BPS Catat Industri Manufaktur Mikro Kecil Kuartal II Jatuh

Selasa, 01 Agustus 2017 - 18:12 WIB
BPS Catat Industri Manufaktur Mikro Kecil Kuartal II Jatuh
BPS Catat Industri Manufaktur Mikro Kecil Kuartal II Jatuh
A A A
JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan industri manufaktur mikro dan kecil pada kuartal II/2017 mengalami penurunan. Hal ini dianggap tak biasa karena selain turun dibanding kuartal sebelumnya, juga turun dibanding kuartal sama tahun lalu.

Menurutnya, ada banyak penyebab yang memengaruhi penurunan ini. Untuk pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang kuartal II/2017 sebesar 4%, melambat dibanding kuartal I/2017 yang tumbuh 4,46%, bahkan jauh lebih kecil dibanding pertumbuhan kuartal II/2016 sebesar 5,01%.

Pertumbuhan industri manufaktur mikro dan kecil kuartal II/2017 sebesar 2,5%, jauh lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya yang mencapai 6,63%. Serta jauh lebih kecil dibanding kuartal II tahun lalu yang mencapai 6,56%.

"Industri manufaktur mikro dan kecil pada Juli ini termasuk kecil pertumbuhannya. Mayoritas masyarakat kita kebanyakan industri manufaktur mikro dan kecil, harusnya keberpihakan kita ke sana, karena dia perushaan kecil yang perlu dibantu," kata dia di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (1/8/2017).

Namun, lanjut dia, perlu diketahui bahwa perusahaan industri manufaktur mikro dan kecil tersebut sistem buka tutupnya mudah sekali lantaran merupakan industri rumah tangga. "Mereka itu kan ada 19 orang, dia suka buka tutup saya susah monitornya," imbuhnya.

Kendala utama pada industri manufaktur mikro dan kecil adalah pemasaran. Saat ini banyak industri tersebut yang memiliki kualitas produksi bagus, namun masih dijual secara tradisional sehingga tidak banyak diketahui masyarakat.

"Kemudian juga masalah permodalan dan sumber daya manusia, biasanya mereka sudah bagus, tapi misalnya furniture, desainnya perlu dibantu untuk jadi furniture yang lebih bagus lagi," tuturnya.

Sebagai informasi, jenis-jenis industri manufaktur yang mengalami kenaikan tertinggi kuartal II/2017 dibandingkan periode sama tahun lalu, yaitu industri logam, bukan mesin dan peralatannya naik 10,86%.

Selain itu, industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional naik 9,21%. Kemudian, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia naik 8,98%, industri logam dasar naik 8,21%, dan industri makanan naik 7,04%.

Adapun jenis-jenis industri manufaktur yang mengalami penurunan produksi kuartal II/2017 dibanding periode sama tahun lalu yaitu industri pengolahan lainnya turun 10,53%, industri minuman turun 8,26%, industri reparasi,pemasanagan mesin,dan peralatan turun 7,57%, industri barang galian bukan logam turun 6,47%, dan industri kertas dan barang dari kertas turun 6,32%.

Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada kuartal II/2017 yang mengalami kenaikan terbesar ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang naik 20,58%, Provinsi Jambi naik 14,44%, Provinsi DKI Jakarta naik 11,29%.

Sementara, yang mengalami penurunan terbesar yakni Provinsi Aceh turun 10,52%, Provinsi Bengkulu turun 10,04% dan Provinsi Kepulauan Riau turun 8,04%.

Sedangkan industri manufaktur mikro dan kecil yang mengalami kenaikan tertinggi kuartal II/2017 dibandingkan kuartal kedua 2016 yaitu industri kertas dan barang dari kertas naik 15,87%, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia naik 9,72%, industri pakaian jadi naik 8,82%, indutsri peralatan listrik naik 8,33%, dan industri logam dasar naik 7,95%.

Kemudian, untuk jenis manufaktur mikro dan kecil yang mengalami penurunan produksi pada kuartal II/2017 dibanding kuartal II/2016 yaitu industri kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer turun 5,33%, industri kayu, barang dari kayu, dan gabus barang anyaman bambu, rotan, dan sejenisnya turun 5,13%.

Selain itu, industri barang, logam, bukan mesin dan peralatannya turun 3,67%, dan industri karet, barang dari karet dan plastik turun 3,55%.

Provinsi yang mengalami pertumbuhan industri manufaktur mikro dan kecil terbesar pada kuartal kedua 2017 dibandingkan periode sama tahun lalu yakni Provinsi Kalimantan Utara naik 34,15%, Nusa Tenggara Timur naik 29,89%, Papua naik 25,68%.

Penurunan terbesar ada di Provinsi Kalimantan Timur yang mengalami penurunan sebesar 12,89%, Nusa Tenggara Barat turun 12,72%, dan Sulawesi Selatan turun 11,23%.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1601 seconds (0.1#10.140)