Exxon Cabut dari Lapangan Jambaran Tiung Biru
A
A
A
JAKARTA - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyatakan bahwa PT ExxonMobil Indonesia memutuskan untuk melepas sahamnya di lapangan gas Jambaran Tiung Biru (JTB). Karena, harga jual gas yang diputuskan tidak masuk dengan keekonomian perusahaan migas asal Amerika Serikat (AS) tersebut.
(Baca Juga: HoA Diteken, Proyek Lapangan Gas Bumi JTB Bisa Dieksekusi)
Dia mengungkapkan, pada awalnya harga jual gas di lapangan JTB kepada PT PLN (Persero) sekitar USD9 per mmbtu. Namun, harga jual tersebut tidak masuk keekonomian PLN sehingga diputuskan untuk turun menjadi USD7,6 per mmbtu.
"Mereka (Exxon) mengatakan dengan proporsi mereka, ini (USD7,6 per mmbtu) enggak bisa masuk," katanya di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (8/8/2017).
Akhirnya, lanjut dia, Exxon memutuskan untuk hengkang dari lapangan gas JTB dan mengalihkan sahamnya ke PT Pertamina EP Cepu. Dengan demikian, anak usaha Pertamina itu kini memiliki saham di lapangan gas tersebut sebanyak 100%.
"Akhirnya Exxon bersedia menerima tawaran Pertamina, sehingga Pertamina memiliki Jambaran Tiung Biru 100%. Tanpa adanya kerja sama tiga pihak ini, Exxon melihat ini proyek nasional Indonesia dan mereka mau membantu. Argumen kita Exxon mau membantu," tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) hari ini menandatangani Head of Agreement (HoA), Pasokan Gas Bumi Lapangan Gas Jambaran Tiung-Biru (JTB) untuk Pembangkit Listrik Wilayah Gresik. Dengan ditekennya HoA tersebut, maka pengembangan lapangan gas tersebut segera bisa dieksekusi.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menuturkan, penandatanganan HoA ini merupakan hasil dari perjalanan panjang proyek yang telah dicanangkan sejak 2015. Proyek tersebut tak kunjung dieksekusi, lantaran harga gasnya yang terlalu mahal.
(Baca Juga: HoA Diteken, Proyek Lapangan Gas Bumi JTB Bisa Dieksekusi)
Dia mengungkapkan, pada awalnya harga jual gas di lapangan JTB kepada PT PLN (Persero) sekitar USD9 per mmbtu. Namun, harga jual tersebut tidak masuk keekonomian PLN sehingga diputuskan untuk turun menjadi USD7,6 per mmbtu.
"Mereka (Exxon) mengatakan dengan proporsi mereka, ini (USD7,6 per mmbtu) enggak bisa masuk," katanya di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (8/8/2017).
Akhirnya, lanjut dia, Exxon memutuskan untuk hengkang dari lapangan gas JTB dan mengalihkan sahamnya ke PT Pertamina EP Cepu. Dengan demikian, anak usaha Pertamina itu kini memiliki saham di lapangan gas tersebut sebanyak 100%.
"Akhirnya Exxon bersedia menerima tawaran Pertamina, sehingga Pertamina memiliki Jambaran Tiung Biru 100%. Tanpa adanya kerja sama tiga pihak ini, Exxon melihat ini proyek nasional Indonesia dan mereka mau membantu. Argumen kita Exxon mau membantu," tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) hari ini menandatangani Head of Agreement (HoA), Pasokan Gas Bumi Lapangan Gas Jambaran Tiung-Biru (JTB) untuk Pembangkit Listrik Wilayah Gresik. Dengan ditekennya HoA tersebut, maka pengembangan lapangan gas tersebut segera bisa dieksekusi.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menuturkan, penandatanganan HoA ini merupakan hasil dari perjalanan panjang proyek yang telah dicanangkan sejak 2015. Proyek tersebut tak kunjung dieksekusi, lantaran harga gasnya yang terlalu mahal.
(izz)