HoA Diteken, Proyek Lapangan Gas Bumi JTB Bisa Dieksekusi

Selasa, 08 Agustus 2017 - 16:41 WIB
HoA Diteken, Proyek Lapangan Gas Bumi JTB Bisa Dieksekusi
HoA Diteken, Proyek Lapangan Gas Bumi JTB Bisa Dieksekusi
A A A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) hari ini menandatangani Head of Agreement (HoA), Pasokan Gas Bumi Lapangan Gas Jambaran Tiung-Biru (JTB) untuk Pembangkit Listrik Wilayah Gresik. Dengan ditekennya HoA tersebut, maka pengembangan lapangan gas tersebut segera bisa dieksekusi.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menuturkan, penandatanganan HoA ini merupakan hasil dari perjalanan panjang proyek yang telah dicanangkan sejak 2015. Proyek tersebut tak kunjung dieksekusi, lantaran harga gasnya yang terlalu mahal.

"Ini sebuah perjalanan panjang, yang akhirnya berakhir dengan HoA. Perjalanan ini mungkin cukup panjang, dulu katanya bukan Jambaran Tiung dari merah, putih, akhirnya biru sekarang. Merah, biru, kuning, hijau itu tidak terkait dengan proses politik. Lapangan ini memang namanya tiung biru," katanya di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (8/8/2017).

Pada perencanaan (plan of development/PoD) awal, kata Arcandra, proyek tersebut memakan biaya hingga USD2,05 miliar. Dengan total anggaran tersebut, maka harga jual gas saat onstream pada 2019 sekitar USD9 plus 2% eskalasi.

"Kalau itu harganya segitu, PLN kira-kira mungkin kemahalan dan enggak masuk keekonomian PLN," jelas dia.

Jambaran Tiung Biru dioperasikan anak usaha Pertamina, yakni Pertamina EP Cepu dengan partnernya PT ExxonMobil Indonesia. Melihat potensi harga jual gas yang kemahalan, pemerintah meminta agar investasinya diturunkan.

Akhirnya, Pertamina dan Exxon sepakat bahwa kebutuhan dananya bisa turun menjadi sekitar USD1,8 miliar. Namun, PLN masih keberatan karena belum masuk keekonomian.

Dengan biaya sekitar USD1,8 miliar, harga jual gas ke PLN sekitar USD8 hingga USD9 per mmscfd. Hal tersebut berpotensi membuat biaya pokok produksi (BPP) PLN akan naik.

"Kalau USD8-USD9 kemungkinan BPP akan naik. Kalau kita tidak bisa turunkan harga di hulu, maka BPP nya tidak turun," tuturnya.

Pertamina pun kembali mengalah dan menurunkan belanja operasional (capital expenditure/capex) sekitar UDS250 juta. Sehingga, harga jual gas JTB kepada PLN menjadi sekitar USD7,6 per mmbtu flat selama 30 tahun.

Harga tersebut dianggap PLN masuk keekonomian dan tidak akan membuat BPP perseroan naik. "Inilah usaha kita agar gas harganya bisa terjangkau, tidak saja untuk konsumen terutama untuk PLN. Karena konsumen PLN sebagian besar masyarakat. Usaha ini jangan sampai apa yang dilakukan Pertamina, PLN, ExxonMobil itu harus kita apresiasi, sehingga proyek ini berjalan dengan baik," ujar Arcandra.

Sekadar informasi, lapangan Jambaran Tiung Biru dengan investasi sekitar USD1,5 miliar akan memproduksikan gas sebesar 330 MMSCFD dengan penjualan sebesar 172 MMSCFD selama 16 tahun (plateu).

Dari 172 MMSCFD pemanfaatan gas tersebut, 100 MMSCFD akan disalurkan ke PLN Wilayah Gresik dengan harga USD7,6 per MMBTU flat selama masa kontrak, dan 72 MMSCFD untuk industri di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Gas dari lapangan Jambaran Tiung Biru juga akan terkoneksi dengan pipa Gresik-Semarang sepanjang 267 km dengan diameter 28 inch. Pipa Gresik-Semarang dengan investasi sekitar USD515 juta direncanakan selesai pada 2018.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5710 seconds (0.1#10.140)