OJK-MNC Asset Edukasi Keuangan ke Mahasiswa dan Dosen SMBITB
A
A
A
JAKARTA - Literasi keuangan masyarakat Indonesia yang masih rendah mendorong Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar edukasi terkait produk dan jasa keuangan. OJK menggandeng MNC Asset Management menyasar kalangan mahasiswa dan dosen sebagai objek edukasi.
Kepala OJK Perwakilan Jawa Barat Joko Sarwono mengatakan, edukasi keuangan kepada mahasiswa dan dosen ini sebagai bagian penting dalam rangka memberikan tambahan pemahaman mengenai produk dan jasa keuangan.
Kegiatan ini, lanjut Sarwono, juga didasari alasan hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan pada 2016 di mana terdapat 67,8% masyarakat yang menggunakan produk dan layanan keuangan, namun hanya 29,7% masyarakat yang well literate.
"Artinya, banyak masyarakat yang telah menggunakan produk dan layanan keuangan tanpa dibekali pemahaman keuangan yang memadai," jelas Sarwono seusai membuka Pelatihan Edukasi Keuangan bagi Mahasiswa dan Dosen di Gedung Auditorium Sekolah Manajemen dan Bisnis Institut Teknologi Bandung (SMBITB), Kota Bandung, Sabtu (14/10/2017).
Menurutnya, masih rendahnya literasi keuangan masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat Jabar, tak lepas dari edukasi yang belum berjalan baik. Penyebab lainnya, proses pemahaman yang masih terkendala berbagai persoalan hingga persoalan minimnya sosialisasi industri keuangan kepada masyarakat.
"Masih ada jarak antara industri keuangan dengan masyarakat, itu juga menjadi bagian yang masih tertutup," imbuh dia.
Melalui kegiatan tersebut, pihaknya mengimbau masyarakat, khususnya mahasiswa dan dosen untuk mengikuti perkembangan terkait produk dan layanan keuangan dengan dibarengi pengetahuan yang cukup.
"Apalagi kan sekarang zamannya teknologi, nanti apa-apa segala kegiatan itu berlangsung cepat. Jadi, selain mengikuti perkembangan yang terjadi di industri keuangan, ilmu juga diikuti dengan baik," katanya.
Branch Manager PT MNC Asset Management Cabang Bandung Joelia Ratna Sari mengatakan, tingkat literasi keuangan yang rendah dapat menimbulkan risiko yang besar bagi masyarakat pengguna produk dan layanan keuangan.
Karena itu, sebagai salah satu pelaku industri keuangan, MNC Asset ingin berperan lebih besar, yakni meningkatkan literasi keuangan lewat edukasi kepada masyarakat, terutama mahasiswa dan dosen.
"Kita support apa yang dilakukan OJK karena kita perlu meningkatkan literasi dan inklusi (keuangan). Kalau inklusi sudah lebih cepat daripada literasi, orang bisa mengakses semua produk keuangan. Tapi, jika tidak dibarengi literasi yang baik, itu berbahaya," tutur Joelia.
Disinggung soal mahasiswa sebagai objek edukasi, Joelia menjelaskan, mahasiswa juga memiliki tujuan dalam mengelola keuangannya, meskipun dengan prioritas yang berbeda-beda. Edukasi diharapkan menimbulkan kesadaran dan menumbuhkan pemahaman untuk berinvestasi. Terlebih, investasi harus dimulai sejak dini.
"Karena semakin panjang orang berinvestasi, maka dana (yang dipakai untuk investasi) bisa lebih ringan karena durasinya lebih panjang," jelasnya.
Sementara itu, salah satu peserta pelatihan yang juga mahasiswa SMBITB Pajar Huzaifah mengapresiasi kegiatan tersebut. Sebagai generasi penerus, kata Pajar, mahasiswa perlu mendapatkan literasi keuangan yang mumpuni sebagai bekal untuk membangun bangsa ini.
"Jadi pertumbuhan ekonomi dan akses keuangan lainnya itu penting ketika didukung literasi keuangan yang baik dan pertumbuhan ekonomi pun akan bagus kalau didukung inklusi keuangan yang bagus, inklusi bagus juga harus di-support pengetahuan yang baik," paparnya.
Apalagi, dia dan teman-temannya sesama mahasiswa mendapatkan ilmu baru dari MNC Asset Managemenet yang mengupas secara spesifik tentang reksa dana sebagai instrumen investasi yang ternyata mudah dan sederhana.
