Genjot Pemanfaatan EBT, PLN Tandatangani PPA dengan IPP di 64 Lokasi
A
A
A
JAKARTA - PT PLN (Persero) hari ini menandatangani perjanjian jual beli listrik (power purchasing agreement/PPA) berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) di 64 lokasi yang tersebar di wilayah Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara dengan pengembang listrik swasta (independent power producer/IPP). Penandatanganan disaksikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan di Hotel Mulia, Jakarta (2/8/2017).
Adapun total kapasitas pembangkit pada penandatanganan PPA ini sebesar 415,75 MW dengan rincian: 49 PPA PLTM tersebar di Jawa dan Sumatera dengan total kapasitas 328,85 MW; 9 PPA PLTBm dan PLTBg dengan total kapasitas 41,9 MW (Regional Sumatera); 6 PPA PLTS dengan total kapasitas 45 MW (2 lokasi di Regional Sulawesi sebesar 25 MW dan 4 lokasi di Regional Jawa Bagian Timur, Bali dan Nusa Tenggara sebesar 20 MW).
Proses pengadaan telah dimulai tahun lalu di mana harga sudah disepakati dan setujui oleh Menteri ESDM, sehingga proses pengadaan dinyatakan sudah selesai dan siap ditandangani PPA.
Hal ini berdasarkan persetujuan harga jual tenaga listrik Project EBT skala kecil (PLTM, PLTBm, dan PLTBg kapasitas ± 10 MW sesuai surat Menteri ESDM No.5827/23/MEM.I/2017 tanggal 28 Juli 2017. Kedua, didasarkan persetujuan harga jual tenaga listrik PLTS 6 lokasi sesuai surat Menteri ESDM No5590/26/MEM.E/2017 tanggal 20 Juli 2017.
"Pentingnya pemanfaatan EBT yang optimal. Selain itu, menjaga agar BPP rendah hal ini untuk memastikan masyarakat mendapatkan akses listrik dengan harga terjangkau," ujar Ignasius Jonan di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (2/8/2017).
Hal senada disampaikan Direktur Pengadaan Strategis 1 PLN Nicke Widyawati. Dia mengatakan penandatangan ini merupakan bukti komitmen PLN dan para pengembang untuk meningkatkan pemanfaatan EBT sesuai dengan target, yakni 23% hingga 2025.
"Yang lebih utama adalah PPA ini juga untuk memenuhi kebutuhan listrik di sejumlah wilayah terutama isolated system dengan harga yang kompetitif, sesuai dengan komitmen PLN untuk menjaga tarif listrik agar tetap terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan industri," katanya.
Dia menerangkan pada sistem kelistrikan PLN saat ini, terdapat 6.200 MW pembangkit EBT yang sudah beroperasi atau 12% dari total kapasitas pembangkit.
Rencana penyediaan listrik sesuai RUPTL 2017-2026, penambahan pembangkit adalah sebesar 77,9 Giga Watt (GW), di mana rencana penambahan porsi pembangkit EBT adalah 21,56 GW. Untuk itu sejumlah langkah strategis telah disiapkan oleh PLN, antara lain:
1. Pengembangan pembangkit listrik EBT harus dioptimalkan, tidak hanya mempertimbangkan keseimbangan antara penawaran dan permintaan, namun juga kesiapan jaringan sistem tenaga listrik serta harga keekonomiannyang kompetitif.
2. PLN memanfaatkan sumber energi terbarukan dari sumber energi hidro, panas bumi (termasuk skala kecil/modular), biofuel, energi angin, energi matahari, biomassa dan limbah, dll. Sementara itu, PLN juga akan mendukung usaha untuk menciptakan RE-BID (integrasi pengembangan pembangkit EBT sengan kawasan industi).
3. Khusus untuk PV, PLN akan mengembangkan PV terpusat untuk melistriki daerah terpencil yang relatif jauh dari grid yang ada. Kawasan ini merupakan daerah tertinggal, daerah perbatasan dan pulau terluar. Oleh karena itu, sistem tenaga hibrida (PV, RE, dan Diesel PP lainnya) juga akan dikembangkan untuk daerah yang masih memiliki kurang dari 12 jam pengoperasian listrik, biasanya di bagian timur Indonesia.
4. PLN akan mengembangkan sistem Smart Grid untuk meningkatkan penetrasi intermitent RE (PV dan angin) sekaligus meningkatkan kehandalan. Dengan demikian, PLN juga akan mengembangkan jaringan mikro (biasanya menggunakan PV) untuk area dimana jalur distribusi tidak akan dikembangkan dalam 2-3 tahun ke depan.
