IBA Ingin Indonesia Jadi Negara Ekonomi Berbasis Merek Terbesar di ASEAN
A
A
A
JAKARTA - Merek atau brand merupakan hal penting. Karena merek (branding) merupakan identitas dari sebuah produk, perusahaan dan pemilik merek tersebut. Seiring dengan pesatnya era digital, penguatan merek dari sisi pemilik dan konsultan merek pun semakin berkembang.
Kondisi ini membuat kebutuhan akan adanya sebuah asosiasi yang dapat mengakomodasi berbagai keperluan informasi dan riset tentang merek menjadi keharusan. Dengan adanya asosiasi atau wadah dapat menjalin hubungan yang baik antara pemilik merek, pengguna, praktisi, akademisi, peminat merek dan pemerintah.
Dan asosiasi dapat memainkan peran penting dalam pengembangan yang sehat dan pertumbuhan ekosistem merek di Indonesia. Menyambut hal tersebut, praktisi dan pelaku perusahaan yang berhubungan dengan merek membentuk Asosiasi Branding Indonesia (Indonesia Branding Association/IBA) pada Selasa kemarin di Universitas Prasetiya Mulya, Kampus BSD, Tangerang.
Dekan Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya, Agus Soehadi mengatakan pendirian IBA diharapkan menjadi wadah yang dapat menjawab berbagai kebutuhan industri branding. "Juga menjadi sumber berbagai talenta, informasi, ajang berbagi ilmu pengetahuan bagi seluruh anggota, yang pada gilirannya dapat mengembangkan ekosistem industri branding," ujarnya dalam keterangan resmi ke SINDOnews, Rabu (11/10/2017).
IBA, kata dia, diharapkan dapat meningkatkan dan menguatkan penciptaan merek-merek berpengaruh di Indonesia. Pendirian IBA ini sendiri mendapat respons positif dari pihak-pihak praktisi branding di perusahaan.
"Kita bersama praktisi branding di perusahaan-perusahaan akan membangun brand-brand yang lebih bernilai sesuai dengan zamannya karena sekarang ini era digitalisasi. Hal ini demi menciptakan valuasi branding di perusahaan," ungkap Agus.
Di banyak negara, asosiasi-asosiasi branding serupa IBA sudah bukan hal baru. Namun di Indonesia, IBA adalah asosiasi branding pertama yang pernah dibentuk. "Di dunia sudah banyak asosiasi seperti ini, namun di Indonesia ini baru pertama kali. Biasanya asosiasi itu hanya menyangkut bidang ilmu, seperti marketing tapi itu sudah umum. Kita lebih memfokuskan diri ke hal yang lebih spesifik," sambungnya.
Manajer Prodi S1 Branding Universitas Prasetiya Mulya, Fredy Utama mengatakan IBA berkeinginan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan sumber daya manusia di Indonesia melalui aktivitas-aktivitas penguatan merek. Sehingga ke depan, Indonesia menjadi negara dengan ekonomi berbasis merek terbesar di Asia Tenggara.
Untuk mewujudkan itu, anggota asosiasi diharapkan berperan aktif dalam pendidikan dan promosi yang terkait dengan industri branding. Diantaranya mengedukasi tentang merek, mempromosikan pengetahuan tentang merek, mengembangkan SDM di bidang branding dan memperkuat keberhasilan industri branding.
"Mengingat masih sedikitnya jumlah ahli dalam dunia branding di Indonesia, IBA yakin fokus pada pengembangan sumber daya manusia di industri ini sangat potensial," tambah Fredy.
Kondisi ini membuat kebutuhan akan adanya sebuah asosiasi yang dapat mengakomodasi berbagai keperluan informasi dan riset tentang merek menjadi keharusan. Dengan adanya asosiasi atau wadah dapat menjalin hubungan yang baik antara pemilik merek, pengguna, praktisi, akademisi, peminat merek dan pemerintah.
Dan asosiasi dapat memainkan peran penting dalam pengembangan yang sehat dan pertumbuhan ekosistem merek di Indonesia. Menyambut hal tersebut, praktisi dan pelaku perusahaan yang berhubungan dengan merek membentuk Asosiasi Branding Indonesia (Indonesia Branding Association/IBA) pada Selasa kemarin di Universitas Prasetiya Mulya, Kampus BSD, Tangerang.
Dekan Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya, Agus Soehadi mengatakan pendirian IBA diharapkan menjadi wadah yang dapat menjawab berbagai kebutuhan industri branding. "Juga menjadi sumber berbagai talenta, informasi, ajang berbagi ilmu pengetahuan bagi seluruh anggota, yang pada gilirannya dapat mengembangkan ekosistem industri branding," ujarnya dalam keterangan resmi ke SINDOnews, Rabu (11/10/2017).
IBA, kata dia, diharapkan dapat meningkatkan dan menguatkan penciptaan merek-merek berpengaruh di Indonesia. Pendirian IBA ini sendiri mendapat respons positif dari pihak-pihak praktisi branding di perusahaan.
"Kita bersama praktisi branding di perusahaan-perusahaan akan membangun brand-brand yang lebih bernilai sesuai dengan zamannya karena sekarang ini era digitalisasi. Hal ini demi menciptakan valuasi branding di perusahaan," ungkap Agus.
Di banyak negara, asosiasi-asosiasi branding serupa IBA sudah bukan hal baru. Namun di Indonesia, IBA adalah asosiasi branding pertama yang pernah dibentuk. "Di dunia sudah banyak asosiasi seperti ini, namun di Indonesia ini baru pertama kali. Biasanya asosiasi itu hanya menyangkut bidang ilmu, seperti marketing tapi itu sudah umum. Kita lebih memfokuskan diri ke hal yang lebih spesifik," sambungnya.
Manajer Prodi S1 Branding Universitas Prasetiya Mulya, Fredy Utama mengatakan IBA berkeinginan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan sumber daya manusia di Indonesia melalui aktivitas-aktivitas penguatan merek. Sehingga ke depan, Indonesia menjadi negara dengan ekonomi berbasis merek terbesar di Asia Tenggara.
Untuk mewujudkan itu, anggota asosiasi diharapkan berperan aktif dalam pendidikan dan promosi yang terkait dengan industri branding. Diantaranya mengedukasi tentang merek, mempromosikan pengetahuan tentang merek, mengembangkan SDM di bidang branding dan memperkuat keberhasilan industri branding.
"Mengingat masih sedikitnya jumlah ahli dalam dunia branding di Indonesia, IBA yakin fokus pada pengembangan sumber daya manusia di industri ini sangat potensial," tambah Fredy.
(ven)