Geopolitik Tekan Dolar, Rupiah Menguat di Pasar Spot
A
A
A
JAKARTA - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Senin (9/10/2017) menguat di pasar uang, dimana USD mendapat tekanan akibat rencana Korea Utara melakukan uji coba rudal balistik.
Rupiah di indeks Bloomberg dibuka menguat 8 poin atau 0,06% ke level Rp13.511 per USD, dimana pada akhir pekan alias Jumat (6/10) berakhir di level Rp13.519 per USD.
Berototnya rupiah juga terpantau di data Yahoo Finance, dimana mata uang NKRI pada Senin ini dibuka naik 5 poin atau 0,04% ke level Rp13.496 per USD, dimana pada Jumat lalu berakhir di level Rp13.501 per USD.
Sementara itu, rupiah di data SINDOnews yang bersumber dari Limas, berada di level Rp13.496 per USD, terapresiasi 9 poin dari penutupan Jumat di level Rp13.505 per USD.
Adapun kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah pada hari ini dipatok di level Rp13.504 alias melemah 19 poin dari hari Jumat di Rp13.485 per USD.
Seperti diutarakan di atas, USD pada hari ini melemah dari posisi 12 pekan lalu, karena Negeri Paman Sam memfokuskan diri pada masalah geopolitik di Asia Pasifik, setelah Korea Utara menyatakan sedang mempersiapkan kembali uji coba rudal. Korut sesumbar sedang mempersiapkan uji rudal jarak jauh yang bisa menjangkau pantai barat Amerika Serikat.
Melansir Reuters, faktor geopolitik ini membuat investor beralih ke mata uang safe haven seperti yen Jepang. Alhasil USD turun ke level 112,58 yen pada Senin ini setelah berada di 113,44 yen pada Jumat lalu, level tertinggi sejak 14 Juli 2017.
Mundurnya USD pada hari ini selain geopolitik juga karena aksi profit taking setelah menguat beberapa hari. "Aksi profit taking ini memperparah penurunan greenback," kata Stephen Innes, kepala perdagangan Asia Pasifik untuk Oanda di Singapura.
Dolar juga melemah akibat laporan pasar tenaga kerja AS bulan September yang hanya 90.000 tenaga kerja akibat badai Harvey dan Irma. Indeks USD yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,1% menjadi 93,733 setelah pada Jumat berada di level 94,267.
Rupiah di indeks Bloomberg dibuka menguat 8 poin atau 0,06% ke level Rp13.511 per USD, dimana pada akhir pekan alias Jumat (6/10) berakhir di level Rp13.519 per USD.
Berototnya rupiah juga terpantau di data Yahoo Finance, dimana mata uang NKRI pada Senin ini dibuka naik 5 poin atau 0,04% ke level Rp13.496 per USD, dimana pada Jumat lalu berakhir di level Rp13.501 per USD.
Sementara itu, rupiah di data SINDOnews yang bersumber dari Limas, berada di level Rp13.496 per USD, terapresiasi 9 poin dari penutupan Jumat di level Rp13.505 per USD.
Adapun kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah pada hari ini dipatok di level Rp13.504 alias melemah 19 poin dari hari Jumat di Rp13.485 per USD.
Seperti diutarakan di atas, USD pada hari ini melemah dari posisi 12 pekan lalu, karena Negeri Paman Sam memfokuskan diri pada masalah geopolitik di Asia Pasifik, setelah Korea Utara menyatakan sedang mempersiapkan kembali uji coba rudal. Korut sesumbar sedang mempersiapkan uji rudal jarak jauh yang bisa menjangkau pantai barat Amerika Serikat.
Melansir Reuters, faktor geopolitik ini membuat investor beralih ke mata uang safe haven seperti yen Jepang. Alhasil USD turun ke level 112,58 yen pada Senin ini setelah berada di 113,44 yen pada Jumat lalu, level tertinggi sejak 14 Juli 2017.
Mundurnya USD pada hari ini selain geopolitik juga karena aksi profit taking setelah menguat beberapa hari. "Aksi profit taking ini memperparah penurunan greenback," kata Stephen Innes, kepala perdagangan Asia Pasifik untuk Oanda di Singapura.
Dolar juga melemah akibat laporan pasar tenaga kerja AS bulan September yang hanya 90.000 tenaga kerja akibat badai Harvey dan Irma. Indeks USD yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,1% menjadi 93,733 setelah pada Jumat berada di level 94,267.
(ven)