Pergerakan Rupiah Diramal Kembali Variatif
A
A
A
JAKARTA - Harapan akan bertahannya rupiah di zona hijau tampaknya tidak cukup kuat, sehingga kembali melemah. Pergerakan rupiah pun cukup rentan kembali terjadinya pelemahan seiring belum adanya sentimen yang dapat menghalau berbagai sentimen negatif.
"Tetap mewaspadai berbagai sentimen yang dapat membuat pergerakan rupiah kembali variatif," ujar Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Kamis (7/9/2017).
Dia memperkirakan, rupiah akan bergerak dengan kisaran level support Rp13.343/USD dan resisten Rp13.327/USD. Sementara, meski pergerakan USD kembali mengalami pelemahan terhadap yen dan SwissFranc seiring kembali meningkatnya kekhawatiran akan tensi geopolitik di semenanjung Korea dan imbas pernyataan The Fed di mana laju inflasi AS masih tertahan, namun tidak cukup membantu laju rupiah untuk kembali menguat.
Meningkatnya permintaan atas mata uang hard currency yang bersifat safe haven tersebut berimbas cukup negatif pada rupiah, sehingga mengurangi peluangnya untuk bertahan di zona positif.
"Sementara itu, komentar Menkeu Sri Mulyani yang menyampaikan perlunya mewaspadai risiko global yang dapat memengaruhi kondisi perekonomian nasional dan pencapaian target pembangunan pada 2018, meski sebagai hal positif untuk berjaga-jaga. Namun, tidak cukup direspons positif pelaku pasar yang menilai rupiah akan kembali rentan tertekan," tuturnya.
"Tetap mewaspadai berbagai sentimen yang dapat membuat pergerakan rupiah kembali variatif," ujar Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Kamis (7/9/2017).
Dia memperkirakan, rupiah akan bergerak dengan kisaran level support Rp13.343/USD dan resisten Rp13.327/USD. Sementara, meski pergerakan USD kembali mengalami pelemahan terhadap yen dan SwissFranc seiring kembali meningkatnya kekhawatiran akan tensi geopolitik di semenanjung Korea dan imbas pernyataan The Fed di mana laju inflasi AS masih tertahan, namun tidak cukup membantu laju rupiah untuk kembali menguat.
Meningkatnya permintaan atas mata uang hard currency yang bersifat safe haven tersebut berimbas cukup negatif pada rupiah, sehingga mengurangi peluangnya untuk bertahan di zona positif.
"Sementara itu, komentar Menkeu Sri Mulyani yang menyampaikan perlunya mewaspadai risiko global yang dapat memengaruhi kondisi perekonomian nasional dan pencapaian target pembangunan pada 2018, meski sebagai hal positif untuk berjaga-jaga. Namun, tidak cukup direspons positif pelaku pasar yang menilai rupiah akan kembali rentan tertekan," tuturnya.
(izz)