Dongkrak Ekonomi Kuartal III, Pemerintah Diminta Genjot Swasta
A
A
A
JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) meminta pemerintah untuk dapat menggenjot sektor swasta demi memperkuat pertumbuhan ekonomi kuartal III/2017. Karena, sampai saat ini peran swasta baru 33%.
"Untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional, memang yang ideal usaha swasta meningkat. Pemerintah harus memberikan porsi yang lebih besar ke swasta," ujar Director Indef Berly Martawardaya di Jakarta, kamerin.
Menurutnya, peran swasta di Indonesia dibanding negara-negara tetangga sangat berbeda. Jika di Indonesia saat ini porsi swasta hanya 33%, maka di negara tetangga sudah lebih, sehingga swasta juga ikut berperan dalam mengontrol pertumbuhan ekonomi. "Di negara tetangga kita sudah cukup besar sektor swasta dibandingkan sektor konsumsi," kata dia.
Atas dasar itu, saat ini sektor swasta masih wait and see, sebab investasi akan kuat jika proses perizinan dipermudah dan tidak ada pungutan-pungutan. Dengan pola itu, pihaknya optimistis pertumbuhan investasi akan kuat.
Selain itu, Berly juga melihat, sektor pariwisata juga berpotensi untuk dapat meningkatkan penerimaan di luar pajak, karena memiliki potensi sangat tinggi. "Hanya saja potensi itu belum maksimal. Misalnya Malaysia saat ini sekitar 23 juta, Singapura yang negeri kecil sekitar 15 juta," tuturnya.
Sementara Indoensia, lanjut Berly, berdasar data BPS bahwa tingkat kebutuhan masyarakat berwisata sekitar 11 juta atau jauh tertinggal dari negara tetangga. Maka, pihaknya mendesak kuantitas pariwisata inilah yang juga perlu diperbaiki.
"Tourisme itu kan tidak tergantung lulusan SD atau SMP, semuanya sama. Makanya Indonesia perlu Bali-bali baru," ujar dia seraya mengatakan bahwa pihaknya mendukung proyek strategis pemerintah yang juga menumbuhkan destinasi wisata baru di Indonesia Timur.
"Untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional, memang yang ideal usaha swasta meningkat. Pemerintah harus memberikan porsi yang lebih besar ke swasta," ujar Director Indef Berly Martawardaya di Jakarta, kamerin.
Menurutnya, peran swasta di Indonesia dibanding negara-negara tetangga sangat berbeda. Jika di Indonesia saat ini porsi swasta hanya 33%, maka di negara tetangga sudah lebih, sehingga swasta juga ikut berperan dalam mengontrol pertumbuhan ekonomi. "Di negara tetangga kita sudah cukup besar sektor swasta dibandingkan sektor konsumsi," kata dia.
Atas dasar itu, saat ini sektor swasta masih wait and see, sebab investasi akan kuat jika proses perizinan dipermudah dan tidak ada pungutan-pungutan. Dengan pola itu, pihaknya optimistis pertumbuhan investasi akan kuat.
Selain itu, Berly juga melihat, sektor pariwisata juga berpotensi untuk dapat meningkatkan penerimaan di luar pajak, karena memiliki potensi sangat tinggi. "Hanya saja potensi itu belum maksimal. Misalnya Malaysia saat ini sekitar 23 juta, Singapura yang negeri kecil sekitar 15 juta," tuturnya.
Sementara Indoensia, lanjut Berly, berdasar data BPS bahwa tingkat kebutuhan masyarakat berwisata sekitar 11 juta atau jauh tertinggal dari negara tetangga. Maka, pihaknya mendesak kuantitas pariwisata inilah yang juga perlu diperbaiki.
"Tourisme itu kan tidak tergantung lulusan SD atau SMP, semuanya sama. Makanya Indonesia perlu Bali-bali baru," ujar dia seraya mengatakan bahwa pihaknya mendukung proyek strategis pemerintah yang juga menumbuhkan destinasi wisata baru di Indonesia Timur.
(izz)