ABM Investama Terbitkan Surat Utang USD300 Juta
A
A
A
JAKARTA - PT ABM Investama Tbk (ABMM) menetapkan penerbitan surat utang global (global bond) sebesar USD300 juta dengan jangka waktu lima tahun. Obligasi berdenominasi dolar Amerika Serikat yang pertama kali diterbitkan ini memiliki kupon sebesar 7,125% dengan term pembayaran kupon dua kali per tahun.
"Global bond ini berlaku mulai 1 Agustus 2017 dan jatuh tempo pada 1 Agustus 2022," kata Direktur Utama ABM Investama Andi Djajanegara dalam keterangan resmi, Rabu (2/8/2017).
Dia menjelaskan, nilai penerbitan global bond ditetapkan sebesar USD300 juta yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan saat ini, sekalipun permintaan yang masuk dari investor global mengalami kelebihan permintaan hingga USD1,1 miliar.
ABM menawarkan global bond ini ke sejumlah investor di Asia, Eropa dan Amerika Serikat. "Kami sangat surprised dengan besarnya respons investor terhadap penerbitan global bond ABM yang pertama kali ini. Tingginya kepercayaan investor ini memberi bukti bahwa business model yang diterapkan sudah tepat serta kinerja ABM sangat baik,” jelas Andi.
Dia menambahkan, minat besar investor terhadap global bond ABM ini juga sejalan dengan kepercayaan sejumlah lembaga pemeringkat global yang memberikan rating positif ini terhadap global bond ABM. Fitch Ratings telah memberikan peringkat “BB-“ dengan outlook stabil, Moody’s memberikan peringkat Ba3 juga dengan outlook stabil. Ini merupakan kali pertama kedua pemeringkat memberikan penilaian terhadap ABM.
Direktur Keuangan ABM Investama Adrian Erlangga menambahkan, hasil penerbitan global bond akan digunakan untuk melunasi seluruh pinjaman perbankan di ABM Investama sejalan dengan upaya Perusahaan untuk menurunkan hutang yang berkelanjutan. Selanjutnya, akuisisi tambang batubara yang siap produksi menjadi salah satu prioritas utama Perusahaan mengingat tambang adalah enabler dari sinergi diantara anak perusahaan di ABM.
Pada 2017, fokus ABM adalah terus memperkuat balance sheet melalui pemangkasan utang serta peningkatan utilisasi dan produktifitas aset dan peningkatan sinergi diantara anak usaha. Dengan struktur modal yang lebih kuat, ABM diharapkan akan memiliki daya tahan yang lebih kokoh dalam berbagai situasi bisnis, terutama dalam menghadapi kondisi pasar komoditas batubara yang fluktuatif," tutupnya.
"Global bond ini berlaku mulai 1 Agustus 2017 dan jatuh tempo pada 1 Agustus 2022," kata Direktur Utama ABM Investama Andi Djajanegara dalam keterangan resmi, Rabu (2/8/2017).
Dia menjelaskan, nilai penerbitan global bond ditetapkan sebesar USD300 juta yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan saat ini, sekalipun permintaan yang masuk dari investor global mengalami kelebihan permintaan hingga USD1,1 miliar.
ABM menawarkan global bond ini ke sejumlah investor di Asia, Eropa dan Amerika Serikat. "Kami sangat surprised dengan besarnya respons investor terhadap penerbitan global bond ABM yang pertama kali ini. Tingginya kepercayaan investor ini memberi bukti bahwa business model yang diterapkan sudah tepat serta kinerja ABM sangat baik,” jelas Andi.
Dia menambahkan, minat besar investor terhadap global bond ABM ini juga sejalan dengan kepercayaan sejumlah lembaga pemeringkat global yang memberikan rating positif ini terhadap global bond ABM. Fitch Ratings telah memberikan peringkat “BB-“ dengan outlook stabil, Moody’s memberikan peringkat Ba3 juga dengan outlook stabil. Ini merupakan kali pertama kedua pemeringkat memberikan penilaian terhadap ABM.
Direktur Keuangan ABM Investama Adrian Erlangga menambahkan, hasil penerbitan global bond akan digunakan untuk melunasi seluruh pinjaman perbankan di ABM Investama sejalan dengan upaya Perusahaan untuk menurunkan hutang yang berkelanjutan. Selanjutnya, akuisisi tambang batubara yang siap produksi menjadi salah satu prioritas utama Perusahaan mengingat tambang adalah enabler dari sinergi diantara anak perusahaan di ABM.
Pada 2017, fokus ABM adalah terus memperkuat balance sheet melalui pemangkasan utang serta peningkatan utilisasi dan produktifitas aset dan peningkatan sinergi diantara anak usaha. Dengan struktur modal yang lebih kuat, ABM diharapkan akan memiliki daya tahan yang lebih kokoh dalam berbagai situasi bisnis, terutama dalam menghadapi kondisi pasar komoditas batubara yang fluktuatif," tutupnya.
(ven)