Sri Mulyani: Tak Ada Hidup Enak Tanpa Bayar Pajak
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kesadaran membayar pajak di Indonesia belum bisa dibandingkan dengan negara-negara lain. Di hadapan para mahasiswa dalam kuliah umum bertajuk 'Pajak Bertutur', mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menegaskan tidak ada kehidupan yang enak tanpa adanya kesadaran pajak.
Lebih lanjut Ia menuturkan, dirinya pernah bertanya dengan sesama temannya warga negara Finlandia dan Norwegia tentang nominal mereka membayar pajak untuk negaranya. Lantas Sri Mulyani mengaku mendapatkan jawaban yang menarik.
"Teman saya orang Finland, Norwegia, saya tanya berapa kamu bayar pajak? Mereka bilang painful (menyakitkan) 70% from my income, begitu mereka jawabnya. Jadi kalau gajinya 100 juta, Ia hanya terima 30 juta. 70 jutanya langsung masuk ke pajak," kata dia di Gedung Direktorat Jenderal Pajak Jakarta, Jumat (11/8/2017).
Sri Mulyani menambahkan, besaran pajak yang dibayarkan tersebut tidak membuat mereka yang telah mengeluarkan merasa menyesal. Pasalnya mereka sadar bahwa pajak yang dikeluarkan bermanfaat bagi generasi penerus selanjutnya.
"Generasi selanjutnya itu, entah anaknya, atau cucunya, itu bisa mendapatkan pendidikan yang gratis. Karena pajak itu bisa membangun negara. Karena tidak ada satupun negara yang mau hidup enak, tapi enggak bayar pajak," paparnya.
Sambungnya bahwa kesadaran pajak di Indonesia belum ada apa-apanya ketimbang di negara country Nordic atau yang terletak di kawasan Eropa Timur dan Atlantik Utara. "Sekarang di negara-negara Nordic, di sana dari mulai SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi, itu enggak bayar uang sekolah dan SPP-nya," ujar dia.
"Loh terus siapa yang bayar? Ya somebody else, si tax payer. Jadi pajak mereka itu buat membangun pendidikan yang layak di sana, dan siapapun bisa sekolah dan belajar gratis," terangnya.
Lebih lanjut Ia menuturkan, dirinya pernah bertanya dengan sesama temannya warga negara Finlandia dan Norwegia tentang nominal mereka membayar pajak untuk negaranya. Lantas Sri Mulyani mengaku mendapatkan jawaban yang menarik.
"Teman saya orang Finland, Norwegia, saya tanya berapa kamu bayar pajak? Mereka bilang painful (menyakitkan) 70% from my income, begitu mereka jawabnya. Jadi kalau gajinya 100 juta, Ia hanya terima 30 juta. 70 jutanya langsung masuk ke pajak," kata dia di Gedung Direktorat Jenderal Pajak Jakarta, Jumat (11/8/2017).
Sri Mulyani menambahkan, besaran pajak yang dibayarkan tersebut tidak membuat mereka yang telah mengeluarkan merasa menyesal. Pasalnya mereka sadar bahwa pajak yang dikeluarkan bermanfaat bagi generasi penerus selanjutnya.
"Generasi selanjutnya itu, entah anaknya, atau cucunya, itu bisa mendapatkan pendidikan yang gratis. Karena pajak itu bisa membangun negara. Karena tidak ada satupun negara yang mau hidup enak, tapi enggak bayar pajak," paparnya.
Sambungnya bahwa kesadaran pajak di Indonesia belum ada apa-apanya ketimbang di negara country Nordic atau yang terletak di kawasan Eropa Timur dan Atlantik Utara. "Sekarang di negara-negara Nordic, di sana dari mulai SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi, itu enggak bayar uang sekolah dan SPP-nya," ujar dia.
"Loh terus siapa yang bayar? Ya somebody else, si tax payer. Jadi pajak mereka itu buat membangun pendidikan yang layak di sana, dan siapapun bisa sekolah dan belajar gratis," terangnya.
(akr)