kepada pemerintah untuk mencari kejernihan diantara kekeruhan. Poin kedua yang kami sampaikan merupakan klarifikasi nomenklatur perberasan," ujar Ketua Departemen AGH Faperta IPB, Sugiyanta.
(izz)