Asosiasi Fintech Beberkan Nilai Transaksi E-Commerce Terbesar

Sabtu, 05 Agustus 2017 - 10:08 WIB
Asosiasi Fintech Beberkan Nilai Transaksi E-Commerce Terbesar
Asosiasi Fintech Beberkan Nilai Transaksi E-Commerce Terbesar
A A A
JAKARTA - Demam digitalisasi ekonomi bisa dikatakan sedang melanda Indonesia sehingga secara tak sadar menggerus beberapa pasar konvensional di Indonesia. Hal ini lantaran ditengarai era digital ekonomi (Financial Technologi/Fintech) sedang berkembang pesat di Indonesia dan mampu membawa keuntungan yang besar dibanding konvensional.

Alhasil, semakin banyak pengusaha konvensional yang menutup tokonya dan mengurangi pegawai lantaran daya beli masyarakat yang turun membeli produk mereka. Bahkan turunnya daya beli masyarakat, sempat disoroti oleh Badan Pusat Statistik (BPS) karena bakal berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.

Melihat fakta ini, Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Indonesia Karaniya Dharmasaputra, membantah fenomena tersebut yang mengatakan banyak pengusaha konvensional gulung tikar akibat berkembangnya Fintech.

"Saya kira lihat data, saya mendirikan perusahaan fintech. Pertama, kalau saya mengutip data, gross margin value dari seluruh transaksi e-commerce kita naik cukup besar tapi masih di USD7 miliar. Naiknya pertahun 20% dan termasuk besar. Di sektor fintech, USD18,6 miliar. Bertumbuh pesat juga memang, tapi jika dibanding Product Domestic Bruto (PDB) kita, angka ini sangat kecil," kata dia di restoran Gado-Gado Boplo, Jakarta, Sabtu (5/8/2017)

Maka, lanjutnya, berlebihan jika diutarakan pertumbuhan digital ekonomi merupakan penyebab terjadinya pergeseran. Memang, di sektor-sektor tertentu pergeseran terjadi namun jika ditilik lebih luas ekonomi Indonesia segmennya luas, jadi menurutnya dampak ke ekonomi masih relatif kecil. Kemudian Karaniya menceritakan salah satu value of transaction dari 2 pelaku e-commerce di Indonesia.

"Saya belum lama bicara pada pelaku e-commerce. Tokopedia dan Bukalapak. Angka yang dijelaskan ke saya sangat menarik. Value of transaction mereka Rp40-100 miliar perhari, itu 1 company. Tokopedia menghasilkan Rp2-2,5 triliun perbulan," ujarnya.

Memang angka ini sangat besar, namun masalahnya, lanjut dia memang betul jika melihat per sektor dan perbandingan dengan 1 pelaku ekonomi, katakanlah ada 2 pelaku ritel besar di Indonesia kemudian mereka combain value transactionnya, maka hasilnya hampir sama dari 1 pelaku e-commerce tersebut. "Jadi kalau ditarik kesimpulan, itu masih terlalu kecil, tapi kalau dibanding pelaku ekonomi digital yang lain, ya sangat signifikan," tukasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3481 seconds (0.1#10.140)