"Apalagi untuk mahasiswa karena murah, mudah diakses, dan yang pasti ada nilai manfaatnya kedepan yang terakumulasi dengan waktu investasi yang kita lakukan," ujar dia.
Kepala OJK Perwakilan Jawa Barat Joko Sarwono mengatakan, edukasi keuangan kepada mahasiswa dan dosen ini sebagai bagian penting dalam rangka memberikan tambahan pemahaman mengenai produk dan jasa keuangan.
Kegiatan ini, lanjut Sarwono, juga didasari alasan hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan pada 2016 di mana terdapat 67,8% masyarakat yang menggunakan produk dan layanan keuangan, namun hanya 29,7% masyarakat yang well literate.
"Artinya, banyak masyarakat yang telah menggunakan produk dan layanan keuangan tanpa dibekali pemahaman keuangan yang memadai," jelas Sarwono seusai membuka Pelatihan Edukasi Keuangan bagi Mahasiswa dan Dosen di Gedung Auditorium Sekolah Manajemen dan Bisnis Institut Teknologi Bandung (SMBITB), Kota Bandung, Sabtu (14/10/2017).
Menurutnya, masih rendahnya literasi keuangan masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat Jabar, tak lepas dari edukasi yang belum berjalan baik. Penyebab lainnya, proses pemahaman yang masih terkendala berbagai persoalan hingga persoalan minimnya sosialisasi industri keuangan kepada masyarakat.
"Masih ada jarak antara industri keuangan dengan masyarakat, itu juga menjadi bagian yang masih tertutup," imbuh dia.
Melalui kegiatan tersebut, pihaknya mengimbau masyarakat, khususnya mahasiswa dan dosen untuk mengikuti perkembangan terkait produk dan layanan keuangan dengan dibarengi pengetahuan yang cukup.
"Apalagi kan sekarang zamannya teknologi, nanti apa-apa segala kegiatan itu berlangsung cepat. Jadi, selain mengikuti perkembangan yang terjadi di industri keuangan, ilmu juga diikuti dengan baik," katanya.
Branch Manager PT MNC Asset Management Cabang Bandung Joelia Ratna Sari mengatakan, tingkat literasi keuangan yang rendah dapat menimbulkan risiko yang besar bagi masyarakat pengguna produk dan layanan keuangan.
Karena itu, sebagai salah satu pelaku industri keuangan, MNC Asset ingin berperan lebih besar, yakni meningkatkan literasi keuangan lewat edukasi kepada masyarakat, terutama mahasiswa dan dosen.
"Kita support apa yang dilakukan OJK karena kita perlu meningkatkan literasi dan inklusi (keuangan). Kalau inklusi sudah lebih cepat daripada literasi, orang bisa mengakses semua produk keuangan. Tapi, jika tidak dibarengi literasi yang baik, itu berbahaya," tutur Joelia.
Disinggung soal mahasiswa sebagai objek edukasi, Joelia menjelaskan, mahasiswa juga memiliki tujuan dalam mengelola keuangannya, meskipun dengan prioritas yang berbeda-beda. Edukasi diharapkan menimbulkan kesadaran dan menumbuhkan pemahaman untuk berinvestasi. Terlebih, investasi harus dimulai sejak dini.
"Karena semakin panjang orang berinvestasi, maka dana (yang dipakai untuk investasi) bisa lebih ringan karena durasinya lebih panjang," jelasnya.
Sementara itu, salah satu peserta pelatihan yang juga mahasiswa SMBITB Pajar Huzaifah mengapresiasi kegiatan tersebut. Sebagai generasi penerus, kata Pajar, mahasiswa perlu mendapatkan literasi keuangan yang mumpuni sebagai bekal untuk membangun bangsa ini.
"Jadi pertumbuhan ekonomi dan akses keuangan lainnya itu penting ketika didukung literasi keuangan yang baik dan pertumbuhan ekonomi pun akan bagus kalau didukung inklusi keuangan yang bagus, inklusi bagus juga harus di-support pengetahuan yang baik," paparnya.
Apalagi, dia dan teman-temannya sesama mahasiswa mendapatkan ilmu baru dari MNC Asset Managemenet yang mengupas secara spesifik tentang reksa dana sebagai instrumen investasi yang ternyata mudah dan sederhana.
"Apalagi untuk mahasiswa karena murah, mudah diakses, dan yang pasti ada nilai manfaatnya kedepan yang terakumulasi dengan waktu investasi yang kita lakukan," ujar dia.
(izz)