Literasi Keuangan di Indonesia Tercatat Masih Rendah
A
A
A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, pada tahun lalu indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia masih rendah. Hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan tahun 2016, bahwa terdapat 67,8% masyarakat yang menggunakan produk dan layanan keuangan, namun hanya 29,7% masyarakat yang well literate.
"Hal ini menunjukkan banyak masyarakat yang telah menggunakan produk dan layanan keuangan tanpa dibekali pemahaman keuangan yang memadai," kata Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara saat sambutan Seminar Nasional 'Sinergi dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan' di Jakarta, Rabu (4/10/2017).
Menurutnya, literasi keuangan masyarakat dan pengelolaan keuangan bagi setiap keluarga Indonesia merupakan hal yang penting. Pasalnya, keluarga merupakan salah satu pilar perekonomian dimana kesehatan keuangan keluarga akan memberikan pengaruh terhadap kesehatan keuangan negara secara keseluruhan.
Selain itu, penggunaan produk dan layanan keuangan oleh masyarakat terang dia, akan menjadi salah satu sumber dana untuk pembangunan dan memperkuat ketahanan sistem keuangan Indonesia terhadap goncangan keuangan (financial shock). "Pembangunan nasional suatu negara hanya akan berjalan efektif jika dilaksanakan secara inklusif, yang selain menciptakan peluang ekonomi baru, juga menjamin aksesibilitas yang sama bagi seluruh segmen masyarakat," jelasnya.
Sambung Tirta, untuk mewujudkan masyarakat yang well literate dan well inclusive tersebut, OJK tentu saja tidak dapat bergerak sendirian. Dia pun mengharapkan dukungan dari kementerian/lembaga (K/L) pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya. Khususnya industri jasa keuangan untuk bersama-sama melakukan kegiatan edukasi keuangan dan menyediakan produk dan layanan keuangan yang mudah dan murah.
"Laporan pelaksanaan edukasi yang disampaikan oleh Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) pada tahun 2016 menunjukkan bahwa program edukasi yang dilaksanakan oleh PUJK masih belum optimal," cetusnya.
"Hal ini menunjukkan banyak masyarakat yang telah menggunakan produk dan layanan keuangan tanpa dibekali pemahaman keuangan yang memadai," kata Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara saat sambutan Seminar Nasional 'Sinergi dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan' di Jakarta, Rabu (4/10/2017).
Menurutnya, literasi keuangan masyarakat dan pengelolaan keuangan bagi setiap keluarga Indonesia merupakan hal yang penting. Pasalnya, keluarga merupakan salah satu pilar perekonomian dimana kesehatan keuangan keluarga akan memberikan pengaruh terhadap kesehatan keuangan negara secara keseluruhan.
Selain itu, penggunaan produk dan layanan keuangan oleh masyarakat terang dia, akan menjadi salah satu sumber dana untuk pembangunan dan memperkuat ketahanan sistem keuangan Indonesia terhadap goncangan keuangan (financial shock). "Pembangunan nasional suatu negara hanya akan berjalan efektif jika dilaksanakan secara inklusif, yang selain menciptakan peluang ekonomi baru, juga menjamin aksesibilitas yang sama bagi seluruh segmen masyarakat," jelasnya.
Sambung Tirta, untuk mewujudkan masyarakat yang well literate dan well inclusive tersebut, OJK tentu saja tidak dapat bergerak sendirian. Dia pun mengharapkan dukungan dari kementerian/lembaga (K/L) pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya. Khususnya industri jasa keuangan untuk bersama-sama melakukan kegiatan edukasi keuangan dan menyediakan produk dan layanan keuangan yang mudah dan murah.
"Laporan pelaksanaan edukasi yang disampaikan oleh Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) pada tahun 2016 menunjukkan bahwa program edukasi yang dilaksanakan oleh PUJK masih belum optimal," cetusnya.
(akr)