Pendiri Airbnb Brian Chesky Masih Tinggal di Apartemen Kecil
A
A
A
65 Richest In Tech 2017 #474 Billionaires 2017 #4 America’s Richest Entrepreneurs Under 40 2016 BRIAN Chesky lahir di New York, dan sejak kecil sudah menyukai segala sesuatu tentang desain.
Berkuliah di Rhode Island School of Design, di sana ia semakin dalam melatih kemampuan desainnya. Setelah lulus kuliah, dia bersama teman sekamarnya, Joe Gebbia, tidak punya uang dan menggantungkan diri menjadi freelance. Ide Airbnb didapat pada 2008, saat keduanya sedang menghadiri konferensi desain.
Ternyata, di San Francisco, semua hotel sudah penuh. Bahkan, tidak ada hotel yang low budget yang kosong. Dari situlah mereka memiliki ide membuat bisnis. Airbnb disingkat dari “Air Bed and Breakfast”.
Siapa pun yang memiliki kamar apartemen atau rumah kosong, dapat dipromosikan lewat website Airbnb dan tinggal menunggu calon tamu. Dua bulan setelah layanan tersebut dirilis, Chesky merekrut Nathan Blecharczyk. Dari situ mereka mulai memasarkan diri dan mengikuti beberapa kompetisi startup.
Mereka mendapatkan pendanaan USD450 juta dan terus berkembang hingga sekarang. Sekarang, Chesky,36, sudah menjadi orang yang sangat sibuk. Dalam sepekan ia bisa bolak-balik San Francisco ke New York untuk memantau layanan baru Airbnb beroperasi.
“Ketika semuanya berjalan lancar, kami bertanya-tanya lagi, apa selanjutnya?” kata Chesky. “Airbnb untuk perkantoran, untuk hewan peliharaan? Kami adalah perusahaan yang menyediakan perjalanan luar biasa bagi konsumen,” katanya.
Dengan kekayaan yang mencapai lebih dari USD3 miliar, Brian Chesky tidak hanya masih tinggal di apartemen lamanya yang kecil, juga menyewakannya ke orang lain. “Saya masih tinggal di tempat di mana Airbnb dirancang dan masih menyewakannya,” sebutnya. Selain fokus untuk mengembangkan bisnis Airbnb, Chesky juga sangat aktif di dunia sosial sejak 2012. Ketika sejak 2012, Airbnb telah merespons lebih dari 90 bencana alam.(Danang Arradian)
Berkuliah di Rhode Island School of Design, di sana ia semakin dalam melatih kemampuan desainnya. Setelah lulus kuliah, dia bersama teman sekamarnya, Joe Gebbia, tidak punya uang dan menggantungkan diri menjadi freelance. Ide Airbnb didapat pada 2008, saat keduanya sedang menghadiri konferensi desain.
Ternyata, di San Francisco, semua hotel sudah penuh. Bahkan, tidak ada hotel yang low budget yang kosong. Dari situlah mereka memiliki ide membuat bisnis. Airbnb disingkat dari “Air Bed and Breakfast”.
Siapa pun yang memiliki kamar apartemen atau rumah kosong, dapat dipromosikan lewat website Airbnb dan tinggal menunggu calon tamu. Dua bulan setelah layanan tersebut dirilis, Chesky merekrut Nathan Blecharczyk. Dari situ mereka mulai memasarkan diri dan mengikuti beberapa kompetisi startup.
Mereka mendapatkan pendanaan USD450 juta dan terus berkembang hingga sekarang. Sekarang, Chesky,36, sudah menjadi orang yang sangat sibuk. Dalam sepekan ia bisa bolak-balik San Francisco ke New York untuk memantau layanan baru Airbnb beroperasi.
“Ketika semuanya berjalan lancar, kami bertanya-tanya lagi, apa selanjutnya?” kata Chesky. “Airbnb untuk perkantoran, untuk hewan peliharaan? Kami adalah perusahaan yang menyediakan perjalanan luar biasa bagi konsumen,” katanya.
Dengan kekayaan yang mencapai lebih dari USD3 miliar, Brian Chesky tidak hanya masih tinggal di apartemen lamanya yang kecil, juga menyewakannya ke orang lain. “Saya masih tinggal di tempat di mana Airbnb dirancang dan masih menyewakannya,” sebutnya. Selain fokus untuk mengembangkan bisnis Airbnb, Chesky juga sangat aktif di dunia sosial sejak 2012. Ketika sejak 2012, Airbnb telah merespons lebih dari 90 bencana alam.(Danang Arradian)
(amm)