Penerapan Teknologi Murah Dinilai Kurangi Backlog Perumahan

Selasa, 19 September 2017 - 22:09 WIB
Penerapan Teknologi Murah Dinilai Kurangi Backlog Perumahan
Penerapan Teknologi Murah Dinilai Kurangi Backlog Perumahan
A A A
JAKARTA - Angka backlog yang menunjukkan kekurangan terhadap ketersediaan rumah di Indonesia sudah mencapai 13,8 juta unit. Penerapan teknologi properti murah dinilai dapat mengurangi angka tersebut.

Salah satu caranya yaitu dengan memakai teknologi kayu olahan sistem knockdown alias rakit tahan rayap, tahan api. Sebab, ini bisa dibangun secara cepat serta harganya lebih murah sekaligus ramah lingkungan.

Arsitek Senior dan pengamat tata kota Universitas Trisakti Nirwono Joga mengatakan, adopsi penerapan teknologi properti murah harus terus digencarkan ke publik lewat edukasi demi mengurangi backlog.

Menurutnya, terdapat tiga pihak yang bertanggung jawab dalam mendukung penerapan adopsi teknologi kayu ramah lingkungan. "Mereka adalah pemerintah daerah, pengembang, dan arsitek," ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (19/9/2017).

Ketiganya dinilai Nirwono mesti bisa mengangkat kembali dan membangun rasa bangga terhadap arsitektur lokal yang melihat sejarahnya merupakan rumah berbahan bangunan lokal ramah lingkungan. Termasuk juga kayu, bambu, batu kali.

"Pemda harus siapkan Perda yang mewajibkan mengangkat arsitektur lokal dan berbahan ramah lingkungan. Pengembang dan arsitek wajib mengikutinya, kalau tidak, Pemda tidak memberikan IMB," kata dia.

Dia menambahkan, supaya adopsi teknologi kayu bisa bertahan lama, dilakukan penguatan lingkungan. Caranya seperti pelestarian hutan kayu dan hutan bambu agar menambah luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan memperbaiki kualitas lingkungan pemukiman.

"Pada dasarnya pembangunan berkelanjutan harus diterapkan, di mana pembangunan perumahan dan pemukiman harus ramah lingkungan. Dengan begitu, pada akhirnya memperbaiki kualitas lingkungan, dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan penghuninya," tuturnya.

Selain itu, masih minimnya adopsi teknologi properti dan penggunaan bahan alternatif membangun rumah karena tidak adanya kebijakan tata ruang yang konsisten kepada masyarakat dan pengembang. Padahal, dalam membangun, kawasan hunian, Kawasan Ruang Terbuka Hijau harus seimbang.

"Misalnya perlu dilakukan pengembangan rumah tapak dengan kepadatan rendah-sedang bisa ke arah pinggiran kota dengan teknik arsitektur lokal yang seringkali lebih hemat biaya, cepat dari sisi pembangunan, dan ramah lingkungan. Contoh rumah panggung kayu dan bambu dengan teknik pengawetan tinggi supaya bertahan lama," jelas dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5006 seconds (0.1#10.140)