Yogyakarta Bisa Jadi Center of Excellence Sektor Kelapa Sawit
A
A
A
YOGYAKARTA - Tuntutan kompetensi dunia pendidikan sudah berubah. Jika sebelumnya mahasiswa hanya dididik memahami kompetensi teknis terkait bidangnya, saat ini kompetensi itu diperluas tidak hanya sekadar memahami teknis, juga menguasai isu-isu keberlanjutan.
Rektor Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta, Purwadi mengatakan, keberlanjutan bisnis yang menjadi tuntutan global mencakup dua hal. Pertama, keberlanjutan fisik yakni terkait tata kelola alam. Kedua, keberlanjutan bisnis sosial terkait keberlanjutan usaha secara bertanggung jawab.
"Instiper berupaya mengakomodasi berbagai tuntutan yang beragam dengan memperluas kurikulum pendidikan. Kami mengakomodsi berbagai kompetensi itu agar mampu menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang berkualitas khususnya di bidang perkebunan sawit dan hutan tanaman industri (HTI)," kata Purwadi, Selasa (15/8/2017).
Menurutnya, dengan semakin meningkatnya kepercayaan yang diberikan korporasi perkebunan sawit yang menitipkan mahasiswa/i melalui program beasiswa serta berbagai program lainnya, kedepan Instiper menargetkan harus mampu menjadi center of excellence industri sawit nasional.
Saat memberikan kuliah perdana di Instiper Yogyakarta, Ketua Umum GAPKI (Gabungan pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) Joko Supriyono mengatakan, kelapa sawit masih menjadi tulang punggung perekonomian nasional hingga beberapa dekade mendatang.
"Sektor perkebunan kelapa sawit masih membutuhkan banyak SDM handal sehingga kejayaan Indonesia di sektor ini tetap terjaga," kata Joko.
Joko menyambut baik terobosan yang dilakukan oleh Instiper untuk terus menjadi pemasokutama SDM unggulan di sektor perkebunan kelapa sawit.
"Sekarang sawit adalah penyumbang devisa terbesar bagi pendapatan negara. Sudah mengalahkan minyak dan gas yang di masa lalu adalah andalan ekspor nasional," katanya.
Joko sepakat bahwa tantangan industri sawit ke depan adalah mewujudkan sektor perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan.
Rektor Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta, Purwadi mengatakan, keberlanjutan bisnis yang menjadi tuntutan global mencakup dua hal. Pertama, keberlanjutan fisik yakni terkait tata kelola alam. Kedua, keberlanjutan bisnis sosial terkait keberlanjutan usaha secara bertanggung jawab.
"Instiper berupaya mengakomodasi berbagai tuntutan yang beragam dengan memperluas kurikulum pendidikan. Kami mengakomodsi berbagai kompetensi itu agar mampu menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang berkualitas khususnya di bidang perkebunan sawit dan hutan tanaman industri (HTI)," kata Purwadi, Selasa (15/8/2017).
Menurutnya, dengan semakin meningkatnya kepercayaan yang diberikan korporasi perkebunan sawit yang menitipkan mahasiswa/i melalui program beasiswa serta berbagai program lainnya, kedepan Instiper menargetkan harus mampu menjadi center of excellence industri sawit nasional.
Saat memberikan kuliah perdana di Instiper Yogyakarta, Ketua Umum GAPKI (Gabungan pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) Joko Supriyono mengatakan, kelapa sawit masih menjadi tulang punggung perekonomian nasional hingga beberapa dekade mendatang.
"Sektor perkebunan kelapa sawit masih membutuhkan banyak SDM handal sehingga kejayaan Indonesia di sektor ini tetap terjaga," kata Joko.
Joko menyambut baik terobosan yang dilakukan oleh Instiper untuk terus menjadi pemasokutama SDM unggulan di sektor perkebunan kelapa sawit.
"Sekarang sawit adalah penyumbang devisa terbesar bagi pendapatan negara. Sudah mengalahkan minyak dan gas yang di masa lalu adalah andalan ekspor nasional," katanya.
Joko sepakat bahwa tantangan industri sawit ke depan adalah mewujudkan sektor perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan.
(ven)