5. PLN akan mengurangi konsumsi bahan bakar menggunakan HSD dan MFO, dan mendorong pemanfaatan biofuel.
6. Mengoptimalkan pengembangunan pembangkit EBT yang memiliki potensi besar seperti PLTP dan PLTA
7. Memaksimalkan potensi EBT setempat untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia Timur
8. Mengembangkan hybrid system untuk daerah-daerah yang sudah dipasok dari PLTD dengan jam nyala dibawah 12 jam/hari.
Adapun total kapasitas pembangkit pada penandatanganan PPA ini sebesar 415,75 MW dengan rincian: 49 PPA PLTM tersebar di Jawa dan Sumatera dengan total kapasitas 328,85 MW; 9 PPA PLTBm dan PLTBg dengan total kapasitas 41,9 MW (Regional Sumatera); 6 PPA PLTS dengan total kapasitas 45 MW (2 lokasi di Regional Sulawesi sebesar 25 MW dan 4 lokasi di Regional Jawa Bagian Timur, Bali dan Nusa Tenggara sebesar 20 MW).
Proses pengadaan telah dimulai tahun lalu di mana harga sudah disepakati dan setujui oleh Menteri ESDM, sehingga proses pengadaan dinyatakan sudah selesai dan siap ditandangani PPA.
Hal ini berdasarkan persetujuan harga jual tenaga listrik Project EBT skala kecil (PLTM, PLTBm, dan PLTBg kapasitas ± 10 MW sesuai surat Menteri ESDM No.5827/23/MEM.I/2017 tanggal 28 Juli 2017. Kedua, didasarkan persetujuan harga jual tenaga listrik PLTS 6 lokasi sesuai surat Menteri ESDM No5590/26/MEM.E/2017 tanggal 20 Juli 2017.
"Pentingnya pemanfaatan EBT yang optimal. Selain itu, menjaga agar BPP rendah hal ini untuk memastikan masyarakat mendapatkan akses listrik dengan harga terjangkau," ujar Ignasius Jonan di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (2/8/2017).
Hal senada disampaikan Direktur Pengadaan Strategis 1 PLN Nicke Widyawati. Dia mengatakan penandatangan ini merupakan bukti komitmen PLN dan para pengembang untuk meningkatkan pemanfaatan EBT sesuai dengan target, yakni 23% hingga 2025.
"Yang lebih utama adalah PPA ini juga untuk memenuhi kebutuhan listrik di sejumlah wilayah terutama isolated system dengan harga yang kompetitif, sesuai dengan komitmen PLN untuk menjaga tarif listrik agar tetap terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan industri," katanya.
Dia menerangkan pada sistem kelistrikan PLN saat ini, terdapat 6.200 MW pembangkit EBT yang sudah beroperasi atau 12% dari total kapasitas pembangkit.
Rencana penyediaan listrik sesuai RUPTL 2017-2026, penambahan pembangkit adalah sebesar 77,9 Giga Watt (GW), di mana rencana penambahan porsi pembangkit EBT adalah 21,56 GW. Untuk itu sejumlah langkah strategis telah disiapkan oleh PLN, antara lain:
1. Pengembangan pembangkit listrik EBT harus dioptimalkan, tidak hanya mempertimbangkan keseimbangan antara penawaran dan permintaan, namun juga kesiapan jaringan sistem tenaga listrik serta harga keekonomiannyang kompetitif.
2. PLN memanfaatkan sumber energi terbarukan dari sumber energi hidro, panas bumi (termasuk skala kecil/modular), biofuel, energi angin, energi matahari, biomassa dan limbah, dll. Sementara itu, PLN juga akan mendukung usaha untuk menciptakan RE-BID (integrasi pengembangan pembangkit EBT sengan kawasan industi).
3. Khusus untuk PV, PLN akan mengembangkan PV terpusat untuk melistriki daerah terpencil yang relatif jauh dari grid yang ada. Kawasan ini merupakan daerah tertinggal, daerah perbatasan dan pulau terluar. Oleh karena itu, sistem tenaga hibrida (PV, RE, dan Diesel PP lainnya) juga akan dikembangkan untuk daerah yang masih memiliki kurang dari 12 jam pengoperasian listrik, biasanya di bagian timur Indonesia.
4. PLN akan mengembangkan sistem Smart Grid untuk meningkatkan penetrasi intermitent RE (PV dan angin) sekaligus meningkatkan kehandalan. Dengan demikian, PLN juga akan mengembangkan jaringan mikro (biasanya menggunakan PV) untuk area dimana jalur distribusi tidak akan dikembangkan dalam 2-3 tahun ke depan.
5. PLN akan mengurangi konsumsi bahan bakar menggunakan HSD dan MFO, dan mendorong pemanfaatan biofuel.
6. Mengoptimalkan pengembangunan pembangkit EBT yang memiliki potensi besar seperti PLTP dan PLTA
7. Memaksimalkan potensi EBT setempat untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia Timur
8. Mengembangkan hybrid system untuk daerah-daerah yang sudah dipasok dari PLTD dengan jam nyala dibawah 12 jam/hari.
(izz)